Laporan Ekslusif: Israel Tipu Daya Rakyat AS dengan Propaganda Massif Soal Perang Gaza
Ada 80 program propaganda yang sedang berlangsung dengan dana sekitar Rp140,9 miliar.
Ada 80 program propaganda yang sedang berlangsung dengan dana sekitar Rp140,9 miliar.
Laporan Ekslusif: Israel Tipu Daya Rakyat AS dengan Propaganda Massif Soal Perang Gaza
-
Bagaimana cara Israel menyebarkan propaganda di Gaza? Alat yang mereka gunakan untuk tujuan itu adalah selebaran yang dijatuhkan dari pesawat dan balon.
-
Siapa yang berada di balik propaganda Israel di Gaza? Seorang penggerak utama di balik Shirion Collective, sebuah jaringan disinformasi pro-Israel yang berorientasi pada teori konspirasi dan berusaha membentuk opini publik tentang konflik Gaza di Amerika Serikat, Australia, dan Inggris, adalah seorang pengusaha teknologi bernama Daniel Linden yang tinggal di Florida, AS.
-
Apa yang dilakukan Israel di Gaza? Negara muslim ini diprotes warganya karena menerima kapal perang negeri zionis yang kini sedang membunuhi warga Gaza Palestina.
Israel secara diam-diam mendanai kampanye propaganda besar-besaran untuk menargetkan masyarakat Amerika Serikat terkait agresi brutal mereka di Jalur Gaza, Palestina. Salah satu caranya adalah melalui pengesahan undang-undang yang membatasi hak kebebasan berpendapatwarga negara AS ketika mengkritik Israel dan perang yang sedang berlangsung di Gaza.
Temuan ini dilaporkan The Guardian pada Senin (24/6). Menurut laporan tersebut, ada 80 program yang sedang berlangsung terkait propaganda besar-besaran ini yang dikenal dengan nama "Voices of Israel".
Program ini dirancang dan dilaksanakan Kementerian Urusan Diaspora Isreal yang dipimpin Amichai Chikli.
Dilansir The Cradle, tujuan program ini adalah untuk "aktivitas kesadaran massal" menargetkan masyarakat AS dan Eropa.
Voices of Israel bekerja melalui organisasi nirlaba dan entitas lain yang seringkali tidak mengungkapkan informasi donor. Dari bulan Oktober hingga Mei, kampanye tersebut menghabiskan sekitar USD8,6 juta atau sekitar Rp140,9 miliar untuk menargetkan warga AS yang memiliki propaganda pro-Israel.
Institut Studi Antisemitisme dan Kebijakan Global (ISGAP) adalah salah satu organisasi yang menerima dana melalui program Israel. ISGP mengutip keberhasilannya dalam dengar pendapat kongres di mana Claudine Gay, rektor Universitas Harvard, dikecam karena mengizinkan protes pro-Palestina di kampus.
Anggota Kongres Elise Stefanik mengonfrontasi Gay selama sidang, menuduhnya mendorong antisemitisme di Harvard. Konfrontasi tersebut banyak dilihat di media sosial. Gay lalu mengundurkan diri dan diganti oleh profesor Yahudi-Amerika, Alan Garber.
ISGAP juga terlibat dalam kampanye untuk membatasi hak kebebasan berpendapat Amandemen Kedua warga negara AS dengan mengesahkan undang-undang di tingkat negara bagian dan lokal yang mendefinisikan ulang antisemitisme untuk memasukkan kritik tertentu terhadap Israel.
ISGAP melobi pemerintah untuk mengadopsi definisi antisemitisme dari International Holocaust Remembrance Alliance (IHRA), yang menyamakan kritik terhadap Israel sebagai ‘usaha rasis’ dan anti-Zionisme dengan antisemitisme.
“Kami mengalihkan fokus untuk bekerja di tingkat lokal,” kata Brigjen Sima Vaknin-Gill, mantan perwira intelijen yang kini menjadi direktur pelaksana ISGAP.
“Kami menemukan bahwa walikota dan negara bagian – jauh lebih mudah untuk bekerja sama dengan mereka dan benar-benar mewujudkan definisi tersebut menjadi sesuatu yang nyata.”
Kelompok AS lainnya yang terkait dengan kampanye Voices of Israel dan Kementerian Urusan Diaspora adalah CyberWell, sebuah kelompok “anti-disinformasi” pro-Israel yang dipimpin oleh mantan pejabat intelijen militer. CyberWell mengklaim dirinya sebagai “mitra tepercaya” resmi untuk TikTok dan Meta, yang memungkinkannya membantu menyaring dan mengedit konten.
Laporan CyberWell baru-baru ini menyerukan Meta untuk menekan slogan populer “From the river to the sea, Palestina will be free".
“Kita kesulitan menemukan persamaan dalam hal pengaruh negara asing terhadap debat politik Amerika," tulis Guardian dalam laporannya.
Organisasi-organisasi yang berbasis di AS yang memproduksi propaganda atau melobi untuk mempengaruhi warga negara AS diwajibkan oleh hukum untuk mendaftar sebagai agen asing.
Namun, tidak satu pun kelompok yang diidentifikasi dalam laporan The Guardian telah terdaftar berdasarkan Undang-Undang Pendaftaran Agen Asing (FARA).
“Ada asumsi yang tertanam bahwa tidak ada yang aneh dalam memandang AS sebagai ladang terbuka bagi Israel untuk beroperasi, bahwa tidak ada batasan,” kata Lara Friedman, presiden Yayasan Perdamaian Timur Tengah.