Israel Bikin Berita Bohong Soal RS Al-Shifa Karena Sudah Tahu Lokasi Terowongan Hamas yang Sebenarnya
Israel tahu di mana lokasi markas Hamas sebenarnya, berada sekitar 2 kilometer dari RS Al-Shifa.
Selama agresinya di Jalur Gaza, Palestina, Israel menghancurkan banyak fasilitas publik, termasuk rumah sakit.
Israel Bikin Berita Bohong Soal RS Al-Shifa Karena Sudah Tahu Lokasi Terowongan Hamas yang Sebenarnya
Selama agresinya di Jalur Gaza, Palestina, Israel telah membunuh sekitar 15.000 warga sipil. Negara Zionis ini juga menghancurkan sekolah, rumah sakit, kamp pengungsi, dan rumah warga. Salah satu dalih Israel ketika menyerang fasilitas publik adalah tempat itu merupakan tempat persembunyian atau markas Hamas.
Salah satu yang menjadi target serangannya adalah Rumah Sakit Al-Shifa, yang dituding sebagai pusat komando dan kontrol Hamas. Tudingan itu dibantah pihak rumah sakit.
Namun menurut laporan terbaru, pasukan penjajah (IDF) dan pemerintah Israel sebenarnya tahu tidak ada markas Hamas di RS Al-Shifa, dan mereka telah menemukan markas dan pusat komando Hamas berada beberapa kilometer dari rumah sakit tersebut.
Selama 15 tahun, Israel mengklaim Hamas beroperasi dari terowongan di bawah Al-Shifa. Setelah pengeboman Gaza dimulai, militer Israel memperkuat klaim ini untuk mendukung argumennya bahwa RS tersebut layak menjadi target militer.
Pada 11 November, juru bicara IDF Richard Hecht menyatakan Al-Shifa adalah “pusat utama aktivitas Hamas,” Newsweek melaporkan IDF menganggap RS Al-Shifa sebagai “pos komando utama Hamas.”
Propaganda Israel tentang Al Shifa sebagai "perisai manusia" untuk Hamas mencapai puncaknya dengan laporan The New York Times pada 14 November.
Namun sesuatu yang sangat tidak terduga telah terjadi selama babak baru pemberitaan pers mengenai al-Shifa yang benar-benar menghancurkan keseluruhan alur cerita pasukan penjajah tersebut. IDF telah menguasai pusat komando dan kendali Hamas yang sebenarnya di wilayah di mana kepemimpinan Hamas sebelumnya berada yaitu di sebuah kantor di lingkungan Al Atatra, di ujung barat laut kota Beit Lahiya, 8,5 km dari Al-Shifa.
Setelah gedung kantor tersebut dibongkar, IDF menemukan fasilitas terowongan besar yang diyakini merupakan markas pusat komando tinggi Hamas pusat komando dan kendali seluruh perang, seperti dikutip dari Consortium News.
Seperti yang dibocorkan IDF kepada The Jerusalem Post dalam sebuah laporan yang diterbitkan pada 14 November, ditemukan “beberapa hari yang lalu” sebuah terowongan dengan lift yang mencapai tiga puluh meter di bawah tanah, dibandingkan dengan terowongan lain yang hanya lima meter di bawah tanah. Selain itu, gedung ini juga dilengkapi dengan oksigen, AC, dan komunikasi yang lebih canggih dibandingkan di tempat lain.Israel menemukan markas Hamas tersebut sebelum 11 November. Laporan ini dapat melemahkan kampanye politik Israel yang menjustifikasi penyerangan RS Al-Shifa berbasis klaim bahwa RS tersebut adalah “perisai manusia” bagi Hamas.
Karena propagandanya terbongkar, IDF dan pemerintah Israel yang berhaluan sayap kanan ingin menghentikan semua publisitas lebih lanjut mengenai penemuan pangkalan bawah tanah komando tinggi Hamas yang sebenarnya.
Namun tidak ada laporan atau liputan media mainstream Barat mengenai penemuan terowongan Hamas tersebut, termasuk juga tidak dipublikasikan di Israel dalam waktu hampir dua pekan sejak artikel terperinci di Jerusalem Post pada 14 November. Kendati demikian, pemerintah dan media Israel berhasil menekan informasi tentang penemuan tersebut, meski beberapa media asing dengan kantor di Tel Aviv masih memuat beritanya di internet.
Pasukan Israel mulai menggelar operasi pengepungan RS Al-Shifa pada 15 November, salah satu tujuannya untuk mempengaruhi opini masyarakat Amerika, terutama setelah berita yang muncul di The Jerusalem Post sehari sebelumnya. Pada 13 November, Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan menyatakan, “Anda bahkan dapat melihat dari laporan sumber terbuka bahwa Hamas memang menggunakan rumah sakit, serta banyak fasilitas sipil lainnya, untuk komando dan kendali, untuk menyimpan senjata, untuk menampung para pejuangnya”Dalam sebuah video berdurasi tujuh menit pada pagi hari itu di dalam gedung MRI, juru bicara IDF Jonathan Conricus menampilkan peralatan militer, termasuk AK-47, granat, dan seragam, yang disusun rapi di lantai. Ia menyatakan bahwa Hamas menggunakan ruang MRI untuk menyimpan senjata dan perlengkapan militer. Conricus juga menunjukkan sebuah komputer yang ia klaim berisi "bukti yang memberatkan" terkait kepentingan militer.
Namun, masalah yang muncul dari video tersebut adalah barang-barang tersebut tidak dapat dengan mudah dibawa masuk ke dalam rumah sakit. Selain itu, tidak ada alasan logis bagi Hamas untuk menyembunyikan senjata kecil dan perlengkapan militer di ruang MRI rumah sakit dan meninggalkannya di sana saat mereka meninggalkan tempat tersebut. Sebagaimana diketahui, Hamas memiliki ruang penyimpanan yang jauh lebih besar, 240 km - 480 km, dalam jaringan terowongannya yang luas. Masalah yang lebih serius bagi kredibilitas IDF terkait RS Al-Shifa adalah presentasi oleh juru bicara IDF Daniel Hagari pada 27 Oktober. Dalam presentasi tersebut, Hagari menampilkan konsepsi seniman yang menyiratkan bahwa Hamas menguasai lima bangunan berbeda di rumah sakit dan menggunakannya untuk merencanakan dan mengkoordinasikan kegiatan militer. Namun, IDF kemudian menghapus video presentasi ini dari situs web mereka, mungkin karena hal itu dapat mempermalukan mereka jika kebenarannya terungkap.
Selain itu, militer Israel memusatkan perhatian pada sebuah terowongan yang ditemukan sangat dekat dengan pagar luar halaman RS Al-Shifa. Meskipun terowongan tersebut hanya memiliki kedalaman 10 meter dibandingkan dengan terowongan komando tinggi yang ditinggalkan sedalam 30 meter, IDF mencoba mengaitkan terowongan ini dengan rumah sakit. Pada tanggal 21 November, mereka mengumumkan bahwa mereka telah membuka pintu terowongan yang tahan ledakan.
Namun, kegagalan IDF dalam menemukan hubungan antara terowongan dan rumah sakit, serta fakta bahwa mereka sebelumnya menemukan bunker komando tinggi Hamas di lokasi lain, mengundang keraguan terhadap narasi propaganda Israel. Kampanye kebohongan ini tampaknya ditujukan kepada media dan opini publik AS untuk mendukung tindakan pemusnahan penduduk Gaza yang dilakukan oleh Israel. Dukungan penuh dari pemerintahan Presiden Joe Biden juga menciptakan ketidakpastian dan kontroversi. Beberapa media besar tidak menolak memberitakan klaim Israel tentang Al-Shifa, menyatakan bukti yang disajikan tidak kuat.
Sumber: Consortium News