Ungkapan Kekecewaan 2 Sahabat Dekat Jokowi, Usai Gibran Jadi Cawapres Prabowo
Rudy dan Seno pulang pergi Solo-Jakarta selama bertahun-tahun untuk memberikan dukungan kepada Jokowi.
Sebelumnya, Rudy dan Seno mengaku selalu memberikan dukungan total kepada Jokowi.
Ungkapan Kekecewaan 2 Sahabat Dekat Jokowi, Usai Gibran Jadi Cawapres Prabowo
Ungkapan Kekecewaan 2 Sahabat Dekat Jokowi, Usai Gibran Jadi Cawapres Prabowo
Karir politik Joko Widodo alias Jokowi mulai dari Wali Kota Solo, Gubernur DKI Jakarta hingga menjadi Presiden RI dua periode tidak lepas dari sosok FX Hadi Rudyatmo dan Seno Kusumoharjo.
Seno Kusumoharjo dikenal sebagai tokoh PDI Perjuangan Solo Raya yang juga kakak kandung mantan Bupati Boyolali Seno Samudro.
- Prabowo: Kalau Dinasti Jokowi Ingin Berbakti untuk Rakyat, Salahnya Apa?
- Dapat Dukungan Projo, Prabowo Kenang Momen 2 Kali Pilpres Bersaing dengan Jokowi Tapi Kini jadi Sahabat
- Ganjar Pakai Baju Jokowi Tanggapi Golkar-PAN Gabung Prabowo, Apa Maknanya?
- Ini Kata Jokowi Soal Sosok Pengganti Panglima TNI Laksamana Yudo dan Kasad Jenderal Dudung
Sosok Seno Kusumoharjo inilah yang pertama kali mengenalkan Jokowi kepada FX Rudy melalui paman Jokowi, Miyono (almarhum). Seperti diketahui FX Rudy saat itu (sekitar tahun 2005) menjabat sebagai Ketua DPC PDIP Solo. Dari situlah awal karir politik Jokowi dimulai. Setelah banyak belajar politik dari kedua seniornya, ia kemudian berpasangan dengan Rudy untuk meraih jabatan Wali Kota Solo.
merdeka.com
Jokowi - Rudy berhasil memimpin Solo hingga 2 periode (2005-2010/2020-2015). Namun pada tahun 2012 Jokowi memilih mengadu nasib ke Ibukota untuk menjadi Gubernur DKI Jakarta berpasangan dengan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).
Menang pilkada DKI Jokowi hanya 2 tahun menjabat gubernur. Ia pun sukses memenangkan Pilpres 2014 setelah berpasangan dengan politisi senior Golkar, Jusuf Kalla.
Saat ini Jokowi menjalani masa-masa akhir jabatannya. Pilpres 2024 menjadi pertaruhan kredibilitas Jokowi karena sikapnya yang diharapkan tidak berat sebelah setelah anak sulungnya Gibran Rakabuming Raka juga maju sebagai cawapres Prabowo Subianto dari Koalisi Indonesia Maju.
Selama perjalanan karir politiknya dua sahabatnya, Rudy dan Seno mengaku selalu memberikan dukungan total. Mereka bahkan harus pulang pergi Solo-Jakarta selama bertahun-tahun untuk memberikan dukungan kepada Jokowi. Bukan hanya tenage, moral, namun juga material. Di masa masa itu, hubungan ketiganya terjalin baik dan akrab.
Namun belakangan saat ada sidang gugatan Mahkamah Konstitusi (MK), hingga putusan dan Gibran mendaftar ke KPU bersama Prabowo, ada perasaan kecewa dua sahabat tersebut kepada Jokowi.
"Kita itu kan bersahabat dari dulu. Saya jelek jelek begini nglahirkan pemimpin di Republik ini," ujar Rudy saat ditemui merdeka.com di rumah Seno, Mojosongo, Solo, Sabtu (4/11).
"Kita dulu itu sak omah (satu rumah). Wiwit enom konco bareng (Dari muda teman bersama). Dipukuli orang bertiga bareng. Sama Jokowi kita bareng terus dari waktu wali kota pertama. Dari awal wali kota dua periode, gubernur, sampai Presiden dua periode kita berdua yang dukung," sahut Seno.
Namun saat ini keduanya mengaku berbeda sikap dengan Jokowi. Sahabatnya itu ditengarai sudah berbeda, karena tidak tegak lurus dengan PDI Perjuangan, partai yang membesarkannya. Seno maupun Rudy tak yakin Jokowi akan bersikap netral dalam Pilpres 2024. Apalagi setelah anak kesayangannya maju sebagai cawapres Prabowo Subianto.
"Kalau saya dukungnya Ganjar - Mahfud. Tegak lurus kok. Kalau kita mendukung Ganjar - Mahfud itu bukan kita yang berubah, yang berubah yang sana (Jokowi). Wong katanya Marhaenis kok dukungnya kesana sana (Prabowo-Gibran), piye itu," ucap Seno.
"Kalau sudah masuk partai itu siap kecewa dan dikecewakan itu hal yang biasa. Kalau kecewa tidak, wong kita nanti menang satu putaran," kata Rudy.
"Saya nggak pernah kecewa, wong jago saya menang terus kok. Secara kalkulasi Ganjar - Mahfud menang," imbuh Seno.
Seno menambahkan, keputusan Jokowi mengizikan anaknya Gibran Rakabuming Raka bergabung dengan Koalisi Indonesia Maju merupakan hak asasi yang bersangkutan. Namun ia tidak sependapat dengan cara Jokowi yang dinilainya tidak baik.
"Memutuskan sesuatu yang baik itu hendaknya didasari dengan proses yang baik dilandasi niat yang baik juga. Tentang pencalonan Gibran, rasanya ini kok nggak terpenuhi. Keinginan Jokowi untuk mencalonkan anaknya sebagai waki presiden itu baik. Tapi apakah prosesnya baik ?. Prosesnya kan dinilai banyak orang nggak baik," katanya.
Ihwal sikap Jokowi yang diharapkan netral dalam Pilpres 2024, baik Seno maupun Rudy sama-sama pesimistis. Apalagi Gibran adalah anak kesayangan Jokowi.
"Wong karo anak kok netral, yo ora (sama anak nggak mungkin netral). Sebatas dan sejauh apa ketidaknetralan itu terwujud, terlihat, terefleksikan itu urusan berbeda. Tetapi kalau omong netral, kok kita ini kaya anak kecil gampang diapusi (ditipu). Yo ora (ya enggak mungkin),"
tegas Seno.
Seno menduga saat ini Jokowi menemui kesulitan untuk memenangkan anaknya (Prabowo-Gibran). Sehingga bersikap tidak netral dan melakukan sejumlah intervensi. Dengan berbagai intervensi itu, lanjut Seno, secara tidak langsung Jokowi menganggap Ganjar - Mahfud merupakan pasangan yang hebat. Sehingga melibatkan bantuan banyak orang untuk mengalahkannya."Orang yang seharusnya netral tapi nggak netral itu ya susah sekali. Tapi itu saya hargai, karena secara tidak langsung mereka menganggap Ganjar - Mahfud ini hebat. Sehingga harus dibantu banyak orang to, untuk mengalahkannya. Dan tidak akan terkalahkan Ganjar - Mahfud itu," ungkap Seno.