Rutinitas Buang Air Besar Bisa Menjadi Penanda dari Kesehatan Tubuh Secara Keseluruhan
Rutinitas buang air besar yang kita miliki bisa menunjukkan berbagai macam hal termasuk kesehatan dari tubuh kita secara keseluruhan.
Rutinitas buang air besar yang kita miliki bisa menunjukkan berbagai macam hal termasuk kesehatan dari tubuh kita secara keseluruhan.
-
Siapa yang melakukan penelitian tentang buang air kecil? Aturan ini terinspirasi dari penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa teknik mesin di Institut Teknologi Georgia.
-
Bagaimana penelitian ini mengukur durasi buang air kecil? Dalam penelitian tersebut, tim peneliti menganalisis video kecepatan tinggi dari berbagai hewan yang buang air kecil.
-
Kapan penelitian tentang buang air kecil dilakukan? Mereka menulis dalam sebuah makalah yang diterbitkan di 2014, 'Bagaimana kandung kemih dengan berat 0,5 kg dan 100 kg bisa dikosongkan dalam durasi yang hampir sama? Hewan yang lebih besar memiliki uretra lebih panjang, sehingga gaya gravitasi yang lebih besar mendorong aliran.'
-
Apa saja yang bisa menyebabkan buang air besar lebih sering? Dilansir dari Womens Health, berikut sejumlah penyebab Anda jadi buang air besar lebih sering dibanding biasanya. Mulai Mengonsumsi Makanan Lebih Sehat Terjadi Infeksi Infeksi virus dan bekteri bisa jadi penyebab Anda buang air besar secara berlebihan serta diare. Walau hal ini tergolong normal, namun waspadai jika terdapat bercak darah pada kotoran atau disertai dengan kondisi demam.
-
Bagaimana cara olahraga mempengaruhi buang air besar? Berolahraga bisa meningkatkan kontraksi otot di usus sehingga tubuh lebih cepat mencerna makanan sehingga Anda lebih sering buang air besar.
-
Kenapa buang air besar jadi lebih sering? “Kemungkinan yang paling sering terjadi adalah karena intoleransi terhadap apa yang Anda makan. Anda mengonsumsi sesuatu yang tak cocok dengan dirimu,“ terang Kyle Staller, MD, pakar kesehatan perut di Massachusetts General Hospital, dilansir dari Womens Health.
Rutinitas Buang Air Besar Bisa Menjadi Penanda dari Kesehatan Tubuh Secara Keseluruhan
Dilansir dari Science Alert, sebuah studi baru yang dipublikasikan di Cell Reports Medicine mengungkapkan bahwa frekuensi buang air besar memiliki pengaruh signifikan terhadap fisiologi dan kesehatan jangka panjang. Kondisi kesehatan terbaik ditemukan pada individu yang buang air besar satu hingga dua kali sehari.
Penelitian sebelumnya telah menjelaskan mengenai adanya hubungan antara sembelit dan diare dengan risiko infeksi dan kondisi neurodegeneratif yang lebih tinggi. Namun, karena temuan tersebut diamati pada pasien yang sakit, belum jelas apakah frekuensi buang air besar yang tidak teratur adalah penyebab atau akibat dari kondisi mereka.
"Saya berharap penelitian ini dapat membuka pikiran para klinisi mengenai potensi risiko dari tidak mengelola frekuensi buang air besar," kata penulis senior Sean Gibbons dari Institute for Systems Biology kepada AFP. Ia menjelaskan bahwa dokter seringkali memandang pergerakan usus yang tidak teratur sebagai hal yang sepele.
Gibbons dan timnya mengumpulkan data klinis, gaya hidup, dan biologi termasuk kimia darah, mikrobioma usus, genetika, dan lainnya dari lebih dari 1.400 sukarelawan dewasa sehat tanpa tanda-tanda penyakit aktif. Frekuensi buang air besar yang dilaporkan sendiri oleh peserta dikategorikan menjadi empat kelompok: sembelit (satu atau dua kali per minggu), normal rendah (tiga hingga enam kali per minggu), normal tinggi (satu hingga tiga kali per hari), dan diare.
Para peserta menyediakan sampel plasma darah dan tinja, serta mengisi kuesioner diet, kesehatan, dan gaya hidup yang ekstensif. Ketika tinja terlalu lama berada di usus, mikroba akan menghabiskan serat yang tersedia yang mereka fermentasi menjadi asam lemak rantai pendek yang bermanfaat dan malah memfermentasi protein, menghasilkan racun seperti p-cresol sulfate dan indoxyl sulfate.
"Apa yang kami temukan adalah bahwa bahkan pada orang sehat yang mengalami sembelit, ada peningkatan racun ini dalam aliran darah," kata Gibbons, mencatat bahwa racun ini sangat membebani ginjal.
Pentingnya Buah dan Sayuran
Dalam kasus diare, tim menemukan adanya kandungan kimia yang mengindikasikan peradangan dan kerusakan hati. Gibbons menjelaskan bahwa selama diare, tubuh mengeluarkan asam empedu yang berlebihan, yang seharusnya didaur ulang oleh hati untuk melarutkan dan menyerap lemak diet.
Bakteri usus yang memfermentasi serat, dikenal sebagai "strict anaerobes" dan dikaitkan dengan kesehatan yang baik, berkembang dalam "zona Goldilocks" dari satu atau dua kali buang air besar per hari. Namun, Gibbons menekankan bahwa lebih banyak penelitian diperlukan untuk mendefinisikan rentang optimal ini secara lebih tepat.
Secara demografis, orang yang lebih muda, wanita, dan mereka dengan indeks massa tubuh yang lebih rendah cenderung memiliki frekuensi buang air besar yang lebih rendah. Perbedaan hormonal dan neurologis antara pria dan wanita mungkin menjelaskan perbedaan ini, bersama dengan fakta bahwa pria umumnya mengonsumsi lebih banyak makanan.
"Makan lebih banyak buah dan sayuran adalah sinyal terbesar yang kami lihat," kata Gibbons, bersama dengan minum banyak air, aktivitas fisik teratur, dan diet yang lebih dominan pada tanaman.
Langkah selanjutnya dalam penelitian ini dapat melibatkan perancangan uji klinis untuk mengelola buang air besar dari sekelompok besar orang yang diikuti dalam jangka panjang untuk menilai potensinya dalam pencegahan penyakit.