Rizal Ramli di Mata Kolega: Rekan Diskusi, Aktivis Tulen dan Penjaga Demokrasi
Rizal Ramli di mata kolega: Rekan diskusi, aktivis tulen dan penjaga demokrasi
Rizal Ramli di Mata Kolega: Rekan Diskusi, Aktivis Tulen dan Penjaga Demokrasi
Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli melayat ke rumah duka mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli. Rizal mengembuskan napas terakhirnya di RSCM, Selasa (2/1).
Zulhas menyebut semasa hidupnya, Rizal selalu berkenalan baik. Dalam beberapa kesempatan juga Zulhas juga mengaku pernah menapakkan kakinya di kediaman Rizal hanya untuk sekadar berdiskusi.
"Beberapa kali ke sini kita diskusi. Bahkan kadang-kadang kita berbeda pandangan tajam tapi persahabatan jalan terus," kata Zulhas di rumah duka Rizal, Rabu (3/1).
Selain itu, lanjut Zulhas, dalam beberapa kesempatan, Rizal juga salah satu sosok yang aktif mendirikan PAN yang pada saat itu dipimpin oleh Amien Rais kala itu.
"Dulu awal-awal PAN berdiri beliau ini aktif walaupun tidak terdaftar dalam akta pendirian. Tapi waktu itu aktif sekali untuk mendirikan yang namanya Partai Amanat Nasional Itu," terangnya.
Dia mendoakan almarhum semoga seluruh amal ibadahnya dapat diterima sisi Allah SWT.
Selain Zulhas, Sekjen Gerindra, Ahmad Muzani juga turut datang untuk bertemu dengan mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman itu untuk terakhir kalinya.
Sosok Rizal dalam pandangan Muzani, katanya merupakan aktivis tulen yang sejak masa mudanya sampai dengan akhir hayatnya memberi pengabdian yang besar kepada perjuangan Indonesia.
"Beliau begitu konsisten di dalam semua lini kehidupannya, baik pada saat beliau menjabat di pemerintahan ataupun pada saat beliau tidak menjabat di pemerintahan," ungkap Muzzani.
"Konsistensinya amat besar bagi perjuangan terhadap kerakyatan keadilan kesejahteraan dan kemakmuran bagi rakyat dan bangsa Indonesia," Muzzani menambahkan.
Dia menceritakan, terakhir berkomunikasi secara tatap muka dengan almarhum sekira setengah tahun yang lalu pada saat mengahdiri suatu forum.
Muzzani tidak menyangka kalau pertemuan itu akan menjadi terakhir kali baginya.
"Ada satu forum, ada beliau saya salaman, dan beliau menurut kami ketika itu beliau sangat sehat. Karena itu mendengar kepulangan beliau kami terkejut, sangat kaget dan sangat kehilangan karena kami merasa beliau selama ini sehat-sehat saja dan selama ini beliau happy dengan keadaan yang beliau hadapi selama ini," ceritanya.
Rizal juga sempat menitipkan pesan ke Sekjen Gerindra itu untuk konsisten melanjutkan perjuangan yang selama ini telah dititipkan.
Rektor Universitas Paramadina Didik Junaidi Rachbini, juga mengenang Rizal Ramli sebagai tokoh yang selamanya oposisi untuk menjaga demokrasi di Tanah Air.
Didik ingat betul, dulu saat Rizal Ramli menjabat Menko Perekonomian pernah meneleponnya hanya untuk memberikan apresiasi.
"Suatu pagi ketika Rizal Ramli (RR) masih menjabat Menteri Koordinator Perekonomian (2000-2001) menelpon saya langsung dari kantornya hanya sekedar memberi apresiasi dan respek terhadap muatan ide di dalam tulisan saya di harian Kompas tentang utang luar negeri," ujar Didik.
Didik menjelaskan, dulu di zaman orde baru, Indonesia amat bergantung pada utang luar negeri. Sehingga kata dia, ada sisi kurang berdaulat dan ada nuansa didikte dalam kebijakan ekonomi.
"Saya sudah tidak ingat keseluruhan ide dari tulisan tersebut karena hari-hari berikutnya selalu ada saja artikel yang harus saya tulisan untuk majalah Tempo, harian Republika, Bisnis Indonesia, dan lainnya," ucap Didik.
Didik menyampaikan, usai pembicaraan utang dan berbagai hal seputar ekonomi dengan Rizal Ramli via telepon itu selesai, serta direspons baik Rizal, dia memutuskan membaca ulang tulisan itu dan melanjutkan ide-ide yang ada di dalamnya.
"Saya membaca kembali tulisan tersebut dan saya pikir muatannya cukup mendalam dan kritis. Dari percakapan bersifat pribadi dan persahabatan intelektual tersebut, maka saya dengan dasar sub-sub bab dari tulisan tersebut kemudian menjadi bab-bab di dalam buku yang berjudul ekonomi politik utang," ujar Didik.
Didik menyebut, pengalaman dan komunikasinya dengan Rizal Ramli bersifat akademik, intelektual sampai pribadi. Didik dapat memahami gejolak dalam diri Rizal.
Didik bercerita, bahwa pada pertengahan 1990-an, Rizal Ramli mendirikan lembaga think tank ECONIT yang terkenal. Sedangkan Didik dan rekan-rekannya juga mendirikan lembaga think tank lain yaitu INDEF.
"Kini RR sudah meninggalkan kita. Siapa tidak kenal Rizal Ramli tokoh yang masa mudanya tumbuh dalam gerakan dan ranah intelektual," kata Didik.
Didik memandang akhir-akhir ini Rizal Ramli menonjol melakukan gerakan oposisi untuk melawan praktik anti demokrasi di dalam kekuasaan.
Dia menilai Rizal Ramli sebagai figur yang sepanjang hayatnya tidak pernah berhenti untuk menjaga demokrasi.
"Bahkan ketika demokrasi remuk redam seperti sekarang ini. "Check and Balances" di dalam demokrasi formal parlemen mati, Rizal Ramli tampil ke depan sehingga marwah demokrasi yang jatuh masih terlihat ada dinamika," ujar Didik.
Didik berujar, sebagai tokoh gerakan Rizal Ramli memilih berada di luar dengan kapasitasnya sebagai ekonom, intelektual, yang berbicara dengan data dan fakta ekonomi politik.
Menurutnya, Rizal Ramli merasa tidak memerlukan baju partai karena dianggap tidak memadai untuk menjaga apalagi mendorong demokrasi.
"Jadi banyak orang yang tetap melihat figur RR adalah tokoh yang berpengaruh dalam menjaga demokrasi," tuturnya.
Rizal Ramli selama hidupnya hanyut di dalam arus gerakan, yang menjadikan rumahnya markas diskusi sekaligus gerakan. Hal itu, kata Didik untuk satu tujuan yakni kontrol terhadap demokrasi.
"Karena tidak hendak masuk ke alam sistem dan tetap menempatkan dirinya di luar, maka gerakannya terus-menerus dan selamanya menjadi oposisi kritis, bahkan sangat kritis," ucap dia.