Nurdin Halid: Siapa yang memalsukan AD/ART?
Nurdin Halid: Siapa yang memalsukan AD/ART? Generasi Muda Partai Golkar melaporkan tiga anggota DPP partai beringin itu ke Bareskrim Polri. Tiga petinggi yang berinisial S, N, dan I dituduh telah memalsukan dokumen Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) hasil Munaslub Golkar di Bali tahun 2016.
Generasi Muda Partai Golkar melaporkan tiga anggota DPP partai beringin itu ke Bareskrim Polri. Tiga petinggi yang berinisial S, N, dan I dituduh telah memalsukan dokumen Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) hasil Munaslub Golkar di Bali tahun 2016.
Menanggapi ini, Ketua Harian Nurdin Halid menampik ada dokumen yang telah dipalsukan. Menurut dia upaya pelaporan tersebut hanya mengada-ada.
"Siapa yang memalsukan AD/ART?" jawab dia ketika ditemui usai pleno Golkar di kantor DPP, Slipi, Jakarta Barat, Rabu (13/12).
Terkait tiga orang yang dituduhkan, Nurdin tidak mengkonfirmasi siapa saja orang dalam inisial tersebut. Namun ia pastikan tidak ada yang telah melakukan pemalsuan dokumen.
"Ngawur itu, ngawur," imbuh dia.
Tiga pentolan GMPG yakni Ahmad Doli Kurnia, M Syamsul Rizal serta Aderi Z Sitompul melaporkan dugaan pemalsuan dan penipuan perubahan redaksi anggaran dasar rumah tangga di luar dari mekanisme organisasi Partai Golkar. Laporan itu tercantum dengan nomor LP/1371/XII/Bareskrim Polri tanggal 13 Desember 2017.
"Inisialnya S, N, dan I," kata Inisiator GMPG Partai Golkar, M Syamsul Rizal di Kantor Bareskrim Polri di gedung Kementerian Kelautan dan Perikanan, Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (13/12).
Hal itu, kata Syamsul ditemukan ketika melakukan pengkajian AD/ART menjelang Munaslub. Dalam temuannya, terdapat dua dokumen hasil Munaslub Bali 2016 dengan ada yang dipalsukan.
"Jadi ada dua anggaran dasar dan anggaran rumah tangga yang berbeda, yang asli dan yang palsu," ungkapnya.
Baca juga:
Resmi ambil alih Golkar, ini pernyataan politik pertama Airlangga
Airlangga ditunjuk jadi ketum Golkar, Munaslub digelar 19-20 Desember
Tak ingin Golkar gaduh, Aziz Syamsuddin mundur dari caketum Golkar
Aziz Syamsuddin tegaskan dua kali maju Munaslub di rapat pleno Golkar
Di rapat pleno, 154 pengurus DPP Golkar desak Munaslub sebelum 19 Desember
Idrus Marham ogah deklarasi Caketum Golkar sebelum ada kepastian munaslub
Aziz Syamsuddin: Insya Allah maju Munaslub, untuk ciptakan demokrasi
-
Apa alasan Nurdin Halid menilai Airlangga Hartarto layak memimpin Golkar? "Sangat layak, Erlangga memimpin Golkar," ujarnya kepada wartawan, Rabu (3/4). Nurdin mengaku di Pemilu 2024, Golkar perolehan kursi di DPR RI meningkat menjadi 102. Padahal di Pemilu 2019, Golkar hanya meraih 85 kursi. "Dari 85 kursi menjadi 102, itu tidak mudah. Sangat layak (memimpin kembali Golkar)," tuturnnya.
-
Kenapa Partai Golkar didirikan? Partai Golkar bermula dengan berdirinya Sekber Golkar di masa-masa akhir pemerintahan Presiden Soekarno. Tepatnya tahun 1964 oleh Angkatan Darat digunakan untuk menandingi pengaruh Partai Komunis Indonesia dalam kehidupan politik.
-
Kapan Partai Golkar didirikan? Partai Golkar bermula dengan berdirinya Sekber Golkar di masa-masa akhir pemerintahan Presiden Soekarno. Tepatnya tahun 1964 oleh Angkatan Darat digunakan untuk menandingi pengaruh Partai Komunis Indonesia dalam kehidupan politik.
-
Siapa yang Nurdin Halid nilai sangat layak untuk memimpin Golkar? Wakil Ketua Umum Partai Golkar, Nurdin Halid menilai sosok Airlangga Hartarto masih sangat layak memimpin partai berlambang pohon beringin itu. Perolehan suara di Pemilu 2024 menjadi alasan Nurdin Halid menilai Airlangga sangat mumpuni.
-
Apa yang diminta oleh Partai Golkar kepada Bahlil? Partai Golkar meminta Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia tidak mengklaim sebagai kader partai yang dipimpin Ketua Umum Airlangga Hartarto.
-
Apa alasan utama yang diutarakan oleh Hetifah Sjaifudian terkait penolakan Munaslub Partai Golkar? "Saya berpandangan, Munaslub hanyalah jalan akhir ketika terdapat musibah, kondisi darurat atau force major sehingga ada unsur di puncak partai yang tidak berjalan. Saya kira semua paham, Golkar hari ini masih tetap menghiasi landscape politik Indonesia," jelasnya.