Panas dingin hubungan Jokowi-SBY dari BBM sampai mafia migas
Bak orang pacaran, kedua tokoh politik ini kadang terlihat mesra dan sering juga berseteru.
Bak orang pacaran, hubungan dua tokoh politik Joko Widodo (Jokowi) dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kerap panas dingin. Terkadang keduanya tampak mesra, namun sering kali antara pihak Jokowi dan SBY saling tuding dan berseteru.
Saat masa transisi, SBY dengan terbuka menerima Jokowi yang dinyatakan sebagai pemenang pemilu untuk datang ke istana. SBY dengan 'mesra' mengajak Jokowi bersama timnya untuk jalan-jalan keliling istana sekedar memberikan informasi, ada apa dan bagaimana kondisi istana.
Namun, hubungan Jokowi dan SBY kembali memanas pasca Menteri ESDM Sudirman Said mengeluarkan statemen yang dinilai menyudutkan pemerintahan SBY. Sudirman menyebut persoalan mafia migas selalu selesai jika sudah sampai di meja SBY saat ketua umum Partai Demokrat itu menjadi penguasa.
Komentar ini pun menuai pro dan kontra di berbagai kalangan. Khususnya bagi kader-kader Demokrat yang tak terima SBY dituding, membela habis-habisan dan menuntut Sudirman untuk segera meminta maaf secara terbuka kepada SBY.
Berikut kisah pasang surut hubungan SBY dan Jokowi dari mulai soal subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) sampai mafia migas, dihimpun merdeka.com, Rabu (20/5):
-
Bagaimana Presiden Jokowi mengenalkan Prabowo Subianto sebagai Presiden Terpilih? Menlu Retno mengatakan bahwa Presiden Jokowi dalam setiap kesempatan dan acara selalu mengenalkan Prabowo Subianto selaku calon presiden terpilih.
-
Siapa yang menggugat Presiden Jokowi? Gugatan itu dilayangkan Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI) melayangkan gugatan terhadap Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN).
-
Apa yang dilakukan Aira Yudhoyono bersama kakeknya, Susilo Bambang Yudhoyono? Mereka menikmati waktu bersama dengan penuh keasyikan, saling memperhatikan berbagai hal di sekitar mereka!
-
Kapan pelantikan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka sebagai Presiden dan Wakil Presiden? Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka akan dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI periode 2024-2029 pada 20 Oktober mendatang.
-
Kapan Presiden Jokowi meresmikan Bandara Panua Pohuwato? Presiden Joko Widodo atau Jokowi meresmikan Bandar Udara Panua Pohuwato di Provinsi Gorontalo.
-
Apa yang dibicarakan Prabowo dan Jokowi? Saat itu, mereka berdua membahas tentang masa depan bangsa demi mewujudkan Indonesia emas pada tahun 2045.
Jokowi minta SBY naikkan BBM
Di awal pemerintahannya, Jokowi terpaksa menelam pil pahit. Jokowi harus menaikkan harga BBM bersubsidi. Seolah tak mau disalahkan sendiri, Jokowi sejak awal menuding bahwa kenaikkan BBM ini dampak dari pengelolaan negara era SBY.
Bahkan sebelum dilantik sebagai presiden, Jokowi lebih dulu menemui SBY di Bali. Agenda utamanya, meminta kepada SBY agar menaikkan harga BBM sebelum lengser. Namun pertemuan di Bali berjalan hampa, SBY seolah tak mau meninggalkan 'luka' di hati masyarakat saat lengser sehingga menolak keinginan Jokowi tersebut.
Karena itu, Jokowi terpaksa belum genap tiga bulan jadi orang nomor satu di Tanah Air, harus menelan pil pahit dan makian dari masyarakat karena kenaikkan BBM. Dia bahkan sesumbar tak takut kehilangan popularitas dengan kenaikan BBM ini.
"Kenapa yang dulu-dulu tidak berani melakukan ini, karena masalah popularitas," sindir Jokowi saat itu.
Jokowi mengaku sudah banyak diingatkan jika menerapkan kebijakan pengalihan subsidi BBM dari konsumtif ke produktif maka popularitasnya akan jatuh. Namun, Jokowi tak menghiraukannya.
"Tapi, saya sampaikan bahwa itu risiko sebuah keputusan," tegasnya.
SBY tak mau disalahkan begitu saja. Dia membalas dan meminta kepada Jokowi untuk tetap fokus memimpin pemerintahan tanpa harus menyalahkan pemerintahan sebelumnya.
"Fokus saja kepada Pak Jokowi, dan tidak perlu lagi menyalahkan pemerintahan pendahulunya, termasuk kepemimpinan saya dulu," katanya.
SBY berharap agar pemerintahan Jokowi- JK bisa melanjutkan hal-hal yang belum sempat selesai pada masa pemerintahannya, dan memperbaiki hal-hal lainnya yang belum sempurna untuk kebaikan dan kepentingan bangsa Indonesia.
Mesra di Istana negara
Sehari sebelum keluar dari Istana Negara, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ( SBY) menerima kedatangan presiden terpilih Joko Widodo ( Jokowi). Keduanya, jalan-jalan keliling Istana untuk memperkenalkan sejumlah fungsi ruang yang ada di Istana.
SBY menyambut kedatangan Jokowi sekitar Pukul 15.50 WIB. Kemudian keduanya, didampingi sejumlah menteri SBY, seperti Chairul Tanjung, Mari Elka Pangestu, Djoko Suyanto, Sjafrie Sjamsoeddin dan Sudi Silalahi menemani Jokowi keliling Istana.
SBY dan Jokowi berkunjung ke Istana negara, kemudian lanjut ke ruang rapat paripurna di Istana. Di tempat ini, SBY bersama menteri melakukan rapat paripurna.
"Ini biasa kami mengadakan rapat paripurna. Di sini bisa ditampilkan peta Indonesia. Kalau misalkan ada bencana, Mentawai misalnya bisa ditampilkan," kata SBY di Istana Negara, Jakarta, Minggu (19/10).
Pada kesempatan ini, Menko Ekonomi era SBY, Chairul Tanjung juga menjelaskan kepada Jokowi apa fungsi ruang paripurna. Salah satunya, melihat bencana.
"Ini jadi bisa kayak google gitu. Kalau ada bencana, atau kejadian, bisa ditentukan posisinya dimana. Pakai google earth," sambung Chairul.
Selanjutnya, Jokowi yang ditemani Tim Transisi, Andi Widjajanto dan Rini Soemarno bertolak ke Kantor presiden. Di sini SBY menjelaskan, bahwa rapat terbatas dilakukan di tempat ini.
Tak berselang lama, rombongan bertolak keluar. Saat mengitari Istana yang ada taman kecil, SBY berpesan kepada Jokowi.
"Nah di sini kalau bapak tidak ada waktu, atau susah cari tempat bisa lari di sini. Lumayan olahraga," kata SBY.
Rombongan melanjutkan jalan-jalannya ke dalam Istana Negara. Di sini, SBY sempat menginstruksikan untuk memindahkan sejumlah foto presiden dari tiang ruangan.
"Di sini, kita ada foto-foto presiden dari setiap zaman. Kita sudah geserkan, tadinya foto saya ada di sini (tiang terakhir), tapi semuanya akhirnya digeser, jadi ada satu tiang kosong untuk foto presiden berikutnya," kata SBY.
Jokowi yang mendengarkan itu hanya mengangguk dan mengiyakkan. Sementara ketua tim transisi Rini Soemarno yang ikut dalam rombongan mengucapkan terima kasih atas sambutan dan persiapan yang dilakukan SBY ini.
"Wah terima kasih loh pak sudah disiapkan," ucap Rini.
Selanjutnya, mereka menuju ke ruang tamu pejabat negara baik dalam dan luar negeri. Di sini, wartawan dilangang ikut karena SBY ingin bicara internal dengan rombongan.
"Saya minta waktu tujuh menit yah mau bicara," pungkasnya.
Kemudian, setelah beberapa menit, SBY dan Jokowi ke luar ruang tamu dan mengikuti proses gladi bersih upacara serah terima jabatan yang rencananya bakal dilakukan pada 20 Oktober besok.
Utang IMF
Pada April lalu, hubungan Presiden Joko Widodo dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kembali tegang. Penyebabnya, pernyataan Jokowi yang menyebut Indonesia masih berutang pada lembaga keuangan internasional, seperti Dana Moneter Internasional (IMF).
Mendengar pernyataan Jokowi ini, SBY melalui akun Facebooknya, mengoreksi pernyataan utang Indonesia kepada IMF. Menurutnya, Indonesia sudah melunasi seluruh utangnya sebesar USD 9,1 miliar atau setara Rp 117 triliun sejak sembilan tahun silam.
"Maaf, demi tegaknya kebenaran, saya harus mengatakan bahwa seluruh utang Indonesia kepada IMF sudah kita lunasi pada tahun 2006 lalu atau 4 tahun lebih cepat dari jadwal yang ada," tulisnya. "Sejak itu kita tidak lagi jadi pasien IMF."
Bahkan informasi ini dibenarkan oleh Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro jika pemerintah tak lagi memiliki utang pada lembaga IMF. Menurut menkeu, Indonesia hanya memiliki dana siaga dari lembaga keuangan internasional untuk menjaga keamanan cadangan devisa Indonesia.
"Pemerintah Indonesia tidak utang ke IMF. Itu dari Bank Indonesia sebesar USD 2,79 miliar dalam rangka pengelolaan devisa, jadi bukan utang yang harus dibayar," ujar Menkeu Bambang saat ditemui di Kantornya, Jakarta.
Akur di Kongres Demokrat
Presiden Jokowi hadir dalam kongres ke-IV Partai Demokrat yang digelar di Surabaya 12 Mei lalu. Jokowi bahkan menyempatkan hadir di Surabaya setelah melakukan kunjungan kerja dari luar negeri.
Kehadiran Jokowi disambut meriah oleh SBY dan kader Partai Demokrat. Bahkan dalam pidatonya, Jokowi sempat mengeluarkan guyonan-guyonan hangat membuat suasana menjadi lebih meriah.
Saat itu, Jokowi menceritakan, ketika jalan hendak ke arena kongres, ada yang bertanya tentang gaya berpakaiannya menggunakan jas hitam dan dasi merah.
"Di jalan ada yang nyeletuk, 'pak kok enggak pakai baju putih, kok pakai jas, enggak biasanya'," kata Jokowi di Hotel Shangri-La, Surabaya, Selasa (12/5).
Jokowi mengungkap alasan kenapa berpakaian rapih. Menurut dia, berpakaian rapih karena ingin bersanding dengan SBY di arena kongres.
"Terus saya sampaikan, sudah saya perkirakan saya pasti berjejer dengan Pak SBY, Pak SBY rapih, sudah tinggi besar rapih, kalau (saya) pakai putih langsung.....," kata Jokowi sambil menjatuhkan tangan tanda kalah bersaing, yang disambut tawa dan tepuk tangan hadirin.
Jokowi merasa sekali-kali harus tampil rapih apalagi di depan SBY. Dia menyadari kalah bersaing dengan SBY soal kerapian. "Sekali boleh tampil rapih seperti ini, kalau kalah ya dikit-dikit," kata Jokowi.
"Mengenai kerapian lho," singkat dia.
Ribut soal Mafia Migas
Minggu ini hubungan antara Jokowi dan SBY kembali memanas pasca mesra di Kongres Demokrat. Memang kali ini, bukan Jokowi yang terlibat langsung perseteruan dengan SBY, melainkan anak buahnya yakni Menteri ESDM Sudirman Said.
Sudirman menyebut bahwa pemerintahan SBY tak pernah selesai memberantas mafia migas. Bahkan, Sudirman menyebut jika soal mafia migas selalu selesai di meja SBY. Hal ini pun membuat kuping SBY panas.
SBY mengaku sangat terkejut dengan pernyataan Menteri ESDM Sudirman Said di media massa. Hal itu terkait pernyataan Sudirman yang menyebut pembubaran Petral di era kepemimpinan SBY kerap berhenti di meja presiden.
"Saya amat terkejut dengan pernyataan Menteri ESDM Sudirman Said yang menyerang dan mendiskreditkan saya, ketika menjadi Presiden dulu. *SBY," demikian kicau SBY dalam akun Twitter @SBYudhoyono, Senin (18/5) malam.
SBY berharap Sudirman Said memberikan klarifikasi atas apa yang dimaksud. Sebab, SBY mengaku saat masih menjadi presiden menginginkan penyimpangan apapun diberantas.
"Saya bahkan membentuk Satgas Pemberantasan Mafia Hukum, yang hakikatnya memberantas kejahatan dan penyimpangan apapun. *SBY*," katanya.
"Tidak ada yang mengusulkan ke saya agar Petral dibubarkan. Saya ulangi, tidak ada. Kalau ada pasti sudah saya tanggapi secara serius. *SBY*," katanya.
Ketua Umum Partai Demokrat ini mengaku tertib dalam manajemen pemerintahan. Isu serius seperti mafia migas, pasti akan diresponsnya. Karenanya, kata SBY, tidak mungkin usul pembubaran Petral di era kepemimpinannya berhenti di mejanya.
"Hari ini saya berbicara dengan mantan Wapres Boediono dan 5 mantan menteri terkait, apakah memang pernah ada usulan pembubaran Petral. *SBY*."
"Semua menjawab tidak pernah ada. Termasuk tidak pernah ada 3 surat yang katanya dilayangkan oleh Menteri BUMN Dahlan Iskan waktu itu. *SBY*," kata SBY.
SBY menilai pemberitaan yang menyebut pembubaran Petral berhenti di mejanya adalah fitnah dan masuk dalam pencemaran nama baik. SBY mengaku masih menunggu klarifikasi dari pihak-pihak yang menyebarkan.
"Mungkin tidak mudah menghadapi yang tengah berkuasa sekarang ini. Tetapi, kebenaran adalah "power" yang masih saya miliki. *SBY*," katanya.
Selama menjabat sebagai presiden, SBY mengaku tidak pernah mengintervensi BUMN manapun. Termasuk urusan tender dan bisnis. SBY juga mengaku berpesan agar semua BUMN berkembang baik, membayar pajak dan deviden, tidak ada korupsi dan tak menjadi sapi perah.
"Sebenarnya saya mendukung upaya pemerintahan Presiden Jokowi untuk lakukan penertiban, karena setiap Presiden hakikatnya juga begitu. *SBY*."
"Tetapi, kenapa harus terus menyalahkan pemimpin dan pemerintahan sebelumnya. Popularitas bisa dibangun tanpa menjelekkan pihak lain. *SBY*."
"Tuduhan dan fitnah yg disampaikan Menteri ESDM & pihak-pihak tertentu sulit saya terima. Rakyat Indonesia, doakan saya kuat menghadapi. *SBY*," tutupnya.