Plus minus Prabowo-Hatta vs Jokowi-JK
Kemarin, dua pasangan capres-cawapres telah dideklarasikan.
Pertarungan di Pilpres 2014 semakin jelas. Setelah menjadi misteri, kini siapa saja calon yang akan maju memperebutkan kursi orang nomor satu dan dua di Indonesia telah diketahui.
Kemarin, dua pasangan capres-cawapres telah dideklarasikan. Dua pasangan itu adalah pasangan Jokowi - Jusuf Kalla (JK) dan pasangan Prabowo Subianto - Hatta Rajasa .
Jokowi - JK diusung oleh PDIP , NasDem, PKB dan Hanura. Usai deklarasi di Gedung Joang 45, Menteng, Jakarta Pusat, kemarin, pasangan capres-cawapres itu langsung mendaftarkan diri ke Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Sementara, pasangan Prabowo - Hatta Rajasa diusung oleh Gerindra, PAN, PPP, PKS, Golkar dan PBB. Deklarasi pasangan capres-cawapres itu dilakukan di rumah Polonia, Cempedak, Jakarta Timur. Namun, pasangan itu baru akan mendaftarkan diri ke KPU hari ini.
Dengan demikian dapat dipastikan hanya ada dua pasang calon yang bertarung di Pilpres kali ini. Berikut plus minus dari kedua pasangan itu seperti dirangkum merdeka.com dari berbagai sumber.
-
Apa sebenarnya pengertian dari Koalisi? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pengertian koalisi adalah kerja sama antara beberapa partai untuk memperoleh kelebihan suara dalam parlemen.
-
Bagaimana cumi-cumi kolosal itu ditemukan? Sejak 2017, Mulrennan, seorang ilmuwan kelautan yang berbasis di California, Amerika Serikat dan pendiri organisasi nirlaba Kolossal, bekerja untuk merekam cumi-cumi kolosal liar. Galiteuthis glacialis dewasa, atau spesies yang tidak dikenal sebelumnya dalam genus Taonius yang masih dekat dengannya.
-
Bagaimana ciri khas Perkutut Kolocokro? Burung perkutut memiliki ciri khas bulu berwarna cokelat keabu-abuan dengan pola belang hitam yang indah.
-
Apa itu Koi Pla? Koi Pla disebukan sebagai makanan yang paling mematikan di dunia. Makanan ini sangat populer dikonsumsi di Thailand dan juga Laos. Adanya kontroversi yang beredar, membuat Koi Pla kemudian menarik untuk diulik.
-
Bagaimana Anies Baswedan menanggapi kekalahan Pilpres? "Mau perjalanan yang nyaman dan enak, pilih jalan yang datar dan menurun. Tapi jalan itu tidak akan pernah mengantarkan kepada puncak manapun," ujarnya."Tapi kalau kita memilih jalan yang mendaki, walaupun suasana gelap ... kita tahu hanya jalan mendaki yang mengantarkan pada puncak-puncak baru."
-
Apa yang dilakukan oleh Koalisi Perubahan untuk memenangkan Anies Baswedan? Koalisi Perubahan sudah melakukan pelatihan juru kampanye untuk memenangkan Anies Baswedan.
Parpol Islam dukung Prabowo-Hatta, elektabilitas Jokowi-JK baik
Koordinator Peneliti Pusat Penelitian Politik Nasional Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Irine Gayatri menilai, pasangan Prabowo-Hatta memiliki kelebihan dari sisi popularitas. Sosok Prabowo memiliki popularitas yang tidak boleh disepelekan.
Selain itu, pasangan ini memiliki dukungan dari partai-partai Islam seperti PPP, PKS dan PAN yang dapat menarik massa Islam.
"Prabowo didukung partai-partai yang berbasis agama," katanya kepada merdeka.com, Senin (19/5).
Sementara, pasangan Jokowi-JK memiliki kelebihan dari sisi elektabilitas. Selain itu, Jokowi tidak memiliki jejak Orde Baru.
"Kebijakan-kebijakannya (Jokowi saat jadi wali kota dan gubernur) populis atau berkaitan dengan yang diinginkan rakyat," kata Irine.
Menurutnya, saat menjabat sebagai wali kota Solo, Jokowi berhasil merelokasi pedagang kecil tanpa menimbulkan konflik sedikitpun. Saat menjadi Gubernur DKI, Jokowi menyediakan berbagai fasilitas untuk rakyat kecil seperti Rusun dan Kampung Deret.
"Memang semuanya belum tuntas (kinerja Jokowi di DKI) tapi setidaknya sudah kelihatan hasilnya," katanya.
Usia JK sangat senior, Prabowo terkait isu penculikan
Meski pasangan Jokowi-JK memiliki kelebihan di sisi elektabilitas, bukan berarti pasangan tersebut tak memiliki kelemahan. Koordinator Peneliti Pusat Penelitian Politik Nasional Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Irine Gayatri menilai, yang menjadi kelemahan pasangan ini adalah cawapres Jokowi yakni Jusuf Kalla (JK) sudah sangat senior dari sisi usia.
"Pak JK harus manut kepada Presiden jika nanti terpilih. Dia kan Wapres, jangan seperti dulu ambil langkah sendiri," kata Irine kepada merdeka.com, Senin (19/5).
Selain itu, saat menjadi Wapres di era Presiden SBY, Jusuf Kalla kerap bertindak sendiri. Karenanya, jika nanti pasangan ini terpilih, ia berharap JK dapat memposisikan dirinya sebagai seorang wakil.
"Dia gak boleh bertindak sendiri kayak kemarin, dia harus ikut Jokowi," katanya.
Sementara, untuk pasangan Prabowo-Hatta, kelemahan salah satunya berada di Prabowo. Sebab, mantan Danjen Kopassus itu kerap dikait-kaitkan dengan kasus penculikan aktivis 1997-1998.
"Kalau Prabowo, saat dia masih jadi Kopassus ada kasus pelanggaran HAM yang belum tuntas dan itu warisan politik Orde Baru. Meski sudah belasan tahun masih membekas korban-korban masih menuntut keadilan," katanya.
"Jadi ada problem pada Prabowo. Hatta dari sisi ekonomi kita bisa lihat dia yang pro modal," katanya.
Prabowo pilih Hatta, peluang menang Jokowi-JK lebih besar
Pasangan capres-cawapres Prabowo Subianto-Hatta Rajasa telah dideklarasikan kemarin. Begitu juga dengan pasangan Jokowi-Jusuf Kalla.
Dari dua pasang capres-cawapres itu, pasangan Jokowi-JK dinilai pengamat Komunikasi Politik Polcomm Institute Heri Budianto akan memiliki peluang menang lebih besar. Sebab, Jokowi-JK dinilai sebagai pasangan saling isi berbeda dengan Prabowo-Hatta.
"Jadi peluang Jokowi-JK akan lebih besar," kata Heri, Senin (19/5).
Menurutnya, jika menjadi pemenang, pasangan Jokowi-JK akan saling mengisi di pemerintahan berdasarkan pengalamannya masing-masing. Selain itu, pengalaman yang dimiliki JK sebagai mantan ketua umum Golkar dan mantan Wapres akan berguna untuk melobi DPR dan hubungan dengan luar negeri.
"Jokowi-JK punya tingkat elektabilitas yang tinggi jadi kans keduanya akan lebih besar untuk menang," katanya.
Prabowo punya massa riil, Jokowi miliki mesin partai
Pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Malang Wahyudi Winarjo mengatakan, Jokowi merupakan peserta baru dan Prabowo sudah merasakan sengitnya pertarungan di pilpres. Jika mengacu pada hasil survei dari tiga lembaga riset, terlihat berimbang.
Kendati masih unggul, perbedaan elektabilitas Jokowi dan Prabowo, hanya selisih tipis. Lembaga riset MarkPlus menyebut, elektabilitas Jokowi mencapai 45 persen dan Prabowo mencapai 35 persen. Sedangkan Populi mencatat, angka 49,3 persen untuk Jokowi dan 29,7 persen untuk Prabowo.
Sementara Saiful Mujani Reseach and Consulting (SMRC) memperlihatkan tren Jokowi dalam lima bulan terakhir, mengalami fluktuasi yang cukup signifikan, sedangkan Prabowo cenderung naik.
"Dilihat dari hasil survei, baik Jokowi maupun Prabowo, sama-sama kuat. Tak ada yang menonjol dari kedua figur itu. Keduanya, masing-masing punya kelemahan. Di sinilah peran partai mengisi kekurangan dan kelemahan calon yang diusungnya masing-masing," kata Wahyudi Winarjo saat dihubungi wartawan di Surabaya, Sabtu (17/5).
Gerak mesin partai lanjut dia, akan ikut mengambil peran sebagai penentu kemenangan. "PDIP yang disokong PKB dan NasDem untuk mendukung Jokowi, dikenal solid dan militan. Sementara itu, di kubu Prabowo, selain Gerindra ada PKS, PPP dan PAN. Massa PKS, adalah massa riil. Jadi suara Prabowo sebenarnya, sudah bisa ditebak dari suara PKS. Ini pintarnya Prabowo menggandeng PKS. Belum lagi swing voter (pemilih mengambang) yang masih sulit ditebak, mengarahkan ke mana hak pilihnya," papar Wahyudi.
Bergabungnya tiga partai berlatar belakang islam modern itu (PAN dan PKS dan PPP), kata Wahyudi, menunjukkan kedekatan Prabowo dengan keduanya. "Ini yang menjadi tantangan bagi Jokowi saat berhadapan dengan Prabowo di Pilpres 2014 nanti. Calon pasangan keduanya juga akan ikut menentukan pilihan para pemilih," tandasnya.
Terpisah, Sigit Budhi Setiawan dari Lembaga Riset dan Survei Pasar Sigma Indonesia mengatakan, pada Pilpres 2014 ini, akan menampilkan pertarungan antara sipil (Jokowi) versus militer (Prabowo).
"Dukungan partai Islam seperti PAN, PPP dan PKS makin memberi warna dan sepak terjang politik Gerindra. Sementara Jokowi dengan PDIP-nya identik dengan partai sekuler, mendapat sokongan dari NasDem dan PKB, maka bisa dipastikan, pada Pilpres mendatang, akan menampilkan pertarungan antara sipil dan militer," pungkas dia.
Prabowo dinilai tegas, Jokowi merakyat
Salah satu nilai positif dari Prabowo Subianto adalah soal ketegasan. Prabowo dinilai sebagai sosok yang tegas dan layak jadi pemimpin bangsa.
"Warga NU bebas memilih siapa saja sebagai capres, tapi saya secara pribadi mendukung Prabowo," kata Said Aqil disela acara pelantikan PCNU Kota Depok di Masjid Kubah Emas Depok, Jabar, demikian dilansir Antara, Kamis (15/5).
Said mengatakan, sebagai seorang purnawirawan jenderal bintang tiga, Prabowo mempunyai sikap tegas, berani, mempunyai wibawa untuk membawa bangsa Indonesia ke arah yang lebih baik lagi. Prabowo juga dinilai merupakan sosok warga Indonesia yang tegas dan memikirkan rakyat kecil seperti petani, buruh, nelayan, dan lainnya.
Sementara, nilai positif yang dimiliki Jokowi adalah sosoknya yang merakyat. Mantan lawan Jokowi di Pilgub DKI, Faisal Basri memiliki kepercayaan penuh terhadap Jokowi.
Faisal mengatakan rakyat punya tanggung jawab untuk terus mendukung Jokowi tidak hanya mencoblos saja saat Pilpres. "Jokowi terbukti mampu untuk mengatasi permasalahan permasalahan rakyat dan gaya Jokowi tidak ada di politisi lain. Dan saya percaya kalau Jokowi mampu memimpin, jika dia terpilih maka tanggung jawab kita semua dari berbagai kalangan untuk mendukung dan mengawasi," katanya acara 'Blusukan Jokowi' yang diadakan di Taman Ismail Marzuki, Minggu (20/4).