Gara-gara tumor otak, gadis ini sulit berhenti tertawa!
Awalnya gadis cilik itu dikira sakit jiwa atau kerasukan!
Banyak orang yang mengatakan bahwa tawa adalah obat terbaik. Namun bagaimana jika tawa justru menunjukkan ada sesuatu yang tak beres dalam tubuh kita? Hal ini dialami oleh seorang gadis kecil dari Bolivia.
gadis enam tahun tersebut memiliki kesulitan untuk mengendalikan tawanya. Terkadang dia juga sering tertawa tak terkendali dan sulit dihentikan. Awalnya gadis ini dianggap memiliki keanehan perilaku. Baru kemudian dokter mengetahui bahwa tawanya yang tak biasa itu adalah gejala penyakit yang ada pada otaknya.
"Banyak yang mengira dia gila, terlalu dimanja, dan bahkan dianggap kerasukan," ungkap Dr Jose Liders Burgos Zuleta dari Bolivia, seperti dilansir oleh Live Science (16/06).
Namun kemudian Burgos Zuleta menemukan bahwa penyebab sesungguhnya adalah tumor yang ada pada otaknya. Setelah gadis itu melakukan CT scan, diketahui adanya hamartoma, yaitu sebuah tumor jinak kecil yang menekan bagian temporal lobe otaknya.
Selanjutnya dokter pun segera melakukan operasi untuk mengeluarkan tumor dari otak gadis tersebut. Gadis cilik berusia enam tahun yang konon tak bisa berhenti tertawa, kini sudah bisa berperilaku dan tertawa dengan normal. Keadaan yang membuat gadis ini sering sulit berhenti tertawa disebut dengan Gelastic Seizure. Gelastic Seizure sebenarnya merupakan salah satu bentuk epilepsi. Namanya sendiri berasal dari bahasa Yunani 'gelos' yang artinya tertawa.
"Tawa mereka tak selalu berbunyi 'hahaha' dan tak ada rasa bahagia dari tawa ini. Beberapa anak bahwa mungkin sedang sangat ketakutan ketika mereka sulit mengendalikan tawa mereka," ungkap Dr Solomon Moshe, ahli saraf anak dari Albert Einstein College of Medicine di New York.
Kasus ini sebaiknya dijadikan pelajaran agar para ahli kesehatan tak serta merta dan dengan mudahnya menghakimi anak memiliki kelainan perilaku atau keanehan pada mental mereka ketika melihat adanya gejala aneh seperti tawa yang sulit dikendalikan. Tak ada salahnya meminta orangtua untuk memeriksakan saraf anak atau otak anak untuk mengetahui penyebab sebenarnya.