Menunggu Gerindra di saat 43,9 persen warga ingin poros ketiga di Pilgub Jatim
Menunggu Gerindra di saat 43,9 persen warga ingin poros ketiga di Pilgub Jatim. Hasil survei Surabaya Survey Center (SSC) yang dirilis pada Rabu (13/12) kemarin, menunjukkan bahwa hampir 50 persen warga Jawa Timur menghendaki munculnya pilihan alternatif di Pilgub Jawa Timur 2018.
Hasil survei Surabaya Survey Center (SSC) yang dirilis pada Rabu (13/12) kemarin, menunjukkan bahwa hampir 50 persen warga Jawa Timur menghendaki munculnya pilihan alternatif di Pilgub Jawa Timur 2018. Sebab, hingga saat ini baru dua pasangan calon (paslon) yang muncul. Yaitu Saifullah Yusuf (Gus Ipul)-Abdullah Azwar Anas dan Khofifah Indar Parawansa-Emil Elestianto Dardak.
Nah, pada posisi ini bisa menjadi ceruk bagi partai politik di Jawa Timur yang belum menentukan pilihan. Seperti Partai Gerindra misalnya. Partai besutan Prabowo Subianto ini bisa menjadi motor penggerak bagi lahirnya poros ketiga dan mengusung calon alternatif.
Terlebih, Prabowo selaku ketua umum, telah menerbitkan surat tugas kepada La Nyalla M Mattalitti –Cagub alternatif- untuk mencari partai koalisi hingga batas waktu 20 Desember mendatang. Sebab, Gerindra hanya memiliki 13 kursi di DPRD Jawa Timur. Sementara untuk bisa mengusung calon sendiri, salah satu syaratnya adalah memiliki 20 kursi.
Pertanyaannya, partai mana yang bersedia diajak bergabung bersama Gerindra membentuk poros ketiga? PKS (6 kursi) yang selama ini menjadi 'sekutunya' mulai ancang-ancang bergabung dengan PDIP dan PKB mengusung Gus Ipul-Anas. Pun begitu dengan PAN (7 kursi), juga mengaku tertarik merapat ke kubu Khofifah-Emil.
Menyikapi kondisi ini, Sekertaris DPD Partai Gerindra Jawa Timur, Anwar Sadad menjawabnya dengan santai. "Pilkada ini baru benar-benar final pada 8 Januari 2018. Masih ada waktu," kata Anwar Sadad, Kamis (14/12).
Menurutnya, pengkondisian politik bagi Gerindra ada hal berbeda yang haris disikapi dengan cermat. "Kurang lebih, paling tidak kita nikmati pelan-pelan, sedikit demi sedikit, ketegangan-ketegangan, ya banyak orang bilang lebih cepat lebih baik. Saya kira pengkondisian itu berbeda bagi kami, bagi Partai Gerindra," katanya masih dengan jawaban santai.
Hasil survei SSC, anggota komisi D DPRD Jawa Timur ini mengaku akan menjadikannya sebagai catatan penting untuk melihat gambaran bahwa masyarakat lebih menginginkan adanya poros ketiga.
Bahkan dia menilai kabar soal akan merapatnya PKS ke kubu Gus Ipul-Anas, maupun PAN yang berniat gabung dengan Khofifah-Emil bukan suatu penghalang. Apalagi, hingga saat ini selain PAN dan PKS, masih ada NasDem (4 kursi) dan PPP (5 kursi) yang belum menurunkan SK rekomendasinya untuk salah satu paslon.
"Ini akan menjadi catatan. Misalkan PKS mau ke sini, PAN mau ke sini, saya kira kita tidak bisa terlalu reaktif dengan kondisi seperti itu. Sampai pada titik di mana, pada akhirnya Gerindra akan memilih ke mana, saya kira Partai Gerindra bukan parti yang baru sekarang ikut Pilkada. Saya kira jangan khawatir, don’t worry ya," tegas Sadad sembari tersenyum.
43,9 Persen ingin ada pilihan alternatif
Hasil survei SSC periode 25 November hingga 8 Desember 2017 menyebut, 43,9 persen responden sangat setuju apabila ada poros tengah yang terdiri dari Partai Gerindra, PAN, dan PKS. Hanya 17,7 persen saja yang menyatakan tidak setuju. Sementara 38,4 persen sisanya memilih tidak menjawab atau tidak tahu.
Dari 43,9 persen yang setuju tersebut, 50,5 persennya mengaku menginginkan keberadaan poros tengah agar mereka memiliki lebih banyak pilihan. Sedangkan 25,3 persen menganggap jenuh dengan calon-calon yang sudah ada. 24,2 persen sisanya menganggap keberadaan poros tengah bisa menjadikan Pilgub Jawa Timur 2018 semakin ramai dan seru.
Data survei SSC ini dilakukan di 38 kabupaten/kota se-Jawa Timur dengan metode Multistage Random Sampling kepada 940 responden. Tingkat kepercayaan dari hasil tersebut sebesar 95 persen dengan margin of error sekitar 3,2 persen.
Direktur Riset SSC, Edy Marzuki menilai, keberadaan poros tengah ini bisa memecah kejenuhan yang ada di tengah perseteruan antara Gus Ipul versus Khofifah. Publik saat ini cenderung menginginkan gubernur yang notabene benar-benar baru.
"Saya rasa, pemilih tidak akan tergoda oleh proker yang ditawarkan saja. Figur kandidat juga menjadi penting. Itulah kenapa kemunculan poros tengah ditunggu oleh publik. Akan tetapi, di sisi lain para inisiator poros tengah juga perlu berpikir matang terkait calon yang bisa menjadi pilihan alternatif bagi para pemilih nantinya. Paling tidak yang mampu mengimbangi elektabilitas Gus Ipul dan Khofifah," jelas Edy.
Dosen di Universitas Yudharta Pasuruan ini juga menyebut, poros ketiga juga bisa mendorong agar Gerindra, PAN, dan PKS yang sebelumnya disebut sebagai inisiator poros tengah untuk memunculkan keberanian dan mewujudkan poros tersebut. "Itu demi menjaga marwah partai mereka juga. Meskipun tanpa PKS sekalipun, karena sedang santer disebut bakal memberikan dukungan ke Gus Ipul, saya rasa Gerindra dan PAN lebih dari mampu asalkan mampu mewujudkan sosok calon yang mampu bersaing," tegas Edy.
Baca juga:
Gerindra butuh kerja keras menangkan Pilgub Jabar, Jateng dan Jatim
SSC: Khofifah unggul soal popularitas dan akseptabilitas dari Gus Ipul
Survei SSC: Gus Ipul-Anas unggul tipis dari Khofifah-Emil
Prabowo sebut Gerindra masih penjajakan untuk berkoalisi di Pilgub Jatim
Polisi pelototi media sosial jelang Pilgub Jatim
KPPU ingatkan cagub Jatim harus berantas praktik monopoli persaingan usaha
Gerindra beri surat tugas ke La Nyalla di Pilgub karena berjasa dalam Pilpres 2014