Laporan LSM: 21.000 Anak Palestina Hilang, Terkubur di Bawah Reruntuhan Gaza dan Ditangkap Israel
Selain itu, banyak anak yang hidup sebatang kara karena keluarga mereka terbunuh dalam serangan brutal Israel.
Selain itu, banyak anak yang hidup sebatang kara karena keluarga mereka terbunuh dalam serangan brutal Israel.
-
Apa yang dilakukan Israel terhadap anak-anak Palestina? Laporan ini berdasarkan pengakuan para saksi mata, laporan medis, dan tayangan CCTV. Pembunuhan yang didokumentasikan laporan ini berlangsung antara 2 Oktober 2023 dan 31 Juli 2024, seperti dilansir Middle East Eye.
-
Apa yang terjadi dengan anak di Gaza? Potret sedih seorang bocah Palestina saat kehabisan makanan di tempat distribusi bantuan, ramai jadi sorotan di media sosial. Ekspresi sedihnya ketika mengetahui jika dia tidak mendapat jatah makanan ramai disebut warganet sangat menyayat hati.
-
Apa dampak serangan Israel di Gaza terhadap anak-anak? 'Pada dasarnya, setiap satu hari, tercatat ada 10 anak yang rata-rata kehilangan satu atau dua kakinya,' kata Lazzarini, dikutip dari The Cradle, Rabu (26/6). Menurut data dari badan anak-anak PBB UNICEF, UNRWA mencatat bahwa angka tersebut tidak termasuk anak-anak yang kehilangan lengan dan tangan, ada lebih banyak catatan medis dari angka tersebut.
-
Siapa korban dari kekejaman Israel? Avni adalah seorang pawang anjing di penjara Ofer yang terkenal dengan pengamanannya yang ketat, salah satu dari banyak penjara Israel di mana warga Palestina menghadapi penyiksaan dan penganiayaan yang kejam.
-
Berapa jumlah korban genosida di Gaza? Jurnal kedokteran ternama Inggris, The Lancet memperkirakan jumlah korban kebrutalan Israel di Jalur Gaza, Palestina bisa mencapai 186.000 jiwa.
-
Siapa yang menjadi korban pembantaian di Gaza? Jumlah korban tewas yang tercatat resmi mencapai 32.975 orang pada hari Rabu. Namun, angka ini hanya mencakup warga Palestina yang jenazahnya tiba di rumah sakit, sementara sekitar 7.000 lainnya masih hilang.
Laporan LSM: 21.000 Anak Palestina Hilang, Terkubur di Bawah Reruntuhan Gaza dan Ditangkap Israel
Menurut laporan Save The Children, diperkirakan 21.000 anak Palestina hilang dalam agresi brutal Israel di Jalur Gaza. Banyak yang terperangkap di bawah reruntuhan, ditahan, dikubur di kuburan tanpa tanda, atau hilang dari keluarga mereka.
Save The Children melaporkan pengungsian terbaru yang disebabkan oleh serangan di Rafah telah memisahkan lebih banyak anak dan semakin menambah beban bagi keluarga dan komunitas yang merawat mereka.
Lembaga tersebut juga menyatakan hampir tidak mungkin untuk mengumpulkan dan memverifikasi informasi dalam kondisi saat ini di Gaza, tetapi setidaknya 17.000 anak diyakini terpisah dari orang tua mereka, dan sekitar 4.000 anak hilang di bawah reruntuhan, dengan jumlah yang tidak diketahui berada di kuburan massal, dikutip dari ReliefWeb, Selasa (25/6).
Sementara itu, anak yang lainnya telah dihilangkan secara paksa, termasuk sejumlah orang yang tidak diketahui jumlahnya yang ditahan dan dipindahkan secara paksa dari Gaza, keberadaan mereka tidak diketahui oleh keluarga mereka di tengah-tengah laporan perlakuan buruk dan penyiksaan.
Sementara itu, Save the Children juga memperingatkan tentang tindakan mendesak yang diperlukan untuk melindungi anak-anak yang terpisah dan tanpa pendamping, tindakan yang sangat terganggu oleh situasi keamanan yang memburuk.
"Setiap hari kami menemukan lebih banyak anak tanpa pendamping dan setiap hari semakin sulit untuk mendukung mereka. Kami bekerja melalui mitra untuk mengidentifikasi anak-anak yang terpisah dan tanpa pendamping dan melacak keluarga mereka, tetapi tidak ada fasilitas yang aman bagi mereka," kata lembaga itu.
"Tidak ada tempat yang aman di Gaza. Selain itu, menyatukan mereka kembali dengan anggota keluarga menjadi sulit ketika permusuhan yang sedang berlangsung membatasi akses kami ke masyarakat, dan terus-menerus memaksa keluarga untuk pindah."
Lembaga tersebut juga mengungkapkan anak-anak yang hidup sebatang kara ditampung oleh tetangga dan anggota keluarga besar lainnya, yang masih harus berjuang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka, seperti tempat tinggal, makanan, dan air. Banyak dari mereka yang tinggal bersama orang asing, atau benar-benar sendirian, sehinga meningkatkan risiko kekerasan, eksploitasi, dan penelantaran.
Korban jiwa massal dilaporkan terjadi setelah serangan terbaru oleh pasukan Israel di Rafah. Para ahli PBB menyatakan muncul laporan-laporan mengenai orang-orang yang terjebak di dalam tenda-tenda plastik yang terbakar, dan dibakar hidup-hidup, Kementerian Kesehatan Gaza juga melaporkan mayat-mayat yang terbakar hingga tak dapat dikenali. Save the Children memperingatkan untuk memastikan identifikasi jenazah oleh keluarga terdekat hampir tidak mungkin dilakukan ketika seluruh keluarga telah musnah dan pembatasan masuk berarti peralatan dan parah ahli yang dibutuhkan tidak bisa masuk.
Sementara itu, Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan lebih dari 14.000 anak terbunuh sejak 7 Oktober lalu, sekitar setengahnya belum teridentifikasi secara penuh, sebagian karena kondisi tubuh mereka yang sudah tidak dapat dikenali lagi. Anak-anak juga termasuk di antara mereka yang baru-baru ini ditemukan di kuburan massal. Menurut ahli PBB, dengan banyak yang menunjukkan tanda-tanda penyiksaan dan eksekusi tanpa pengadilan, serta kemungkinan adanya orang-orang yang dikubur hidup-hidup.
Pada 9 Juni, sekitar 250 anak Palestina dari Tepi Barat hilang dalam penahanan militer Israel, keluarga mereka tidak dapat memastikan keberadaan dan kesejahteraan mereka secara fisik karena pembatasan kunjungan tambahan yang diberlakukan sejak Oktober.
PBB telah menerima banyak laporan mengenai penahanan massal, perlakuan buruk dan penghilangan paksa terhadap ribuan orang, termasuk anak-anak.
"Keluarga-keluarga tersiksa oleh ketidakpastian akan keberadaan orang-orang yang mereka cintai. Tidak ada orang tua yang harus menggali reruntuhan atau kuburan massal untuk mencari jenazah anak mereka. Tidak ada anak yang boleh sendirian, tanpa perlindungan di zona perang. Tidak boleh ada anak yang ditahan atau disandera," papar Direktur Regional Save the Children untuk Timur Tengah, Jeremy Stoner.
"Anak-anak yang hilang namun masih hidup adalah anak-anak yang rentan, menghadapi risiko perlindungan yang besar dan harus ditemukan. Mereka harus dilindungi dan dipertemukan kembali dengan keluarga mereka. Bagi anak-anak yang telah terbunuh, kematian mereka harus ditandai secara resmi, keluarga mereka diberitahu, upacara pemakaman dihormati, dan pertanggungjawaban dicari. Seperti yang telah ditunjukkan oleh banyak pihak, Gaza telah menjadi kuburan bagi anak-anak, dengan ribuan lainnya yang hilang dan tidak diketahui nasibnya."
"Harus ada investigasi independen dan mereka yang bertanggung jawab harus dimintai pertanggungjawaban. Kami sangat membutuhkan gencatan senjata untuk menemukan dan mendukung anak-anak yang hilang yang masih hidup, dan untuk mencegah lebih banyak lagi keluarga yang hancur." ungkapnya.
Save the Children telah menyediakan layanan dan dukungan penting bagi anak-anak Palestina sejak tahun 1953. Tim Save the Children di Gaza bekerja sama dengan mitra lokal untuk mengidentifikasi dan mendukung anak-anak tanpa pendamping. Hal ini termasuk menyediakan manajemen kasus perlindungan anak secara individu, uang tunai untuk pengasuh yang merawat anak-anak yang terpisah, dukungan psikososial, serta pemantauan dan pelibatan masyarakat. Save the Children juga menyediakan akses ke layanan seperti ruang ramah anak dan dukungan nutrisi dan kesehatan.