Ratusan Jenazah Korban Serangan Israel di Gaza Tanpa Identitas, Dimakamkan Secara Massal
Agresi Israel di Gaza telah membunuh lebih dari 14.000 warga sipil.
Agresi Israel di Jalur Gaza, Palestina, telah membunuh lebih dari 14.000 warga sipil.
Ratusan Jenazah Korban Serangan Israel di Gaza Tanpa Identitas, Dimakamkan Secara Massal
Agresi Israel di Jalur Gaza, Palestina, menewaskan lebih dari 14.000 warga sipil. Di antara para korban ini, ratusan di antaranya tanpa identitas.
Pada Rabu, kuburan massal digali di sebuah pemakaman di Khan Yunis, Gaza selatan. Ratusan korban tanpa identitas ini dimakamkan secara massal.
Sumber: NDTV
Mayat-mayat itu, terbungkus rapi dengan terpal biru, diturunkan ke dalam liang dengan tandu, sebagian di antaranya masih ada noda darah. Pemandangan tragis ini terjadi di tengah situasi darurat kesehatan di rumah sakit Gaza yang terkena serangan udara Israel.
Foto: AFP
“Karena para syuhada ini tidak memiliki siapapun untuk mengucapkan selamat tinggal, kami menggali kuburan massal untuk menguburkan mereka. Mereka adalah para syuhada ang tidak diketahui (identitasnya),” kata Bassem Dababesh dari komite darurat di Kementerian Agama Gaza kepada AFP.
Mayat-mayat tak dikenal itu berasal dari Rumah Sakit Indonesia dan Al-Shifa di Jalur Gaza utara, menurut anggota komite di lokasi pemakaman.
Mayat-mayat tak dikenal itu berasal dari Rumah Sakit Indonesia dan Al-Shifa di Jalur Gaza utara, menurut anggota komite di lokasi pemakaman.
Rumah Sakit Indonesia di tepi kamp pengungsi Jabalia, yang terkena serangan udara Israel, sebagian dievakuasi pada Senin, kata Ashraf al-Qudra, juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza.
"Ada banyak mayat di mana-mana. Jika saya tidak melihatnya dengan mata kepala sendiri, saya tidak akan mempercayainya," kata Umm Mohammed al-Ran, seorang perempuan yang dievakuasi dari Rumah Sakit Indonesia menuju Rafah di selatan.“Orang-orang yang terluka meninggal di depan kami karena kehabisan darah,” katanya kepada AFP.
“Bau kematian ada di mana-mana di rumah sakit. Yang terluka berteriak meminta obat penghilang rasa sakit, tapi dokter tidak punya obat apa pun untuk diberikan.”
Situasi serupa terjadi di rumah sakit Al-Shifa di Kota Gaza, yang merupakan rumah sakit terbesar di wilayah tersebut. Pada 14 November, direktur rumah sakit Mohammad Abu Salmiya mengatakan 179 jenazah telah dimakamkan di kuburan massal di dalam kompleks rumah sakit tersebut.
Di antara mereka ada tujuh bayi prematur yang meninggal karena tidak ada listrik untuk menyalakan inkubatornya.
Jenazah yang tiba di Khan Yunis pada Rabu dilaporkan akan "ditahan" oleh Israel sebelum dibebaskan setelah ada perwakilan dari "negara ketiga dan PBB", demikian diungkapkan oleh komite darurat di kementerian urusan agama.
Khalil Siam, direktur perusahaan transportasi, menyatakan bahwa mayat-mayat tersebut tiba semalam, dengan kekhawatiran apakah kondisinya sudah membusuk atau belum.
Sejak serangan Israel dimulai, korban dimakamkan dengan tergesa-gesa di lahan pribadi dan bahkan lapangan sepak bola, ketika kuburan penuh atau tidak dapat diakses karena pertempuran.
Kekurangan Kantong Jenazah
Philippe Lazzarini, kepala Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), mengungkapkan situasi di Gaza semakin sulit, kekurangan kantong jenazah menjadi salah satu tantangan. Dia menyatakan, setiap berita yang berasal dari Gaza mencerminkan kisah tentang kelangsungan hidup, keputusasaan, dan kehilangan.