Reshuffle kabinet lagi, Jokowi dinilai masih akan tersandera koalisi
Jokowi disarankan melakukan reshuffle selepas bulan Oktober.
Reshuffle Kabinet jilid II disebut-sebut akan dilakukan oleh Presiden Joko Widodo dalam waktu dekat. Wartawan senior Budiarto Shambazy menilai reshuffle kabinet merupakan sebuah dilema bagi Presiden Joko Widodo. Sebab, Jokowi menginginkan menteri dia pilih sendiri, di sisi lain Jokowi harus melihat dan harus mendengarkan keinginan partai koalisi.
"Mungkin menteri pilihan presiden enggak lebih dari 10. Sementara dia (Jokowi) ingin kabinet presidensial yang mutlak," kata dia dalam diskusi 'Reshuffle (Jadi) Lagi?' di Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (19/3).
Meski demikian, dia menyarankan agar reshuffle jilid II dilakukan setelah pemerintahan genap berusia dua tahun atau pada Oktober mendatang. Sebab, para menteri harus terlebih dahulu diberikan waktu yang cukup. Menunjukkan kinerja maupun melihat cara berkoordinasi dengan menteri lain.
"Kenapa saya rasa reshuffle Oktober? Ada dua contoh beratnya kerja birokratik. Pertama BPJS Kesehatan dan revolusi mental. Terjdi kompetisi diantar kementerian, perumusan dan sosialisasinya, tunggu impres. Ego Kemenkes, Kemenaker, BPJS, sosialisasinya pun belum jelas. Apa pergantian menteri bisa jamin dua program itu berjalan?" ujarnya.
Dia juga menduga apabila reshuffle dilakukan, maka Jokowi akan kembali mengutamakan partai pengusung utamanya, yaitu PDIP.
"Kalaupun ada pergantian, Presiden akan beri prioritas pertama pada PDIP," ujarnya.