Pengamat sebut isu 2019 ganti presiden ingin sosok baru di luar Prabowo
"Faktanya pak Jokowi naik bukannya turun, itu kan artinya gede di media sosial, tapi tidak ada di lapangannya," ucap Ray.
Pengamat politik Lingkar Madani (LIMA) Ray Rangkuti berpendapat elektabilitas figur calon Presiden di luar Joko Widodo stagnan karena isu yang dikembangkan cenderung sama. Maka dari itu dia menyarankan para penantang Jokowi menggunakan isu yang lebih inovatif.
"Secara umum menunjukkan kecenderungan naiknya elektabilitas pak Jokowi dan stagnannya elektabilitas para penantangnya. Itu mestinya warning ya kepada para penantang. Dugaan saya ada dua hal pertama memang figur nya tidak dianggap tidak terlalu menarik, atau yang kedua adalah isunya sudah tidak relevan lagi untuk menghambat laju pak Jokowi," kata Ray di D'hotel, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (24/4).
-
Dimana Prabowo Subianto kalah dalam Pilpres 2019? Namun sayang, Ia kalah dari pasangan Jokowi-Ma'aruf Amin.
-
Bagaimana tanggapan Prabowo atas Jokowi yang memenangkan Pilpres 2014 dan 2019? Prabowo memuji Jokowi sebagai orang yang dua kali mengalahkan dirinya di Pilpres 2014 dan 2019. Ia mengaku tidak masalah karena menghormati siapapun yang menerima mandat rakyat.
-
Kapan Prabowo bertemu Jokowi? Presiden terpilih Prabowo Subianto bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana kepresidenan, Jakarta, Senin (8/7) siang.
-
Kenapa Prabowo Subianto begitu rileks menghadapi debat capres? "Beliau sangat rileks, sangat santai menghadapi debat ini, karena kan memang materinya beliau pasti sangat mengetahui dan menguasai ya," Habiburokhman menandasi.
-
Siapa yang menjadi Presiden dan Wakil Presiden di Pilpres 2019? Berdasarkan rekapitulasi KPU, hasil Pilpres 2019 menunjukkan bahwa pasangan calon 01, Joko Widodo-Ma'ruf Amin, meraih 85.607.362 suara atau 55,50%, sementara pasangan calon 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, meraih 68.650.239 suara atau 44,50%.
-
Apa yang dibicarakan Prabowo dan Jokowi? Saat itu, mereka berdua membahas tentang masa depan bangsa demi mewujudkan Indonesia emas pada tahun 2045.
Menurut Ray, publik hanya menangkap isu para penantang Jokowi yang sudah disebarkan sejak 2014. Yakni antek asing, PKI, Komunis, Agama dan yang terbaru hanya utang negara. Kemudian publik juga belum melihat calon yang lebih baru sebagai penantang Jokowi.
"Ketiga gaya oposisinya juga harus kelihatan tegar, kuat bermartabat gitu. Mungkin bahasa sekarang jangan seperti nyinyir gitu loh, kalau itu dibuat isu yang lebih update yang lebih dibutuhkan publik apa isunya saya gak tahu itu tugas partai yang lebih menarik bagi publik. Jadi bukan isu PKI, Agama macem macem," imbuh Ray.
"Oleh karena itu, dibutuhkan semacam kerja keras, kreasi yang juga lumayan ya dari kelompok penantang pak Jokowi ini untuk menemukan isu baru yang relevan bagi Pemilih 2019 yang akan datang," tambahnya.
Dia juga menyarankan, isu yang dikembangkan oleh oposisi mesti di tindak lanjuti dan sesuai bukti. Contohnya, soal program pembagian sertifikat tanah Jokowi yang menurut politikus senior PAN Amien Rais merupakan kebohongan.
"Publik itu mungkin membutuhkan kritik yang lugas, tegas, bernas, terus juga jangan hit and run, dan harus diladeni jangan dibiarkan, kalau seperti yang dilakukan pak Amien itu soal bagi bagi sertifikat terus dilanjutkan," imbuh Ray.
Lebih lanjut, isu 2019 ganti presiden juga belum mempan untuk menurunkan elektabilitas Jokowi. Sebab, Ray melihat publik benar-benar menginginkan figur baru penantang Jokowi di luar sosok Prabowo Subianto.
"Faktanya pak Jokowi naik bukannya turun, itu kan artinya gede di media sosial, tapi tidak ada di lapangannya," ucap Ray.
"Sebetulnya ganti presiden ini lebih mencari figur di luar Pak Prabowo. Makanya ganti presiden ini mengandaikan kemungkinan itu bukan pak Prabowo lagi, nyari figur lain di luar pak Prabowo," tandasnya.
Baca juga:
Perang pesan untuk Presiden
Dagang pesan politik
Adu kuat tagar pemilihan presiden
KPU akan kaji usul PKB percepat pendaftaran capres
Diskusi PDIP dengan KPU bahas Pemilu 2019 yang demokratis
DPD Gerindra DKI pastikan Prabowo capres di Pilpres 2019