Terapi Plasma Konvalesen Diharapkan Bisa Atasi Pandemi Covid-19
Monica menjelaskan bahwa terapi plasma konvalesen merupakan salah satu bentuk dari vaksinasi pasif yang diambil dari pasien sembuh COVID-19. Plasma dari pasien sembuh tersebut mengandung kekebalan tubuh yang cukup tinggi.
Menghadapi pandemi covid-19 yang masih belum tahu kapan akan berakhir. Berbagai macam cara dilakukan untuk mencari penanganan yang tepat guna menyembuhkan penyakit yang menyerang pernapasan ini. Salah satu metode yang digunakan untuk menangani covid-19 adalah dengan terapi plasma konvalesen.
Dr. dr. Theresia Monica dari Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha mengatakan bahwa terapi plasma konvalesen bisa membantu pasien membentuk antibodi untuk melawan virus penyebab covid-19.
-
Siapa yang dilibatkan dalam penanganan pandemi Covid-19 dalam disertasi Kombes Pol Dr. Yade Setiawan Ujung? Analisis ini menawarkan wawasan berharga tentang pentingnya kerjasama antar-sektor dan koordinasi yang efektif antara lembaga pemerintah dan non-pemerintah dalam menghadapi krisis kesehatan.
-
Siapa yang memimpin aksi demo petani Kendeng saat pandemi COVID-19? Aksi demo petani Kendeng kembali dilakukan saat pandemi COVID-19. Kala itu mereka menolak aktivitas penambangan yang dianggap berpotensi merusak lingkungan.
-
Kenapa Covid Pirola mendapat perhatian khusus? Namun, para pemerhati kesehatan dan ahli virus memberi perhatian lebih terhadap subvarian ini lantaran kemampuan Pirola dalam melakukan breakthrough infections lebih tinggi dibandingkan varian lainnya. Ketika sebuah varian atau subvarian virus COVID memiliki kemampuan breakthrough infections yang tinggi maka akan menyebabkan kasus re-infeksi semakin tinggi.
-
Bagaimana mutasi virus Corona pada pria tersebut terjadi? Selama masa infeksi, dokter berulang kali mengambil sampel dari pria tersebut untuk menganalisis materi genetik virus corona. Mereka menemukan bahwa varian asli Omicron BA1 telah mengalami lebih dari 50 kali mutasi, termasuk beberapa yang memungkinkannya untuk menghindari sistem kekebalan tubuh manusia.
-
Kenapa Ndalem Priyosuhartan pernah dijadikan tempat isolasi covid-19? Bangunan itu memiliki banyak koleksi barang antik.
-
Apa gejala Covid Pirola? Mengenai gejala yang ditimbulkan akibat infeksi Pirola, diketahui belum ada gejala yang spesifik seperti disampaikan ahli virologi dari Johns Hopkins University, Andrew Pekosz, dilansir dari Liputan 6.Namun, tetap saja ada tanda-tanda yang patut untuk Anda waspadai terkait persebaran covid Pirola. Apabila terkena COVID-19 gejala umum yang terjadi biasanya demam, batuk, sakit tenggorokan, pilek, bersih, lelah, sakit kepala, nyeri otot serta kemampuan indera penciuman berubah, maka gejala covid Pirola adalah sakit tenggorokan, pilek atau hidung tersumbat, batuk dengan atau tanpa dahak, dan sakit kepala.
Monica menjelaskan bahwa terapi plasma konvalesen merupakan salah satu bentuk dari vaksinasi pasif yang diambil dari pasien sembuh COVID-19. Plasma dari pasien sembuh tersebut mengandung kekebalan tubuh yang cukup tinggi.
Namun, lebih lanjut Monica menjelaskan dalam webinar internasional bertema "Convalescent Plasma Therapy", yang diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha (UKM) seperti yang dikutip dari Liputan6.com, "Antibodi yang terkandung dalam plasma berfungsi mengeliminasi virus, bukan untuk memperbaiki organ yang rusak."
Dalam perjalanan mengobati pasien covid-19 dengan menggunakan terapi plasma konvalesen (TPK), diakui Monica bahwa banyak penelitian dengan hasil yang berbeda. Ada yang memberikan hasil mendukung, namun ada juga yang sebaliknya. Tetapi, dokter yang juga Ketua Pusat Pengembangan, Inovasi & Kerja Sama (PPIDK) FK UKM ini menjelaskan bahwa keberhasilan TPK tergantung dari beberapa faktor utama, yaitu: dosis, kadar antibodi, dan waktu pemberian.
Selain itu, bagi pendonor plasma juga memiliki peran penting, seperti yang dijelaskan Dr. dr. Ria Syafitri Eva Gantini, M.Biomed dari Palang Merah Indonesia. Ria mengatakan ada kondisi atau kriteria tertentu dari pendonor yang harus diperhatikan agar terapi plasma konvalesen bisa bekerja maksimal.
Ria menyebut, ada delapan syarat untuk menjadi donor plasma konvalesen, yaitu:
1. Usia 18-60 tahun
2. Berat badan minimal 55 kg,
3. Diutamakan pria, atau jika perempuan belum pernah hamil,
4. Pernah terkonfirmasi Covid-19,
5. Surat keterangan sembuh dari dokter yang merawat,
6. Bebas keluhan minimal 14 hari,
7. Tidak menerima transfusi darah selama 6 bulan terakhir, dan
8. Lebih diutamakan yang pernah mendonorkan darah.
Pernah Digunakan saat Pandemi Flu Spanyol
Profesor Michael J. Joyner, M.D. dari Mayo Clinic mengungkapkan bahwa metode terapi plasma konvalesen ini bukan hal baru, bahkan metode serupa pernah diterapkan pada masa pandemi flu Spanyol (H1N1) pada 1917 - 1918, dan cukup berhasil sebagai metode penyembuhan. Untuk saat ini dengan ilku kedokteran yang semakin maju, terapi plasma terbukti dapat menurunkan mortalitas pada pasien covid-19.
Hal senada juga diungkapkan oleh Profesor Arturo Casadevall, M.D., M.S., Ph.D. dari Johns Hopkins, bahkan TPK termasuk terapi yang populer di Amerika Serikat. Hanya saja, ia mengingatkan bahwa terapi ini sebaiknya diterapkan secara tepat.
“Efektivitas dari plasma ini bergantung dari jumlah yang diberikan, misalnya, dosisnya harus tepat. Juga, lebih cepat tindakan, tentu lebih baik,” katanya, mengutip siaran resmi yang diterima Liputan6.com.
Profesor Liise-anne Pirofski, M.D. dari Albert Einstein College of Medicine, juga memberikan catatan terhadap terapi plasma konvalesen, tapi tidak menampik bahwa terapi ini sangat disarankan sebagai salah satu ikhtiar menekan tingkat kematian akibat COVID-19.
Penelitian terhadap terapi plasma konvalesen ini memang telah dilaksanakan di beberapa negara, dan dalam pengamatan ProfesorPirofski, pasien yang diuji dengan terapi plasma nyaris semuanya sembuh.
Terapi Plasma Konvalesen Banyak Diteliti di Indonesia
Monica menerangkan bahwa saat ini banyak penelitian TPK yang sudah dan sedang dilakukan di Indonesia. Salah satunya adalah kolaborasi antara FK UKM dan RS Primaya. Penelitian lain juga diadakan di RS Mayapada dan RS Mandara Bali. Ada pun RS Saiful Anwar juga sudah melaksanakan penelitian TPK. Tak hanya itu, ada juga beberapa penelitian nasional multi center yang melibatkan 10 RS di Indonesia.
“Dari hasil internal, ternyata TPK dapat menurunkan angka mortalitas secara signifikan atau nyata pada pasien COVID-19 stadium sedang dan berat,” jelasnya.
Dengan melihat jumlah pasien sembuh COVID-19 yang terus meningkat, tidak berlebihan kalau TPK sangat dianjurkan diterapkan di center-center, baik dari rumah sakit pemerintah maupun swasta, sehingga kita, bangsa Indonesia,bisa keluar dari pandemi COVID-19 ini.
“Kami berharap penggunaan TPK sebagai alternatif penyembuhan COVID-19 dapat terus dilakukan. Dan kami terus berupaya untuk mendukung penelitian terhadap produk-produk dari plasma darah secara optimal,” ucap Heru Firdausi Syarif Direktur Utama, PT Itama Ranoraya Tbk.
Untuk menekan jumlah pasien covid-19 yang terus meningkat, jangan lupa untuk selalu menerapkan protokol kesehatan. Sering mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menghindari kerumunan dan mengurangi mobilitas.
Sumber: Liputan6.com
Reporter: Dyah Puspita Wisnuwardani