PBB: Setiap Hari Ada 10 Anak Gaza yang Satu atau Dua Kakinya Harus Diamputasi karena Serangan Israel
PBB: Setiap Hari Ada 10 Anak Gaza yang Satu atau Dua Kakinya Harus Diamputasi karena Serangan Israel
Angka ini belum termasuk anak-anak yang diamputasi bagian lengan dan anggota tubuh lainnya.
-
Siapa korban dari kekejaman Israel? Avni adalah seorang pawang anjing di penjara Ofer yang terkenal dengan pengamanannya yang ketat, salah satu dari banyak penjara Israel di mana warga Palestina menghadapi penyiksaan dan penganiayaan yang kejam.
-
Berapa jumlah korban genosida di Gaza? Jurnal kedokteran ternama Inggris, The Lancet memperkirakan jumlah korban kebrutalan Israel di Jalur Gaza, Palestina bisa mencapai 186.000 jiwa.
-
Di mana anak-anak di Gaza terbunuh? Korban jiwa massal dilaporkan terjadi setelah serangan terbaru oleh pasukan Israel di Rafah.
-
Siapa yang menjadi korban pembantaian di Gaza? Jumlah korban tewas yang tercatat resmi mencapai 32.975 orang pada hari Rabu. Namun, angka ini hanya mencakup warga Palestina yang jenazahnya tiba di rumah sakit, sementara sekitar 7.000 lainnya masih hilang.
-
Apa yang dilakukan Israel terhadap anak-anak Palestina? Laporan ini berdasarkan pengakuan para saksi mata, laporan medis, dan tayangan CCTV. Pembunuhan yang didokumentasikan laporan ini berlangsung antara 2 Oktober 2023 dan 31 Juli 2024, seperti dilansir Middle East Eye.
-
Apa yang dilakukan Israel di Jalur Gaza? Israel secara diam-diam mendanai kampanye propaganda besar-besaran untuk menargetkan masyarakat Amerika Serikat terkait agresi brutal mereka di Jalur Gaza, Palestina.
PBB: Setiap Hari Ada 10 Anak Gaza yang Satu atau Dua Kakinya Harus Diamputasi karena Serangan Israel
Agresi brutal Israel di Jalur Gaza, Palestina, tidak hanya telah membunuh hampir 40.000 manusia, tapi juga menyebabkan anak-anak menjadi cacat. Cedera mengerikan dan cacat anak-anak palestina akibat dampak pengeboman Israel di Gaza disorot oleh Philippe Lazzarini, Kepala Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA).
“Pada dasarnya, setiap satu hari, tercatat ada 10 anak yang rata-rata kehilangan satu atau dua kakinya,” kata Lazzarini, dikutip dari The Cradle, Rabu (26/6).
Menurut data dari badan anak-anak PBB UNICEF, UNRWA mencatat bahwa angka tersebut tidak termasuk anak-anak yang kehilangan lengan dan tangan, ada lebih banyak catatan medis dari angka tersebut.
“Sepuluh per hari, itu berarti sekitar 2.000 anak telah melalui perang brutal ini selama lebih dari 260 hari,” tambah Lazzarini.
Dia juga menekankan bahwa saat ini, amputasi di Gaza dilakukan dalam kondisi dan tingkat yang mengerikan.
Secara terpisah, LSM yang berbasis di Amerika Serikat, Save the Children, memperkirakan sekitar 21.000 anak hilang akibat perang Israel di Gaza.
Sejak agresinya dimulai pada 7 Oktober 2023, Israel telah membunuh 37.626 orang, sekitar 75 persen di antaranya adalah anak-anak, wanita dan orang tua. Lebih dari 10.475 adalah wanita.
Menanggapi semakin meningkatnya korban anak-anak, beberapa negara di dunia mulai menyuarakan pembelaan bagi negara Palestina khususnya warga di Jalur Gaza. Salah satunya adalah Yunani yang menuntut agar negara-negara di Eropa menanggapi “tragedi” ini dan menerima anak-anak dari Gaza untuk dirawat dari luka-luka dan trauma terkait perang lainnya.
"Kita harus menghadapi tragedi ini dengan sangat jelas," ujar Menteri Luar Negeri Yunani George Gerapetritis pekan lalu.
"Eropa harus terbuka terhadap orang-orang yang terluka dari (Gaza) dan juga terhadap anak-anak yang kini menghadapi kelaparan atau bahaya lainnya," sambungnya.
Gerapetritis telah berbicara dengan Perdana Menteri Palestina Mohammad Mustafa dan mencari dukungan dari negara-negara lain untuk melanjutkan proyek ini.
Brussels mendesak para menteri kesehatan dan perlindungan sipil Uni Eropa untuk menyuarakan kesiapan mereka untuk menerima pasien Palestina dalam sebuah surat yang dikirim pada bulan Mei. Kolombia telah menyatakan bahwa mereka akan menyediakan perawatan medis bagi anak-anak Palestina yang terluka.
Anak-anak Gaza juga berada di ambang kelaparan, dengan kementerian kesehatan pemerintah mencatat bahwa 98 persen anak-anak tidak memiliki akses ke air minum yang aman. Setidaknya "33 anak di seluruh Jalur Gaza, terutama di wilayah utara meninggal akibat kekurangan gizi dan dehidrasi di tengah kelaparan yang semakin parah," tambah kementerian tersebut.
Lazzarini mengatakan UNRWA, penyedia bantuan kemanusiaan terbesar untuk Gaza, kekurangan dana yang dibutuhkan. "
Kami memiliki uang tunai hingga akhir Agustus, kekurangan sekitar 140 juta dolar AS (Rp2,3 triliun) untuk menjembatani hingga akhir tahun," ujar Lazzarini.