Ngomong sepotong-sepotong, bikin susah nilai visi misi Jokowi
Seorang capres seharusnya mampu bicara banyak khususnya soal visi dan misi untuk membangun Indonesia ke depan.
Ketua DPP PAN Didik Junaidi Rachbini mengaku kesulitan untuk menilai ketokohan seorang Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo (Jokowi). Sebab, Jokowi sering kali bicara sepotong-sepotong.
Menurut Didik, seorang capres harus mampu bicara banyak khususnya soal visi dan misi untuk membangun Indonesia ke depan. Namun, hal itu tidak ia lihat dalam diri Capres PDIP Jokowi.
"Sekarang ada Jokowi, enggak bisa menilai karena enggak ngomong apa-apa. Kalau ngomong sesuatu bisa (dinilai), karena dia enggak ngomong apa-apa," ujar Didik dalam Diskusi Polemik di Warung Daun, Jakarta, Sabtu (5/4).
Beda dengan Jokowi, kata dia, capres Partai Gerindra Prabowo Subianto lebih sering bicara soal nasionalisme. Namun, kata dia, nasionalisme yang dijual Prabowo terlalu ekstrem, sebab saat ini sudah masuk ke dalam era globalisasi.
"Prabowo menjual nasionalisme yang sedikit berbenturan dengan pragmatisme globalisasi. Akan lebih mengambil sentimen nasionalisme kalau terlalu ekstrem juga terlalu bahaya," terang Didik.
Sementara untuk capres Golkar Aburizal Bakrie (Ical), lanjut dia, akan lebih memahami soal globalisasi. Sebab Ical adalah pengusaha nasional. "Aburizal seorang business man," tukas Didik.
"Yang lain Hatta, Wiranto, saya kira bagian dari yang punya potensi mengembangkan nasionalisme," ujar peneliti Pusat Data Bersatu (PDB) ini.
Seperti diketahui, Jokowi kerap menjawab pertanyaan wartawan dengan singkat dan tak mau bicara soal visi misi menjadi capres sebelum pemilu legislatif usai. Bahkan, saat ditanya soal kasus Century, Jokowi ngaku tidak tahu.