Kekerasan rumah tangga tak sekedar tinggalkan luka fisik!
Kekerasan rumah tangga tak hanya meninggalkan lebam, tetapi juga mengganggu kesehatan secara keseluruhan!
Saat ini kekerasan rumah tangga adalah hal yang telah banyak terjadi, bahkan di sekitar lingkungan kita sendiri. Satu dari tiga perempuan, berdasarkan data WHO, telah mengalami kekerasan seksual bahkan oleh pasangan mereka sendiri.
Banyak yang berpikir bahwa kekerasan rumah tangga sangat berbahaya bagi perempuan karena bisa mengancam keselamatan mereka. Kekerasan seksual maupun fisik akan membekas pada tubuh wanita, namun sebenarnya masalahnya tak hanya itu. Kekerasan rumah tangga tak hanya meninggalkan bekas luka seperti goresan, mata yang memar, patah tulang, dan lainnya. Kekerasan juga akan memberikan dampak besar pada kesehatan mental korban dan membuat mereka trauma.
Beberapa gejala orang yang mengalami kekerasan rumah tangga antara lain adalah rasa lelah berkepanjangan, napas pendek-pendek, otot kaku, pola makan tak teratur, tubuh sering gemetar. Selain itu, kekerasan rumah tangga juga mempengaruhi hingga siklus menstruasi dan menyebabkan masalah kesuburan.
Berikut adalah beberapa dampak kekerasan rumah tangga pada kesehatan perempuan, selain menyebabkan luka fisik, seperti dilansir oleh Health Me Up (21/10).
- asma
- penyakit jantung
- masalah sirkulasi
- infeksi ginjal dan kandung kemih
- sindrom iritasi usus
- masalah sistem saraf
- masalah persendian
- migrain dan sakit kepala
- masalah ginekologis
- disfungsi seksual
- infeksi menular seksual, termasuk HIV/AIDS
- kesulitan hamil atau justru kehamilan yang tak diinginkan
- kecemasan
- depresi
- perilaku anti sosial
- keinginan bunuh diri
- kepercayaan diri yang rendah
- kurang percaya dengan orang lain dan ketakutan akan hubungan romantis
- masalah tidur.
Itulah beberapa dampak kekerasan rumah tangga pada seseorang. Jangan kira kekerasan rumah tangga hanya menyakiti seseorang sebatas kulit. Ada banyak masalah kesehatan lainnya yang bisa dipicu oleh kekerasan rumah tangga.