Peneliti Tengah Kembangkan Vaksin Flu Universal, Dirancang Bisa Redakan Segala Jenis Mutasi Flu
Vaksin flu universal bisa membantu mengatasi berbagai jenis flu dan mutasinya seperti Covid-19.
Para ilmuwan saat ini sedang gencar mengembangkan vaksin flu universal yang dijuluki sebagai vaksin "sekali suntik seumur hidup". Harapan mereka, vaksin ini akan memberikan kekebalan tubuh terhadap berbagai mutasi virus flu yang terus berubah.
Dilansir dari Medical Xpress, penelitian terbaru yang dipimpin oleh Oregon Health & Science University (OHSU) menunjukkan hasil yang menjanjikan dalam upaya ini. Penelitian ini dipublikasikan di jurnal Nature Communications dan menggunakan platform vaksin yang dikembangkan oleh OHSU untuk melawan virus yang diperkirakan berpotensi memicu pandemi berikutnya. Para peneliti menemukan bahwa vaksin ini mampu menghasilkan respon imun yang kuat pada primata non-manusia yang terpapar virus flu burung H5N1 yang sangat mematikan.
-
Siapa yang mengembangkan vaksin flu pertama? Para ilmuwan mulai mengisolasi virus flu pada tahun 1930-an, dan pada tahun 1940-an, Angkatan Darat AS membantu mensponsori pengembangan vaksin untuk melawan virus tersebut.AS menyetujui vaksin flu pertama untuk penggunaan militer pada tahun 1945 dan untuk penggunaan sipil pada tahun 1946.
-
Siapa yang mengumumkan penemuan vaksin kanker? Presiden Vladimir Putin mengungkapkan bahwa mereka kini selangkah lebih dekat untuk penemuan vaksin kanker.
-
Bagaimana mencegah penularan flu? Menghindari kontak fisik dengan orang yang sedang sakit flu, seperti bersalaman, berpelukan, atau berciuman. Jika ada anggota keluarga yang terkena flu, usahakan untuk menjaga jarak dan tidak berbagi barang pribadi.
-
Siapa yang pertama kali berhasil buat vaksin polio? Tanggal ini dipilih sebagai penghormatan kepada Dr. Jonas Salk, ilmuwan yang pertama kali berhasil mengembangkan vaksin polio yang efektif pada tahun 1955.
-
Bagaimana vaksin kanker ini bekerja? Putin menyatakan keyakinannya bahwa vaksin tersebut, bersama dengan obat imunomodulator generasi baru, akan segera menjadi bagian integral dari terapi individual yang efektif.
-
Bagaimana cara meningkatkan ketahanan kesehatan melalui vaksin? Menkes Budi juga menambahkan, untuk mendukung ketahanan kesehatan, diperlukan penelitian yang berkelanjutan dan mengikuti perkembangan teknologi. Pemerintah melalui berbagai program terus mendorong pengembangan vaksin berbasis teknologi terkini.
Vaksin Berbasis Virus 1918
Uniknya, vaksin ini tidak dibuat berdasarkan virus H5N1 saat ini, tetapi menggunakan virus influenza dari tahun 1918, yang dikenal sebagai penyebab pandemi flu Spanyol yang menewaskan jutaan orang.
"Penelitian ini sangat menarik karena biasanya penelitian sains dasar semacam ini membutuhkan waktu puluhan tahun untuk diwujudkan menjadi sesuatu yang nyata. Namun, vaksin ini berpotensi menjadi kenyataan dalam waktu lima tahun atau kurang," ujar Jonah Sacha, Ph.D., profesor dan kepala Divisi Patobiologi di Pusat Penelitian Primata Nasional Oregon milik OHSU.
Hasil Penelitian yang Menjanjikan
Dari sebelas primata non-manusia yang divaksinasi dengan virus influenza 1918, enam berhasil bertahan hidup saat terpapar H5N1. Sebaliknya, semua primata dalam kelompok kontrol yang tidak divaksinasi mati akibat penyakit tersebut. Sacha yakin bahwa platform vaksin ini juga efektif melawan virus lain yang bermutasi, termasuk SARS-CoV-2, penyebab COVID-19. "Ini adalah pendekatan yang sangat layak," katanya. "Untuk virus dengan potensi pandemi, memiliki vaksin seperti ini sangat penting."
Vaksin ini menggunakan platform yang awalnya dikembangkan untuk melawan HIV dan tuberkulosis. Metode ini melibatkan penyisipan potongan kecil patogen target ke dalam virus cytomegalovirus (CMV). CMV merupakan virus herpes yang umum dan biasanya tidak menimbulkan gejala serius. Virus ini digunakan sebagai vektor untuk memicu respon imun dari sel T tubuh.
Pendekatan ini berbeda dari vaksin konvensional yang menargetkan antibodi berdasarkan evolusi terbaru virus. Sel T, terutama sel T memori efektor di paru-paru, menargetkan protein internal virus yang tidak banyak berubah seiring waktu. Ini membuatnya menjadi target yang stabil bagi sistem imun, berbeda dengan protein lonjakan di permukaan virus yang terus bermutasi.
Uji Klinis dan Masa Depan Vaksin Flu Universal
Penelitian ini dilakukan di laboratorium biosafety level 3 di University of Pittsburgh. Hasilnya menunjukkan bahwa vaksin berbasis CMV menggunakan template virus 1918 dapat bertahan terhadap evolusi virus selama hampir satu abad. "Vaksin ini berhasil karena protein internal virus tersebut terpelihara dengan sangat baik," kata Sacha. Penelitian ini menunjukkan potensi untuk mengembangkan vaksin yang mampu melindungi manusia dari berbagai varian virus influenza.
Sacha optimis bahwa dalam lima sampai sepuluh tahun, vaksin flu "sekali suntik seumur hidup" bisa menjadi kenyataan. Platform CMV yang dikembangkan telah mencapai uji klinis untuk HIV dan menunjukkan potensi besar dalam memerangi penyakit menular lainnya, bahkan kanker.
Penelitian ini membawa harapan baru dalam memerangi influenza. Pengembangan vaksin flu universal dapat merevolusi cara kita mencegah dan mengobati penyakit ini, berpotensi menyelamatkan banyak nyawa di seluruh dunia. Meskipun penelitian ini masih dalam tahap awal, hasil yang menjanjikan ini memberikan optimisme terhadap masa depan pencegahan dan pengobatan influenza.