Puisi 'Papa Minta Saham' untuk sindir Setya Novanto
Dia kecewa melihat kasus papa minta saham.
Persidangan terhadap Ketua DPR yang digelar secara tertutup dalam kasus 'Papa Minta Saham' terus menuai protes dari berbagai kalangan. Kali ini, protes datang dari aktivis pegiat antidiskriminasi Denny JA melayangkan protes dengan sebuah puisi.
Awalnya, dia berharap di era reformasi, korupsi bisa diatasi, dan politisi menjadi teladan. Namun, dia kecewa melihat kasus papa minta saham.
Dia melihat jenis politisi yang sama, yaitu korupsi berjemaah, saling membela kesalahan. Bahkan berani pula mencatut nama presiden. Dia melihat politisi yang tak lagi punya urat malu.
Berikut Puisi Denny JA yang diperuntukkan untuk kasus 'Papa Minta Saham':
Mengapa bisa terpilih pemimpin yang buruk
Itu keluhan aktivis Faruk
Kasus Papa Minta Saham yang kemaruk
Membuatnya garuk-garuk
Terbayang tahun 98, era reformasi
Berjuang bersama impikan demokrasi
Era baru akan mengganyang korupsi
Spirit baru musnahkan busuknya politisi
Itu yang dulu dia yakini
Namun kini disaksikannya jenis pemimpin yang sama
Reformasi membawa bau tengik serupa
Urat malu pemimpin yang sudah tiadaWalau mereka dipanggil yang mulia
Mengapa zaman tak kunjung berubah
Seru Faruk mengumbar marah
(Mona dari tadi duduk saja terdiam, Faruk itu seniornya yang pendiam, Namun sore itu Faruk merah padam,Ia meledak geram)
"Mereka berkomplot, berjemaah," ujar Faruk Murka
Merampok negara bersama
Kini mereka saling membela
Lihatlah peringai mereka
Merasa tak bersalah?Seolah culun dan bisa tertawa
Celakanya kita harus memanggilnya yang mulia
Ini kebusukan tanpa preseden
Berani mencatut nama presiden, mencatut nama wakil presiden
Ringan saja seperti penari sinden
(Mona tetap diam saja. Berdua duduk di beranda. Rapat aktivis baru saja reda. Kasus Papa minta saham menjadi agenda)
Freeport hanya satu perkara
Di meja makan mereka, terhidang kue Indonesia
Mereka potong dan berbagi sesukanya
Dan berak di atas kepala kita
(Mona tetap duduk tenang. Dibiarkannya seniornya mengerang. Faruk aktivis idealisKini mulai pesimis)
Mereka ingin beli jet pribadi
Main golf acap kali
Sambil mereka berhappy- happy
Rileks sekali itu rencana korupsi
Mona, ujar Faruk meringis. Aku akan pensiun jadi aktivis. Hidup yang idealis. Membuatku seperti pengemis Politik Indonesia membuatku pesimis.
(Mona kembali diam saja. Penuh kasih ia peluk seniornya. Ia memeluk luka yang menganga. Aktivis tua yang penuh kecewa)
Mona masih mahasiswi
Ia cinta ini ibu pertiwi
Berbeda dengan Faruk seniornya
Mona masih optimis dengan Indonesia
Bagi Mona yang baru tumbuh
Kasus "Papa Minta Saham" segera berlalu
Masa depan Indonesia masih beribu
Tak ada yang salah dengan reformasi
Tak ada yang salah dengan demokrasi
Justru karena ada kebebasan
Justru karena ada keterbukaan
Korupsi semakin dibuka
Ada KPK. Ada media
Sudah ada 343 kepala daerah menjadi tersangka
Sebagian sudah di penjara
Ada menteri di sana
Ada ketua umum partai di sana
Bahkan ada ketua MK di sana
Keadilan memang belum sempurna
Tapi sistem mulai bekerja
Para pejuang akan selalu lahir
Keberanian akan selalu hadir
Sekali lagi Faruk dipeluknya
Sambil lirih berkata
Singkat saja namun membuat Faruk terperangah
"Bang, jangan patah. Jangan sampai preman mengalahkan kita"