Rizal Ramli Sebut Kecurangan-kecurangan di Pemilu 2019 Luar Biasa
Mantan Menteri Koordinator Kemaritiman Rizal Ramli menilai, kecurangan Pemilu 2019 sangat luar biasa. Dia menyebut skala kecurangannya Pilpres 2019 sangat besar dibanding 2014. Maka dari itu, kecurangan sekarang tak bisa dibiarkan.
Mantan Menteri Koordinator Kemaritiman Rizal Ramli menilai, kecurangan Pemilu 2019 sangat luar biasa. Dia menyebut skala kecurangannya Pilpres 2019 sangat besar dibanding 2014. Maka dari itu, kecurangan sekarang tak bisa dibiarkan.
Dia menyampaikan itu saat diundang dalam acara simposium Badan Pemenangan Nasional (BPN) mengungkapkan fakta-fakta kecurangan pilpres di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Selasa (15/4).
-
Kapan Pemilu 2019 diadakan? Pemilu terakhir yang diselenggarakan di Indonesia adalah pemilu 2019. Pemilu 2019 adalah pemilu serentak yang dilakukan untuk memilih presiden dan wakil presiden, anggota DPR RI, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten Kota, dan DPD.
-
Kapan pemilu 2019 dilaksanakan? Pemilu 2019 merupakan pemilihan umum di Indonesia yang dilaksanakan pada tanggal 17 April 2019.
-
Apa saja yang dipilih dalam Pemilu 2019? Pada tanggal 17 April 2019, Indonesia menyelenggarakan Pemilu Serentak yang merupakan pemilihan presiden, wakil presiden, anggota DPR, DPD, dan DPRD secara bersamaan.
-
Siapa saja yang ikut dalam Pilpres 2019? Peserta Pilpres 2019 adalah Joko Widodo dan Prabowo Subianto.
-
Mengapa Rizal Ramli dijuluki "Rajawali Ngepret"? Masyarakat Indonesia pasti mengenal Rizal Ramli sebagai Mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya. Namun, banyak juga yang mengenal Rizal Ramli sebagai sosok yang kritis terhadap sesuatu yang dianggapnya tidak berpihak pada kepentingan bangsa dan negara, sehingga dia mendapat julukan baru "Rajawali Ngepret".
-
Apa yang menjadi fokus utama Pemilu 2019? Pemilu 2019 ini menjadi salah satu pemilu tersukses dalam sejarah Indonesia.Pemilu ini memiliki tingkat partisipasi pemilih yang sangat tinggi. Joko Widodo dan Ma'ruf Amin berhasil memenangkan pemilu.
"Kali ini skala kecurangannya luar biasa. Sebelum pilpres, pada saat pilpres dan setelah pilpres. Yang paling signifikan adalah daftar pemilih palsu yang jumlahnya 16,5 juta," kata Rizal.
Dia menyebut, BPN telah melapor kecurangan kepada penyelenggara pemilu melalui Direktur Media BPN Hashim Djojohadikusumo. Namun, protes BPN tak dihiraukan.
"Mereka (KPU RI) tutup telinga, tutup mata, tetap mau ada 16,5 juta pemilih abal-abal. Karena kalau misalnya dimasukkan 10 orang ke 800 ribu TPS, udah 8 juta. Ditambahin 20, jadi 16 juta, pasti menang," ujarnya.
Ahli ekonomi tersebut heran jika Jokowi memenangkan suara saat ini. Pasalnya, prestasi Jokowi terbilang tidak baik dan kondisi perekonomian negara juga melemah.
"Kok bisa sekarang dirancang menang 50-68 persen. Daya beli masyarakat lemah, harga anjlok, umat Islam merasa tidak adil, kok bisa naik? Karena memang dirancang harus menang," ucap Rizal.
Rizal juga menyinggung kesalahan input data yang dilakukan oleh KPU. Menurut dia, kesalahan tersebut malah menguntungkan paslon nomor urut 01.
"Kok bisa salah input? Komputer ada namanya front end. Kalau salah masukkan otomatis ditolak. Ada juga namanya back end. Nah ini yang bisa diubah-ubah. Misal 01 dapat sekian, ditambahkan. Misal 02 dapat sekian, dikurangin," tuturnya.
"Jadi kecurangan paling besar ada di back end komputer. Padahal kalau profesional, mereka izinkan, kita audit forensik," ujar Rizal.
Dia menegaskan, penyelenggara pemilu bisa dipidana bila mengabaikan kecurangan.
"Undang-Undang Nomor 7 tahun 2017 jika ada satu suara yang dihilangkan dengan sengaja, yang bersangkutan bisa kena hukuman penjara 4 tahun dan denda 48 juta. kecurangan ini belasan juta. Dikalikan 4 tahun, berapa tahun coba hukumannya?," kata Rizal Ramli.
Baca juga:
KPU Soal Prabowo Tolak Hasil Penghitungan Suara: Kalau Ada Kecurangan Lapor Bawaslu
Tak Lolos DPR, Roy Suryo Salahkan Praktik Politik Uang di Yogyakarta
BPN Prabowo-Sandiaga Tolak Penghitungan Suara KPU
PDIP Raih Suara Terbanyak di Jatim, Disusul PKB dan Gerindra
NasDem Usul Ada Keterwakilan Perempuan di Kursi Pimpinan DPR dan MPR
Puti Soekarno Kuasai Dapil Jatim 1, Ahmad Dhani Hingga Sekjen Berkarya Keok