Sudah Dibangun, 4 Proyek Infrastruktur Dikritisi Wapres Jusuf Kalla
Menurut JK kritikan itu diutarakan dari sisi objektif. Sebab pembangunan infrastruktur yang gencar dilakukan memakan biaya tidak sedikit.
Wapres Jusuf Kalla (JK) sering kali melontarkan kritikan terhadap sejumlah proyek infrastruktur di Tanah Air. Padahal infrastruktur itu tengah dibangun oleh masa pemerintahannya.
Menurut JK kritikan itu diutarakan dari sisi objektif. Sebab pembangunan infrastruktur yang gencar dilakukan memakan biaya tidak sedikit. Oleh karena itu, seharusnya tak cuma memperhatikan teknis namun dampak lainnya. Berikut kritikan Jusuf Kalla terhadap proyek strategis nasional dalam beberapa momen:
-
Kenapa Ridwan Kamil menemui Jusuf Kalla? “Beliau kan orang pintar ya dan penuh dengan pengalaman, arif, bijaksana. Sehingga saya perlu mendapatkan arahan, wejangannya dari beliau,” sambungnya.
-
Bagaimana Jusuf Kalla menilai dampak dari hukuman terhadap BUMN yang rugi? Kalau suatu kebijakan bisnis, langkah bisnis rugi cuma dua kemungkinannya, dia untung, dan rugi. Kalau semua perusahaan rugi, maka seluruh BUMN karya harus dihukum, ini bahayanya, kalau satu perusahaan rugi harus dihukum, maka semua perusahaan negara harus dihukum, dan itu akan menghancurkan sistem," ujar JK.
-
Bagaimana Jusuf Kalla menilai harga alutsista bekas yang dibeli pemerintah? "Sebetulnya bukan hanya bekas, berapa harga bekas itu? Itu hal yang berbeda. Kalau ini 'kan harganya rata-rata Rp1 triliun satu pesawat, pesawat yang umurnya 25 tahun," kata JK. Ketika orang ingin membeli pesawat, yang diukur ada dua yaitu umur dan jam terbangnya. Khusus umur sangat berpengaruh pada teknologi yang ada di dalam pesawat tersebut.
-
Apa yang diungkapkan Jusuf Kalla mengenai pembelian alutsista bekas? Pemerintah membeli alat utama sistem persenjataan (alutsista) bekas dengan harga murah bukan terjadi saat ini saja. Hal tersebut dinungkapkan langsung Mantan Wakil Presiden, Jusuf Kalla (JK) yang pernah berpasangan dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Joko Widodo. Pemerintah Beli Alutsista Bekas Umur 25 Tahun Harganya Rp1 Triliun kata JK dikutip dari Antara, Kamis (11/1) "Saya kira pemerintah 'kan tidak satu kali ini beli bekas (alutsista bekas), tetapi selalu murah. Murah sekali barang bekas itu sebetulnya, apalagi kalau sudah tua,"
Kritikan JK Terhadap Bandara Kertajati
Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) atau Kertajati hingga saat ini masih sepi penumpang. Tingkat okupansi bandara ini dikabarkan masih berada di bawah 30 persen.
Wapres JK menilai sepinya bandara ini tidak lepas dari uji kelaikan yang dilakukan pemerintah tidak berjalan baik. Apalagi, pembangunan bandara tersebut juga dinilai tanpa kajian yang mendalam.
"Tapi ya mungkin kurang penelitian sehingga lokasinya tidak pas untuk Bandung dan untuk Jakarta. Jadi agak ya, boleh dibilang perencanaannya tidak terlalu bagus. Pemerintah pusat juga salah," katanya.
Pembangunan LRT Palembang Tak Efisien
Wapres Jusuf Kalla (JK) pernah mengkritik pembangunan Light Rail Trans (LRT) di Palembang. Menurutnya penggunaan LRT di Palembang tidak berjalan secara efisien. Sebab, LRT Palembang hanya menjadi ajang coba-coba para turis lokal yang datang.
"Jadi turis lokal datang coba satu kali sudah selesai. Banyak hal-hal secara ekonomis bukan hanya secara teknis, tapi kita harus perbaiki secara ekonomis," kata JK.
Trans Sulawesi Lebih Efektif Untuk Industri
Selama ini pemerintah gencar membangun infrastruktur di berbagai daerah. Namun pembangunan itu tak luput dari beragam kritikan. Misalnya saja Wapres JK yang mengkritik pembangunan trans Sulawesi. Menurutnya pembangunan jalur kereta Trans Sulawesi lebih efektif untuk keperluan industri. Angkutan untuk penumpang maupun barang menggunakan moda rel kereta hanya cocok di Pulau Jawa.
"Saya minta, hanya perpendek saja di Sulawesi untuk keperluan industri. Kebutuhan-kebutuhan memperbaiki industri. Kalau barang dan orang tidak akan efisien. Kereta Api hanya efisien di Jawa karena penduduk 160 juta," ujar JK.
Pembangunan Jalur LRT elevated
Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengkritik pembangunan Light Rail Transit (LRT) dibuat melayang. Pembangunan akan lebih efisien jika dibangun di darat atau tidak elevated. Menurutnya, pembangunan secara elevated memakan biaya lebih besar dibanding dibuat di bawah dengan cara membebaskan lahan. Seperti pembangunan LRT elevated di samping jalan tol Jagorawi.
"Lebih murah membebaskan lahan dari pada membangunnya (elevated)," ujarnya.