Sekjen PDIP ajak kader bangkitkan kekuatan arus bawah menangkan Pemilu 2019
Sekjen PDIP ajak kader bangkitkan kekuatan arus bawah menangkan Pemilu 2019. Sekretaris Jenderal PDIP, Hasto Kristiyanto menegaskan hal ini saat bertemu dengan ribuan kader dalam acara konsolidasi sekaligus peringatan peristiwa Sabtu Kelabu, 27 Juli 1996 di Gunungkidul DIY.
PDIP memberikan dukungan kepada Joko Widodo untuk maju sebagai calon Presiden dalam Pilpres 2019 dengan terus melakukan konsolidasi kader dengan rakyat. PDIP meyakini pendamping Jokowi nanti merupakan sosok yang tepat.
Sekretaris Jenderal PDIP, Hasto Kristiyanto menegaskan hal ini saat bertemu dengan ribuan kader dalam acara konsolidasi sekaligus peringatan peristiwa Sabtu Kelabu, 27 Juli 1996 di Gunungkidul DIY.
-
Siapa saja yang ikut dalam Pilpres 2019? Peserta Pilpres 2019 adalah Joko Widodo dan Prabowo Subianto.
-
Kapan PDIP menang di pemilu 2019? Partai pemenang pemilu 2019 adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dengan persentase 19.33% dari total suara sah yang diperoleh.
-
Kenapa PDIP menang di pemilu 2019? Kemenangan ini juga menunjukkan bahwa citra dan program kerja yang ditawarkan oleh PDIP dapat diterima oleh masyarakat luas.
-
Bagaimana PDIP bisa menang di pemilu 2019? PDIP berhasil meraih kemenangan yang signifikan dalam pemilu 2019 dan menjadi partai pemenang dengan persentase suara tertinggi, menunjukkan popularitas dan kepercayaan yang dimiliki oleh partai ini di mata masyarakat Indonesia.
-
Kenapa PDIP bisa menjadi partai pemenang Pemilu 2019? PDIP berhasil menarik pemilih dengan agenda-agenda politiknya dan berhasil meraih kepercayaan masyarakat. Dengan perolehan suara yang signifikan, PDIP memperoleh kekuatan politik yang kuat dan pengaruh yang besar dalam pemerintahan.
-
Siapa yang menjadi Presiden dan Wakil Presiden di Pilpres 2019? Berdasarkan rekapitulasi KPU, hasil Pilpres 2019 menunjukkan bahwa pasangan calon 01, Joko Widodo-Ma'ruf Amin, meraih 85.607.362 suara atau 55,50%, sementara pasangan calon 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, meraih 68.650.239 suara atau 44,50%.
"Kita percaya, Pak Jokowi akan didampingi sosok yang tepat, sosok yang punya jiwa kerakyatan, sosok yang ideologis, sosok yang menjadi satu kesatuan kepemimpinan dengan Jokowi, sehingga di republik ini dari bumi pertiwi akan lahir kesatu paduan kepemimpinan antara Jokowi dengan calon wakil Presiden yang akan segera diumumkan dalam momentum yang tepat," kata Hasto Kristiyanto, di Komplek Telaga Jonge Gunungkidul, Jumat (27/7).
Agenda konsolidasi dan refleksi peringatan peristiwa 27 Juli 1996, dihadiri oleh DPD, DPC se-DIY, fraksi se-DIY, Caleg se-DIY serta kader dan simpatisan juga jajaran pengurus PDI Perjuangan DIY, dimeriahkan penampilan seni dan budaya.
Jelang Pemilu 2019, seluruh kader partai diingatkan bahwa proses Pemilu legislatif dan pemilihan Presiden 2019 betul-betul menjadi ajang berdemokrasi dengan santun dan berbudaya.
Hasto Kristiyanto menyatakan dalam menjalankan proses pemenangan Pemilu 2019, seluruh calon legislatif harus bisa bekerja untuk betul-betul mengambil semangat pergerakan demokrasi arus bawah.
"Demokrasi arus bawahlah yang jadi tema sentral mimbar demokrasi di kantor PDI di Jl Diponegoro 58 pada dua puluh dua tahun silam," kata Hasto.
Lewat konsolidasi yang dijalankan bersama dengan seluruh jajaran kader PDI Perjuangan DIY, Hasto mengajak calon wakil rakyat benar bisa menyerap harapan arus bawah. Menyerap harapan dan keinginan rakyat.
Saat ini, Hasto melihat ada kontestasi arus bawah, semoga dengan kekuatan arus bawah PDI Perjuangan memenangkan pemilihan legislatif dan Pilpres 2019. Syaratnya adalah kader harus bekerja keras bangkit kembali ke bawah bersama dengan rakyat marhaen.
"Semoga kekuatan demokrasi arus bawah jadi inspirasi caleg untuk bergerak ke bawah menyatukan diri dengan kekuatan rakyat, sehingga Jokowi terpilih lagi berkat dukungan rakyat, melalui kerja kerakyatan semoga PDI Perjuangan dapat dipercaya oleh rakyat," ujar Hasto.
Sementara itu, wakil Ketua DPD PDIP DIY bidang Komunikasi, Agitasi dan Propaganda Eko Suwanto menambahkan, PDIP sebagai partai kader akan menjalankan politik yang bermartabat dan berbudaya. Bukan praktek politik yang menghalalkan segala cara untuk berkuasa sebab jelas bertentangan dengan ideologi Pancasila.
Apalagi, kata Eko, jika cara berkuasa dijalankan dengan politik kekerasan yang mengakibatkan luka dan korban jiwa seperti yang terjadi dalam peristiwa Sabtu Kelabu, 27 Juli 1996 atau yang lebih dikenal dengan penyerangan pada 27 Juli 1996 atau Kudatuli 96.
Eko menyatakan dalam memperingati peristiwa kelam dalam politik ini, saatnya untuk mendoakan seluruh korban kekerasan agar tak ada lagi praktek serupa di masa mendatang.
"Peristiwa Sabtu Kelabu, 27 Juli 1996 adalah sejarah kelam praktek kekerasan politik yang memberikan luka sejarah bagi rakyat dan demokrasi. Politik harus dijalankan dengan mengedepankan semangat kedamaian dan persatuan nasional," kata Eko.
Menurut anggota fraksi PDIP untuk dapil Kota Yogyakarta, ini budaya politik Indonesia harus membawa semangat baru. Membangun politik dan kekuasaan politik yang bermartabat dan berbudaya.
"Kita berharap luka sejarah kelam akibat peristiwa 27 Juli tak berulang lagi. Mari kita doakan seluruh korban kekerasan politik di masa lalu bisa mendapatkan keadilan. Kita bersama rakyat juga berharap seluruh dalang dan aktor kejahatan yang terlibat dalam penyerangan 27 Juli 1996 dapat dihukum dengan tegas," kata Eko.
Baca juga:
Gerindra-PDIP belum kembalikan Pakta Integritas soal caleg eks koruptor ke Bawaslu
PDIP nilai JK negarawan, tak akan maju Pilpres 2019 meski gugatan diterima
Politisi PDIP: PKB ngambek soal cawapres Jokowi
Fadli Zon nilai Tjahjo Kumolo layak diberi kartu merah akibat ucapan 'STMJ'
PDIP akui nama Ma'ruf Amin sejak awal masuk kandidat cawapres Jokowi
Demokrat sebut 'kudatuli' ritual politik PDIP sejak SBY kalahkan Mega
PDIP: Kok SBY kembali berulah tentang hubungan dengan Mega belum pulih?