Kisah nazar sembelih anak & 100 unta Abdul Muthalib
Anak-anaknya yang taat dan patuh membuat Abdul Muthalib bimbang siapa yang akan dikorbankan.
Kakek Nabi Muhammad SAW, Abdul Muthalib dikenal masyarakat Mekkah, memiliki kekayaan yang melimpah. Sehingga dapat dimaklumi beliau sangat dihormati dan dimuliakan masyarakat Mekkah.
Namun sayang, kekayaan Abdul Muthalib malah membawa dirinya kepada kerugian. Ia menjadi sombong dan selalu merasa kekurangan. Salah satu mengenai pandangannya jika kaum Quraisy berani melawannya karena memiliki keturunan yang sedikit.
Demi mencapai keinginannya, Abdul Muthalib berniat menikah kembali dengan harapan dikaruniai banyak anak, yang nanti dianggap akan melindunginya. Untuk niatnya ini, Abdul Muthalib pun bernazar.
"Seandainya kau dikaruniai 10 orang anak dan mereka tumbuh sampai baligh serta menjadi penolongku, niscaya aku akan mengorbankan salah seorang dari mereka di Kabah," kata Abdul Muthalib seperti dikutip merdeka.com dari buku Sejarah Kabah 'Kisah rumah suci yang tak lapuk dimakan zaman' Hal 180-185, terbitan TuRos, Kamis (24/7).
Beberapa tahun berlalu, keinginan Abdul Muthalib akhirnya tercapai. Allah SWT mengabulkan permintaan Abdul Muthalib dengan memberinya 10 orang anak. Waktu demi waktu, hari demi hari suka cita dilalui Abdul Muthalib dengan seluruh anaknya, sampai pada waktu nazar Abdul Muthalib dibuktikan.
Sadar akan janjinya, ia pun mengumpulkan ke-10 anaknya. Di hadapan anaknya, Abdul Muthalib menjelaskan tentang Nazarnya. Anak-anaknya yang taat dan patuh membuat Abdul Muthalib bimbang siapa yang akan dikorbankan.
"Apa yang harus kita lakukan?" tanya Abdul Muthalib kepada anak-anaknya.
"Masing-masing dari kalian membawa cangkir dan menuliskan nama di dalam cangkir tersebut."
Setelah seluruh anak mengikuti perintahnya, Abdul Muthalib membawa seluruh anaknya ke berhala Hubal yang ada di dalam Kabah. Di sisi berhala Hubal terdapat tujuh cangkir. Cangkir pertama bertuliskan "al-aql" atau denda, cangkir kedua tertulis "na'am" atau "ya" begitu seterusnya sampai cangkir ke tujuh.
Singkat cerita setelah diundi yang keluar justru cangkir milik Abdullah. Abdul Muthalib pun menepati janjinya. Dibawalah Abdullah ke berhala Asaf Nailah untuk segera menyembelihnya.
"Apa yang akan engkau lakukan wahai Abdul Muthalib?" tanya kaum Quraisy.
"Aku akan menyembelihnya," jawab Abdul Muthalib.
Lalu kaum Quraisy, anak-anak yang lainnya melarang keinginan Abdul Muthalib. Bahkan, para pembesar kaum Quraisy lain ikut menyarankan Abdul Muthalib untuk mengurungkan niatnya.
"Kamu jangan menyembelih putramu itu, sesungguhnya di Madinah ada seorang dukun yang mempunyai pengikut jin. Tanyalah padanya, jika dukun itu menyuruhmu untuk menyembelihnya, maka sembelihlah. Tetapi jika dukun itu memberi jalan keluar lainnya, terimalah."
Mendengar saran para pembesar Quraisy, Abdul Muthalib segera berangkat menuju Madinah, tempat dukun itu berada. Sesampainya di Madinah, dukun yang bernama Quthbah itu menyarankan Abdul Muthalib menyiapkan 10 ekor unta untuk dikorbankan menggantikan Abdullah.
"Pulanglah ke negaramu dan siapkan 10 unta untuk dikorbankan, lalu buatlah panah undi nasib di atas onta dan di atas anakmu (Abdullah). Jika yang keluar onta itu, maka sembelilah onta itu. Tetapi, jika yang keluar undian itu anakmu, tambahlah dendanya dengan 10 onta lagi. Kemudian, buatlah panah undi nasib di atas keduanya, sehingga tuhan kalian ridha. Jika keluar onta itu, maka sembelilah onta-onta itu."
Maka pulanglah Abdul Muthalib bersama orang-orang Quraisy ke Mekkah. Dilakukanlah undian tersebut, namun dalam undian pertama keluar nama Abdullah. "Wahai Abdul Muthalib, tambahlah denda untuk kau sembahkan pada tuhanmu hingga dia ridha," kata orang Quraisy.
Lalu ditambahlah 10 onta lagi, tetapi undian yang keluar tetap nama Abdullah ketimbang onta itu. Sampai setiap kali diulang, berturut-turut nama Abdullah yang keluar ketimbang onta-onta tersebut. Maka jumlah undian onta telah mencapai 100, Abdul Muthalib pun menyembelih unta-untanya.