Pasang surut hubungan Mega-Prabowo
Padahal jika dirunut ke belakang, keduanya pernah saling mesra dalam berpolitik.
Keputusan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mencapreskan Joko Widodo (Jokowi) sebagai capres di Pilpres 2014 menuai kritik. Salah satunya kritik datang dari Capres Partai Gerindra Prabowo Subianto.
Padahal jika dirunut ke belakang, keduanya justru saling kompak dan konsisten memilih untuk menjadi partai oposisi ketimbang bergabung dengan pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Bahkan tidak sedikit antara Partai Gerindra dan PDIP saling bekerja sama memenangkan sejumlah pilkada.
PDIP dan Gerindra tak bisa lepas dari tokoh Mega dan Prabowo. Keduanya pun kini saling berseberangan karena berbeda pandangan di Pemilu 2014 kali ini. Setelah dua tokoh ini mesra di Pilpres 2009 dan sukses memunculkan kepala daerah fenomenal Jokowi dan Ahok. Kini, hubungan Mega dan Prabowo renggang karena keputusan putri Sang Proklamator Soekarno itu memilih Jokowi sebagai capres dari PDIP.
Berikut ini pasangan surut hubungan Mega-Prabowo:
-
Kapan Prabowo bertemu Jokowi? Presiden terpilih Prabowo Subianto bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana kepresidenan, Jakarta, Senin (8/7) siang.
-
Kenapa Prabowo Subianto begitu rileks menghadapi debat capres? "Beliau sangat rileks, sangat santai menghadapi debat ini, karena kan memang materinya beliau pasti sangat mengetahui dan menguasai ya," Habiburokhman menandasi.
-
Apa yang dibicarakan Prabowo dan Jokowi? Saat itu, mereka berdua membahas tentang masa depan bangsa demi mewujudkan Indonesia emas pada tahun 2045.
-
Apa yang di lakukan Prabowo saat mendampingi Jokowi dalam rapat? Ini setiap rapat ada rapat internal rapat-rapat terbatas, Pak Prabowo selalu mendampingi pak Presiden," kata Budi, saat diwawancarai kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (25/3).
-
Mengapa Prabowo dikatakan dapat menjembatani hubungan Jokowi dengan PDIP? Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Habiburokhman mengatakan, Ketua Umumnya yakni Prabowo Subianto akan menjadi jembatan untuk mengembalikan lagi hubungan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Diketahui, hubungan Jokowi dengan partai Pimpinan Megawati Soekarnoputri itu merenggang saat keduanya beda pilihan dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
-
Bagaimana Prabowo bisa menyatu dengan Jokowi? Saat Pilpres 2019 Prabowo merupakan lawan Jokowi, namun setelah Jokowi terpilih menjadi presiden Prabowo pun merapat kedalam kabinet Jokowi.
2009 Janji setia
Pemilu presiden dan wakil presiden pada 2009 lalu adalah momentum awal kemesraan antara Mega dan Prabowo. Keduanya sepakat untuk bersama menjadi pasangan capres dan cawapres untuk meraih pemerintahan periode 2009-2014 kala itu.
Pasangan ini akhirnya dideklarasikan di menit terakhir pendaftaran pasangan capres dan cawapres yang akan ditutup oleh KPU. Sebelum menandatangani kontrak politik, Mega dan Prabowo sama-sama menyusun komitmen jika nanti keduanya terpilih menjadi presiden dan wakil presiden.
Perjanjian dilakukan secara tertulis dan dibahas di Batu Tulis, Bogor tempat tinggal Soekarno. Perjanjian tersebut di antaranya, sejumlah kursi menteri yang telah dipatok oleh Gerindra jika menang, Mega akan mendukung Prabowo menjadi presiden di 2014.
Pada 2009, ada tiga pasang calon yakni SBY-Boediono, Mega-Prabowo dan JK-Winanto. Sayang, Mega dan Prabowo harus mengakui kekalahan dari pasangan SBY-Boediono saat itu.
Mega sering puji-puji Prabowo
Setelah muncul kata sepakat, Mega-Prabowo melenggang sebagai capres dan cawapres. Dalam debat saat itu, Mega memuji penampilan mantan Danjen Kopassus tersebut yang dinilai bagus.
"Penampilan Prabowo bagus," kata Mega dulu.
Bahkan untuk membela Prabowo, Mega menyindir lawannya Boediono yang juga mantan menteri keuangan era kepemimpinannya pada 2002 silam. Seorang cawapres haruslah merupakan orang yang mengerti kenegaraan dan kebangsaan bukan hanya orang yang ahli di bidang tertentu. Boediono adalah seorang teknokrat yang ahli di bidang ekonomi.
"Saya kenal Boediono. Dia itu orang yang ahli di bidangnya," kata Mega.
Koalisi di Pilgub DKI
Berkat kerja sama Mega-Prabowo muncul pasangan gubernur dan wakil gubernur Jokowi Ahok untuk pimpin Jakarta. Saat Pilgub DKI Jakarta 2012 silam, Partai Gerindra dan PDIP berkoalisi untuk bekerjasama mengalahkan calon incumbent Fauzi Bowo (Foke) yang didukung banyak partai.
Koalisi gubernur ini membuat kedua kubu antara PDIP dan Gerindra semakin kuat. Tidak hanya kompak mengkritisi kebijakan pemerintahan pusat, tapi juga bisa mengambil alih ibu kota dari Partai Demokrat yang berkuasa sebelumnya lewat Foke.
Prabowo bahkan berulang kali mengklaim bahwa dirinya yang menemukan sosok fenomenal seperti Jokowi yang sebelumnya menjadi mantan wali kota Solo. Tidak hanya itu, Prabowo juga menyebut telah menggelontorkan puluhan miliar untuk memenangkan Jokowi-Ahok di Pilgub DKI Jakarta.
Ngambek ditinggal mandi
Prabowo rupanya sempat ingin menagih janji kepada Mega soal perjanjian Batu Tulis yang pernah dibuat keduanya pada 2009 silam. Pada lebaran tahun 2013, Prabowo sempat berkunjung ke rumah Mega untuk mempertanyakan hal tersebut.
Namun sayang, keduanya tak jadi bertemu hanya karena alasan sepele. Prabowo meninggalkan rumah Mega karena terlalu lama menunggu yang saat itu, Presiden RI ke 4 itu sedang mandi di kamar mandi pribadinya.
Hal ini diungkapkan langsung oleh anak buah Prabowo, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Menurut Ahok, kejadian itu hanya soal kesalahpahaman saja.
"Saya pernah tanya juga waktu itu sama Pak Jokowi juga. Waktu lebaran itu Ibu Mega mandi. Pas dia keluar Pak Prabowo sudah jalan katanya. Makanya salah paham," ujar Ahok di Balai Kota, Selasa (1/4).
Menurut Ahok, Megawati pasti menerima kedatangan dari Prabowo tetapi ada kejadian mandi tersebut sehingga menimbulkan kesalahpahaman dan renggangnya hubungan Prabowo dan Megawati saat ini.
"Mungkin gara-gara kesalahpahaman itu hubungannya jadi renggang. Bu Mega mandi di kamar mandi, di kamar tidur. Ada yang berani ngetok pintu enggak? Kan belum ada orang waktu itu. Terus waktu keluar Pak Prabowo sudah jalan katanya. Cuma 15 menit," kata dia.
Sebelumnya, Prabowo juga sempat berkomentar bahwa dirinya tak pernah bisa bertemu dengan Mega. Padahal, dia ingin mempertanyakan soal perjanjian Batu Tulis, Bogor itu.
"Kalau memang harus diakhiri, saya berharap diberi tahu. Saya sudah minta bertemu sejak beberapa bulan lalu," katanya.
Saling sindir soal capres
Pencapresan Jokowi menjadi pemicu keretakan dari segala kemesraan yang terjadi antara Mega-Prabowo dengan PDIP dan Gerindra. Pasca Jokowi resmi menyandang status sebagai capres PDIP, Prabowo dan anak buahnya tak berhenti menyindir Mega dan Jokowi.
Meskipun tidak menyebut langsung, Prabowo menyindir Jokowi sebagai capres boneka. Jika menjadi presiden, Prabowo yakin Jokowi tidak akan bisa lepas dari pengaruh Megawati.
"Kalian mau dipimpin boneka-boneka? Mau punya presiden boneka?" teriak Prabowo saat berkampanye di depan ribuan kader dan simpatisan Gerindra di Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (23/3).
"Tanggal 9 April pilihannya sangat jelas, antara antek negara lain atau Indonesia yang berdiri di atas kakinya sendiri," kata Prabowo.
Hubungan PDIP dan Gerindra semakin panas. Para elite PDIP dan Gerindra menjadi saling sindir.