Parpol rangkul artis seksi, rakyat tetap ogah nyoblos
Salah satu caleg yang diusung adalah janda Rhoma Irama, Angel Lelga
Jelang pemilihan umum legislatif (Pileg) 2014 mendatang, sejumlah partai berlomba-lomba menyusun strategi demi meraih kemenangan. Salah satunya, memasang nama-nama artis dalam Daftar Caleg Sementara (DCS) yang diserahkan melalui Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Tidak jarang, daftar nama yang dirilis oleh KPU, beberapa di antaranya dikenal sebagai artis seksi atau pernah tampil vulgar. Catat saja, Venna Melinda yang diusung Partai Demokrat, Angel Lelga (PPP) dan Lyra Virna yang sempat ditawari untuk maju di PPP.
Popularitas mereka yang bekerja di dunia hiburan pun diharapkan mampu mendongkrak perolehan suara partai dalam pemilu mendatang. Tapi, mampukah artis seksi menaikkan elektabilitas partai?
Menurut pengamat politik dari Charta Politika, Arya Fernandez, keberadaan artis cantik tak akan mampu mendongkrak jumlah suara bagi partainya. Termasuk mendorong para pemilih untuk mencoblos partai pengusung artis ternama tersebut.
"Bagi partai pengusung, tidak menjadi faktor utama yang gerakkan perilaku pemilih," kata Arya saat berbincang dengan merdeka.com, Minggu (28/4).
Salah satu sorotan adalah keputusan PPP untuk membawa nama Angel Lelga, atau mantan istri siri Rhoma Irama itu maju dalam bursa Caleg pada Pemilu 2014. Sosok Angel dinilainya sangat kontradiktif dengan image partai pimpinan Suryadharma Ali itu.
"Tentu secara elektoral, kalau partai Islam tidak mengelolanya dengan baik, maka akan berdampak negatif pada parpol Islam," tandasnya.
Meski mengubah cara berbusananya, wanita pengoleksi tas mahal itu pun belum tentu berhasil dalam mengubah image yang melekat padanya. "Saya tidak tahu, perubahan itu untuk ubah image selama ini atau karena didukung partai Islam tiba-tiba gunakan jilbab," ucapnya heran.
Tak hanya partai Islam, parpol berlandaskan nasionalis pun juga mengalami hal yang sama. Kondisi itu bisa terjadi jika mereka mengusung artis tanpa melakukan persiapan matang demi meraup jumlah suara yang signifikan.
Sebab, popularitas itu berbanding terbalik dengan elektabilitas seseorang untuk dipilih sebagai wakilnya di DPR. Ada sejumlah syarat yang harus dilaksanakan demi membangun simpati, di antaranya kepribadian dari caleg yang diusung itu.
"Misalnya, mereka (pemilih) terkesima dengan kepribadian caleg. Calegnya dilihat merakyat, loyal, dan komitmen membangun masyarakat. Terutama mereka melihat caleg yang dekat, dekat itu bisa dengan program, isu-isu," paparnya.
Arya melanjutkan, latar belakang partai pengusung bisa menjadi nilai tambah tersendiri bagi calegnya. Kondisi itu pernah dialami PDIP dan Partai Demokrat dalam dua pemilihan umum berbeda.
"Calegnya enggak terkenal, tapi orang sangat terkesima dengan partai, dan akhirnya nyoblos partai aja," paparnya.