Pengakuan kader PDIP membelot dari titah Megawati
Kader-kader PDIP itu secara simbolis melepaskan seragam hitam bergambar banteng moncong putih, lalu mengenakan kemeja putih dengan tulisan Anies-Sandiaga. Mereka adalah loyalis mantan Ketua DPD PDIP DKI Jakarta Boy Sadikin yang sudah lebih dulu membelot dan keluar dari partai.
Kabar pecahnya akar rumput Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) DKI Jakarta terbukti benar. Sebuah rumah di Jalan Duri Raya Nomor 6, Duri Kepa, Jakarta Barat menjadi saksi membelotnya sejumlah kader PDIP DKI Jakarta dari instruksi Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Mereka secara tegas menolak instruksi Mega untuk mendukung calon gubernur dan wakil gubernur petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) - Djarot Saiful Hidayat. Mereka lebih memilih mendukung calon gubernur dan wakil gubernur yang diusung Partai Gerindra dan PKS, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno.
Kader-kader PDIP itu secara simbolis melepaskan seragam hitam bergambar banteng moncong putih, lalu mengenakan kemeja putih dengan tulisan Anies-Sandiaga. M. Ranto adalah bekas Ketua Pengurus Anak Cabang (PAC) PDIP Kebon Jeruk. Dia menceritakan kondisi PDIP saat ini yang terpecah belah. Terlebih setelah Boy Sadikin yang dulu menjabat Ketua DPD PDIP DKI Jakarta lebih dulu memilih keluar dari PDIP dan menyeberang dengan mendukung Anies-Sandiaga. Padahal, katanya, sosok Boy dapat menjaga keutuhan PDIP.
-
Mengapa Prabowo dan SBY ingin bertemu Megawati? Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyatakan keinginan untuk melakukan pertemuan dengan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.
-
Siapa yang diusung oleh partai-partai pendukung Prabowo-Gibran? Dua nama yang santer bakal meramaikan Pilkada Jakarta adalah dua mantan Gubernur Ibu Kota dan Jawa Barat yakni Anies Baswedan dan Ridwan Kamil. Anies sebagai calon inkumben tampaknya bakal diusung oleh partai-partai pendukungnya di Pilpres 2024. Begitu juga dengan Ridwan Kamil yang didukung barisan partai pendukung Prabowo-Gibran.
-
Bagaimana TKN Prabowo-Gibran menanggapi putusan DKPP? Meski begitu, dia menyampaikan TKN Prabowo-Gibran menghormati keputusan DKPP. Namun, kata dia keputusan tersebut tidak bersifat final.
-
Apa yang ingin dilakukan Prabowo dan SBY terhadap Megawati? Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyatakan keinginan untuk melakukan pertemuan dengan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.
-
Apa yang dilakukan Menhan Prabowo Subianto bersama Kasau Marsekal Fadjar Prasetyo? Prabowo duduk di kursi belakang pesawat F-16. Pilot membawanya terbang pada ketinggian 10.000 kaki.
-
Apa yang dibicarakan Prabowo dan Jokowi? Saat itu, mereka berdua membahas tentang masa depan bangsa demi mewujudkan Indonesia emas pada tahun 2045.
"Kita PDI belum merdeka, PDI terpecah-belah," ujar Ranto.
Dia merasa sedih melihat Boy tersingkir dari partai. Padahal, menurutnya, Boy salah satu kader militan yang pernah dimiliki partai berlambang banteng moncong putih itu. Kepengurusan DPD PDIP DKI Jakarta diibaratkan telah dirampok dari tangan Boy. Bahkan, kata dia, kader-kader militan PDIP di Jakarta Barat justru dipecat.
"Sayang kader seperti pak Boy terbuang oleh partai. Kalau bisa bu Mega suruh bangun. Jangan asal setor muka saja," katanya.
Sumber merdeka.com mengatakan, penunjukan Boy Sadikin sebagai tim pemenangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno secara tidak langsung membuat loyalisnya di PDIP siap hengkang dan memenangkan Anies. Putra mantan Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin ini setidaknya masih banyak memiliki massa loyal, meski tak lagi di PDIP.
Sumber dari internal kubu Ahok- Djarot mengakui kehebatan Boy. Mantan Ketua DPD PDIP DKI Jakarta Boy Sadikin membantah jika ada yang menudingnya membawa 'gerbong' kader PDIP membelot dan mendukung Anies Baswedan - Sandiaga Uno. Menurutnya, banyak kader PDIP akhirnya keluar dari partai besutan Megawati Soekarnoputri karena sudah tidak sejalan lagi dengan visi misi partai, khususnya dalam hal penetapan dukungan di Pilkada DKI Jakarta.
"Saya kan tidak mengajak, ini permintaan dari kawan-kawan. Karena mereka sebenarnya sudah lama, saya bilang mereka harus berani terima resiko seperti diberhentikan dari pengurus," ujar Boy kepada awak media di Jalan Duri Raya No. 6, Duri Kepa, Jakarta Barat, Sabtu (3/12).
Boy akan menerima dengan tangan terbuka jika ada kader PDIP yang mengikuti jejaknya keluar dari partai dan bergabung dalam barisan pendukung Anies-Sandi.
"Saya bilang ke mereka. Kalau mereka, kawan-kawan mau bergabung ya saya terima. Tapi, untuk saya memaksa, saya tidak membenarkan itu," lanjutnya.
Dia memprediksi, semakin banyak kader PDIP yang akan mengikuti jejaknya. Sejak awal dia mengatakan, konsekuensi mendukung Anies-Sandi adalah keluar dari PDIP.
"Ada, sudah ada. Tapi kan saya menunggu waktu, kalau kawan-kawan emang bener saya diundang, saya akan datang (deklarasi). Tolong kalau mau mendukung saya atau Anies-Sandi, tahu risikonya," tegas Boy.
PDIP memastikan memberi sanksi tegas bagi kader mereka yang membelot dan mendukung pasangan cagub-cawagub lain. "Kalau begitu konsekuensinya ya otomatis dia bukan anggota PDIP lagi," tegas calon wakil gubernur nomor urut dua, Djarot Saiful Hidayat saat ditemui usai acara di Waroeng Solo, Balai Sarwono, Cilandak Timur, Jakarta Selatan, Sabtu (3/12).
Djarot tidak mau ambil pusing soal isu adanya kader PDIP yang membelot. Bahkan dia mengaku sudah mengetahui siapa saja kader PDIP yang menyeberang dan memberi dukungan pada pasangan cagub-cawagub DKI lain. Mantan Bupati Blitar ini tidak khawatir dengan adanya anggota partai pengusungnya yang mengalihkan dukungan ke calon lain.
"Biar saja. Kita tahu siapa (yang membelot)," kata Djarot.
Baca juga:
Boy Sadikin bantah bawa gerbong PDIP membelot dukung Anies
Sedih Boy Sadikin mundur, kader PDIP ini sebut 'kita terpecah-belah'
Djarot ancam pecat kader PDIP pembelot dukung Anies-Sandi
Prasetio tegaskan PDIP tak terpecah dan patuh pada Megawati
Anies sebut loyalis Boy di PDIP sejak awal membelot tak dukung Ahok
Boy Sadikin, si darah biru yang kini jadi ancaman PDIP dan Ahok