Survei ISC: Elektabilitas Airlangga paling bagus buat Ketum Golkar
Partai Golkar bisa saja lebih terpuruk lagi jika salah memilih ketum barunya di Munas mendatang.
Lembaga survei Indonesia Survei Center (ISC) merilis hasil survei terbarunya tentang Kandidat Ketua Umum Partai Golkar. Berdasarkan riset ISC, muncul empat nama kandidat kuat untuk menjadi Ketua Umum Partai Golkar yang baru, mereka adalah Airlangga Hartarto, Ade Komarudin, Aziz Syamsuddin, dan Idrus Marham.
"Dari 4 nama tersebut, elektabilitas Airlangga Hatarto yang paling bagus dan paling disukai oleh publik menjadi Ketua Umum baru Golkar (12,6%), disusul oleh Ade Komarudin (10,9%), Aziz Syamsuddin (10.1%), dan Idrus Marham (8.9%)," kata Peneliti Senior ISC Igor Dirgantara, Jumat (15/4).
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh ISC ini, sosok Airlangga Hartarto yang paling berpeluang untuk menjadi ketum baru Golkar dibanding kandidat yang lain. Hal tersebut dapat terlihat dari visi misi Airlangga Hartarto yang lebih sesuai dengan semangat zaman, yaitu desentralisasi wewenang kepada DPD 1 dan DPD 2, regenerasi Golkar, pemanfaatan media sosial, pembangunan kursus politik bagi kader Golkar, pembentukan saksi tetap untuk Pemilu, dan lain-lain.
Lebih jauh, Igor menilai Airlangga Hartanto adalah kandidat ketum baru Golkar yang konsisten menjalankan dan mensosialisasikan Visi Indonesia Sejahtera 2045 dalam setiap kunjungannya ke daerah, bahkan mengusulkannya sebagai debat publik. Salah satunya adalah mempersiapkan kader secara matang dalam mewujudkan visi tersebut lewat sekolah politik.
"Namun begitu, tentu saja hal ini berpulang lagi kepada DPD 1, DPD 2, dan organisasi sayap Partai Golkar yang mempunyai hak suara menentukan untuk memilih pimpinan baru di tubuh Partai Golkar sesuai dengan AD/ART-nya dalam Munas nanti," tutur Igor.
"Walaupun pemilihan ketum Golkar adalah domainnya DPD, pilihan terhadap parpol tetap berada di ranah publik. Karena ada korelasi positif antara kandidat ketum golkar dengan elektabilitas partai beringin tersebut," tambah dosen politik Universitas Jayabaya itu.
Di sisi lain, peneliti senior ISC Chairul Pane juga menjelaskan bahwa langkah internal Partai Golkar yang akan melaksanakan Musyawarah Nasional (Munas) pada bulan Mei 2016 mendatang untuk memilih pemimpin baru menjadi sangat penting demi eksistensi dan kebesaran Partai Golkar itu sendiri. Dengan kata lain, Partai Golkar bisa saja lebih terpuruk lagi jika salah memilih ketum barunya di Munas mendatang.
"Tentu saja, ketum baru Golkar harus figur yang bisa dijual ke masyarakat, apalagi pada Pemilu 2019 mendatang, pemilu legislatif (Pileg) bersamaan dengan pemilihan presiden (Pilpres) dan hanya dalam satu putaran. Artinya figur calon presiden akan berpengaruh besar terhadap perolehan kursi parlemen nantinya," jelas Chairul yang juga dosen Universitas Jayabaya itu.
Figur tersebut, lanjut Chairul harus punya terobosan baru bagi kemenangan partai Golkar di Pilkada 2017, 2018, dan Pemilu 2019. Demokrasi dan pemilihan langsung menuntut popularitas dan akseptabilitas publik terhadap ketua umumnya dan masih berpengaruh bagi perolehan suara partai ke depan. Kesempatan ketua umum untuk mencalonkan diri menjadi presiden sangat terbuka.
"Bukan tidak mungkin, dengan ketum baru dan kepengurusan konsolidasi yang tepat, partai Golkar akan berjaya kembali di Pemilu 2019 - minimal tetap dalam posisi nomer dua - dan bisa kembali juara pada Pemilu 2024," papar Chairul.
Survei ISC dilaksanakan pada 5 – 20 Maret 2016 di 34 provinsi di Indonesia. Jumlah sample dengan 1230 responden, melalui teknik Probability sampling dengan varian Multistage random sampling (rambang berjenjang), dengan Margin of Error 2,8 persen, dan tingkat kepercayaan 95 persen .
Adapun Wawancara dilakukan melalui tatap muka langsung dengan bantuan kuesioner (instrumen survei). Uji kualitas dilakukan melalui spot check dengan mengambil 20 persen dari total sampel.