Pemantau HAM Eropa Ungkap Kebiadaban Israel di Gaza, Jadikan Satu Keluarga Perisai Manusia dan Sengaja Melindas Seorang Nenek dengan Tank
Ini salah satu kebiadaban Israel yang diungkap Euro-Med Monitor.
Ini salah satu kebiadaban Israel yang diungkap Euro-Med Monitor.
Pemantau HAM Eropa Ungkap Kebiadaban Israel di Gaza, Jadikan Satu Keluarga Perisai Manusia dan Sengaja Melindas Seorang Nenek dengan Tank
Kebiadaban dan kekejian Israel selama operasi genosida mereka di Jalur Gaza, Palestina, tak ada habisnya. Baru-baru ini, lembaga pemantau HAM Eropa, Euro-Med Monitor mengungkapkan kebiadaban Israel yang sangat di luar akal manusia.
Dalam situs webnya, Euro-Med menyatakan tentara Israel terus menerus menggunakan tank mereka untuk melindas warga sipil Palestina, selain menggunakan mereka sebagai perisai manusia.
-
Apa yang dilakukan tentara Israel di Gaza? 'Pertama-tama, mereka mengatakan 'empat orang'. Ternyata dua anak-anak dan dua orang dewasa, dan ternyata, itu ada seorang pria, seorang perempuan, dan dua anak-anak. Anda gambarkan saja sendiri bagaimana,' kata S.
-
Apa yang dilakukan Israel di Jalur Gaza? Israel secara diam-diam mendanai kampanye propaganda besar-besaran untuk menargetkan masyarakat Amerika Serikat terkait agresi brutal mereka di Jalur Gaza, Palestina.
-
Siapa yang menyerang Gaza? Israel masih terus melakukan serangan-serangan ke wilayah Gaza, Palestina sejak 7 Oktober 2023 lalu.
-
Apa yang dilakukan Israel di Gaza? Negara muslim ini diprotes warganya karena menerima kapal perang negeri zionis yang kini sedang membunuhi warga Gaza Palestina.
Tim lapangan Euro-Med mendokumentasikan, baru-baru ini satu keluarga di Gaza dijadikan perisai manusia. Satu keluarga ini terdiri dari seorang lansia atau nenek dan empat anaknya, termasuk tiga perempuan muda dan cucunya yang berusia 1,5 tahun. Keluarga ini diserang dengan tembakan dan bom setelah pasukan penjajah Israel menyerbu rumah mereka pada Kamis (27/6) malam.
Mereka kemudian dibawa keluar dan ditahan selama tiga jam di dalam rumah kendati kondisi mereka sedang terluka. Rumah mereka berada di dekat zona pertempuran berbahaya, di mana mereka dijadikan sebagai perisai manusia.
"Ibu berusia 65 tahun itu, diidentifikasi bernama Safiya Hassan Musa Al-Jamal, dilindas tank Iseael dan tewas di depan putranya," tulis Euro-Med dalam laporannya, dikutip Selasa (2/7).
"Kami tinggal di Jalan Al-Nazaz di Al-Shuja'iya, Gaza timur, ketika sekitar pukul 10.00 pada Kamis kami kaget mendengar suara baku tembak dan ledakan. Kami berusaha melarikan diri tapi gagal. Sekitar kami sangat kacau. Kami masuk ke dalam, naik ke lantai satu, dan duduk di sebuah kamar di tengah rumah. Saat kami sedang duduk di sana, kami melihat tank-tank Israel semakin mendekat ke daerah itu," tutur putra Safiya Hassan Musa Al-Jamal, Muhannad Al-Jamal (28) kepada tim Euro-Med Monitor.
"Lalu pengeboman semakin intens, dan saya melihat banyak tank telah berbalik dan sekarang ditempatkan di lahan tetangga kami, melibas dan menghancurkannya sebelum mengibarkan bendera Israel di properti tersebut," lanjutnya.
"Saya sedang bersama ibu saya, tiga saudara perempuan, dan keponakan saya di kamar itu. Kami sangat berhati-hati jangan sampai ribut. Menjelang magrib, tank-tank mulai mengeluarkan tembakan ke apartemen lantai dasar saudara laki-laki saya di rumah kami. Saya mengumpulkan keluarga saya dan kami duduk di salah satu ruangan, membaca syahadat dan menunggu apa yang akan terjadi pada kami."
Setelah magrib, lanjut Muhannad, mereka mendengar tembakan di jalan dan tentara menyerbu rumah mereka setelah mengebom tembok.
"Ketika mereka menemukan kami di kamar itu, mereka mulai menembak ke tembok secara acak dan melempar lima bom di tengah tembakan. Mereka berteriak dalam bahasa Ibrani, dan kami tidak mengerti apa yang mereka katakan," tuturnya.
"Saya terkena serpihan di punggung, juga saudara-saudara perempuan saya. Ibu saya terkena serpihan (bom) sangat besar di dadanya lalu kakak-kakak saya teriak, "Kami warga sipil." Para tentara itu maju satu demi satu, berteriak, "Diam!" sebelum menarik saya. Mereka memaksa saya membuka baju dan menghadapkan saya ke tembok. Setelah ibu saya dan kakak-kakak saya masuk dengan seorang tentara perempuan, tentara itu mengacungkan senjata mereka ke arah saya selama setengah jam."
"Mereka meminta saya memapah ibu saya. Setelah itu, seorang tentara memerintahkan saya menaruhnya di atas tandu, jadi saya ikuti. Saya lalu memapahnya bersama seorang tentara melalui sebuah pintu keluar yang dibuat oleh tentara penyerang tersebut. Kami lalu menuju ke area terdekat dan menaruh (ibu saya) di dalam tank, di mana saya meletakkan tandu di depan saya sebelum keluar. Setelah itu, mereka membawa saya kembali ke rumah. Mereka kemudian menurunkan dan memborgol saya."
Pada malam harinya, sekitar pukul 21.45, Muhannda diborgol dan matanya ditutup oleh tentara Israel. Dia merasa pasukan penjajah akan mengeksekusinya pada malam itu setelah dia dibawa ke sebuah bukit pasir dan disorot dengan laser. Namun tentara itu menghidupkan kendaraan tank dan Muhannad diperintahkan masuk ke dalam.
"Tank tersebut berbeda dengan yang digunakan ibu saya. Kemudian, tank tersebut bergeser dan berajalan. Setelah itu, mereka menurunkan saya di sebuah tangga, dan saya tidak tahu di mana saya berada. Saya diminta untuk mengikuti arahan mereka saat saya bergerak. Hal ini berlangsung sekitar 15 menit sementara komentar kasar dilontarkan. Kemudian leher saya dicengkeram oleh salah satu tentara. Setelah saya bergerak 50 meter, mereka memasukkan saya ke dalam tank lain. Saya pindah, lalu mereka menurunkan saya dan memasukkan saya ke dalam tank yang berisi tandu yang kami gunakan untuk mengangkut ibu saya. Belakangan, tank itu bergerak."
“Saya berasumsi bahwa kami akan dibawa ke fasilitas medis agar ibu saya dapat dirawat, namun mereka malah menyerang saya dan ibu saya, dan menjatuhkannya ke tanah. Beberapa menit kemudian, saya baru sadar bahwa kami sudah sampai di Bundaran Mushtaha, di ujung Jalan Al-Nazzaz. Saya menanyakan lokasi saya. "Ibumu akan dibawa dengan ambulans," katanya. Ibuku tergeletak di tanah, tidak sadarkan diri. Ada dua tank di kanan dan kiri mengelilingi bundaran. Setelah tentara memasuki tank, tank tersebut mulai bergerak mundur dan melindas ibu saya."
Menyaksikan adegan biadab tersebut, Muhammad serasa mau gila dan mulai menangis dan berteriak.
"Saya melarikan diri, takut akan nyawa saya, ketika tank di sebelah kanan mencoba menabrak saya. Namun, dua tank itu bergerak ke arah lain, dan tank di sebelah kiri berusaha melindas ibu saya sekali lagi, tapi tidak jadi. Setelah itu, tank-tank itu berputar dan mengarahkan senjatanya ke arah saya. Karena takut, saya bersembunyi dengan berlindung. Yang bisa saya dengar ketika saya mulai berteriak hanyalah suara tembakan. Anjing-anjing semakin mendekati tubuh ibu saya dan saya mendorong mereka menjauh karena mereka akan memakan tubuhnya," tuturnya.
"Itu terjadi pada Jumat dini hari, sekitar pukul 01.00. Tentara di dalam tank itu tahu di mana dia menaruh ibu saya dan bisa menjauhinya, tapi dia sengaja melindasnya."
Malam itu terjadi tembakan yang terus menerus. Muhannad tidak bisa membawa jasad ibunya setelah dilindas tank. Dia kemudian berusahan mencari kakak-kakak perempuannya, melewati baku tembak yang sangat intens. Setelah ditolong seseorang dan dibantu melewati rute aman, Muhannad tiba di tempat seorang temannya.
Beberapa waktu kemudian, dia akhirnya menemukan ketiga kakaknya dan sedang dirawat di Rumah Sakit Baptist.
"Mereka menanyakan tentang ibu saya, jadi saya ceritakan mereka."
Menjadikan warga sipil sebagai perisai manusia dan melindasnya dengan tank beberapa kali didokumentasikan oleh Euro-Med sejak perang genosida Israel di Gaza yang dimulai pada 7 Oktober 2023.
Menurut Euro-Med, tentara Israel juga menggunakan tank untuk menghancurkan properti warga sipil Palestina, khususnya mobil di sejumlah daerah di Jalur Gaza.
"Sebagian besar serangan tank-tank ini menargetkan kendaraan tanpa ada bukti terkait dengan militer, (kendaraan) yang diparkir di jalan-jalan, menunjukkan penghancurkan sewenang-wenang dan sistematis tentara Israel atas properti rakyat Palestina," jelas Euro-Med.
"Melindas warga sipil dengan tank adalah salah satu dari banyaknya cara brutal tentara Israel membunuh warga Palestina di Jalur Gaza, mengabaikan kemanusiaan, penderitaan, dan martabat mereka."