Rumah Gerakan 98 Tolak Orde Baru dan Prabowo Subianto
Puluhan orang yang mengatasnamakan kelompok masyarakat Rumah Gerakan 98 mendeklarasikan #Lawanordebaru. Mereka mengklaim tidak ada unsur politik dalam kegiatan tersebut. Namun mereka sepakat agar tidak memilih calon Presiden dan Wakil Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto - Sandiaga Uno.
Puluhan orang yang mengatasnamakan kelompok masyarakat Rumah Gerakan 98 mendeklarasikan #Lawanordebaru di Gedung Djoang 45, Jakarta Pusat, Minggu (16/12). Gerakan tersebut bertujuan agar masyarakat tidak kembali ke masa orde baru.
"Masyarakat harus kembali disegarkan ingatannya mengenai kekejaman Orde Baru dan Soeharto. Jangan sampai kita diajak untuk kembali memutar jarum jam sejarah," kata ketua Rumah Gerakan 98 Bernard HM Haloho di Gedung Djoang 45, Jakarta Pusat, Minggu (16/12).
-
Dimana Prabowo Subianto kalah dalam Pilpres 2019? Namun sayang, Ia kalah dari pasangan Jokowi-Ma'aruf Amin.
-
Siapa saja yang ikut dalam Pilpres 2019? Peserta Pilpres 2019 adalah Joko Widodo dan Prabowo Subianto.
-
Siapa yang menjadi Presiden dan Wakil Presiden di Pilpres 2019? Berdasarkan rekapitulasi KPU, hasil Pilpres 2019 menunjukkan bahwa pasangan calon 01, Joko Widodo-Ma'ruf Amin, meraih 85.607.362 suara atau 55,50%, sementara pasangan calon 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, meraih 68.650.239 suara atau 44,50%.
-
Bagaimana tanggapan Prabowo atas Jokowi yang memenangkan Pilpres 2014 dan 2019? Prabowo memuji Jokowi sebagai orang yang dua kali mengalahkan dirinya di Pilpres 2014 dan 2019. Ia mengaku tidak masalah karena menghormati siapapun yang menerima mandat rakyat.
-
Bagaimana Prabowo-Gibran menang Pilpres 2024? Berdasarkan hasil rekapitulasi KPU, Prabowo-Gibran unggul dengan suara sah sebanyak 96.214.691 dari total suara sah nasional, atau setara dengan 58,6%. Keduanya juga dilaporkan unggul di 36 Provinsi.
-
Kapan Prabowo tiba di Sumatera Barat? Calon Presiden (Capres) nomor urut 2 Prabowo Subianto tiba di Bandara Internasional Minangkabau (BIM) Padang Pariaman pada Sabtu (9/12) pagi.
Bernard mengklaim tidak ada unsur politik dalam kegiatan tersebut. Namun mereka sepakat agar tidak memilih calon Presiden dan Wakil Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto - Sandiaga Uno. Sebab memiliki rekam jejak orde baru dan tidak layak dipilih.
"Oh iya (menolak Prabowo jadi Capres). Karena dia harus bertanggung jawab terhadap pelanggaran HAM yang dilakukan karena itu rekomendasi dari pada komnas HAM," Jelas Bernard.
Dia menjelaskan Prabowo memiliki rekam jejak pelanggaran HAM berat. Seharusnya Prabowo harus bertanggung jawab dan menyelesaikan kasus-kasusnya.
"Prabowo harus bertanggung jawab terhadap penculikan aktivis," kata Bernard.
Selanjutnya Rumah Gerakan 98 akan terus mengampanyekan perlawanan terhadap orba. Pihaknya kata dia akan terus menggalangkan suara agar masyarakat bisa lawan orde baru.
"Tentunya kita akan mengkampanyekan perlawanan terhadap orde baru. Dan ini akan kita masifkan di setiap kota, dan kita akan deklarasi di Banten, Bandung, Medan, Makassar, akan ada kegiatan kita untuk selalu menyuarakan itu," kata Bernard.
Diketahui beberapa partai politik yang mendukung Prabowo menginginkan agar Indonesia saat berubah jadi era Presiden ke-2 Soeharto. Salah satunya Ketua Dewan Kehormatan Partai Berkarya Titiek Soeharto. Dalam twitternya dia mengajak masyarakat agar bisa kembali di masa itu untuk mewujudkan swasembada pangan, sehingga tidak tergantung pada impor.
"Sudah cukup... Sudah saatnya Indonesia kembali seperti waktu era kepemimpinan Bapak Soeharto yang sukses dengan swasembada pangan, mendapatkan penghargaan internasional, dan dikenal dunia," demikian kicauan Titiek lewat akun media sosial Twitter @TitiekSoeharto.
Baca juga:
Prabowo Di Depan Ribuan Ojek Online: Saya Berjuang Untuk Kalian Semua
Kota Salatiga Dinilai Tepat Jadi Markas Prabowo-Sandi di Jateng
Klaim Dana Desa Bermanfaat untuk Kaum Ibu, Sekjen PDIP Kembali Sindir Kubu Sebelah
PDIP Jawab Prabowo: Kalau yang Ganti Seperti Itu, ya Takut
Alasan Prabowo Kembali Maju di Pilpres 2019 yang Belum Banyak Orang Tahu
Rommy Tuding Kubu Prabowo Sebar Hoaks: Sekarang Bos-bosnya yang Turun