Penelitian ini Sarankan Manusia Buang Air Kecil selama 21 Detik
Jika durasi buang air kecil jauh lebih lama atau lebih singkat, hal ini bisa menandakan bahwa seseorang terlalu sering atau terlalu jarang buang air kecil.
Menjaga kesehatan tubuh bisa dilakukan dengan berbagai cara, dan satu tips sederhana ini bisa membantu memantau kesehatan kandung kemih.
Namun, tips ini lebih berkaitan dengan durasi buang air kecil, bukan sekadar penampilan urinnya. Aturan ini terinspirasi dari penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa teknik mesin di Institut Teknologi Georgia.
Dalam penelitian tersebut, tim peneliti menganalisis video kecepatan tinggi dari berbagai hewan yang buang air kecil. Hasil penelitian ini melahirkan istilah 'Hukum Buang Air Kecil'.
Studi tersebut menemukan bahwa hewan dengan berat lebih dari tiga kilogram mengosongkan kandung kemihnya dalam waktu sekitar 21 detik, sementara hewan yang lebih kecil seperti tikus hanya membutuhkan sepersekian detik.
Dilansir dari Unilad, Kamis (25/6), peneliti menemukan bahwa durasi buang air kecil tidak hanya dipengaruhi oleh tekanan kandung kemih tetapi juga gravitasi.
Mereka menulis dalam sebuah makalah yang diterbitkan di 2014,
"Bagaimana kandung kemih dengan berat 0,5 kg dan 100 kg bisa dikosongkan dalam durasi yang hampir sama? Hewan yang lebih besar memiliki uretra lebih panjang, sehingga gaya gravitasi yang lebih besar mendorong aliran."
-
Apa yang dimaksud dengan sering buang air kecil? Seringnya buang air kecil atau meningkatnya frekuensi berkemih adalah situasi di mana individu merasakan dorongan untuk berkemih lebih sering daripada biasanya.
-
Bagaimana cara manusia menahan napas lebih lama di air? Ketika mamalia berada di air, serangkaian perubahan fisiologis otomatis terjadi. Ini kemungkinan dipicu oleh sensor pada saraf trigeminal ketika wajah terkena air. Ketika respons ini aktif, Anda akan berhenti bernapas secara otomatis, detak jantung melambat, dan resistensi pembuluh darah perifer meningkat. Dengan meningkatnya resistensi vaskular, tubuh dapat menyimpan oksigen untuk organ vital seperti otak dan jantung, sementara aliran darah dialihkan dari kelompok otot yang tidak aktif.
-
Kapan seseorang harus waspada dengan frekuensi buang air kecil? Namun, apabila frekuensi buang air kecil melebihi 8 kali dalam sehari atau mulai mengganggu aktivitas sehari-hari, kondisi ini sebaiknya diwaspadai karena bisa menjadi tanda adanya masalah kesehatan.
-
Siapa yang merekomendasikan kebutuhan air putih berdasarkan usia? Ketua Umum Pengurus Besar Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PB PERNEFRI) dr. Pringgodigdo Nugroho, Sp.PD-KGH memberikan rekomendasi konsumsi air mineral dengan takaran yang tepat berdasarkan usia.
-
Berapa gelas air putih yang direkomendasikan? Banyak ahli kesehatan merekomendasikan untuk minum air putih sebanyak delapan gelas per hari, atau sekitar dua liter, untuk menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh.
-
Kenapa sering buang air kecil bisa jadi masalah kesehatan? Namun, apabila frekuensi buang air kecil melebihi 8 kali dalam sehari atau mulai mengganggu aktivitas sehari-hari, kondisi ini sebaiknya diwaspadai karena bisa menjadi tanda adanya masalah kesehatan.
Penemuan ini memberikan panduan umum bagi manusia terkait durasi buang air kecil. Sekitar 21 detik adalah waktu yang tepat untuk buang air kecil.
Jika durasi buang air kecil jauh lebih lama atau lebih singkat, hal ini bisa menandakan bahwa seseorang terlalu sering atau terlalu jarang buang air kecil.
Terlalu sering buang air kecil dapat menyebabkan kondisi yang disebut 'kandung kemih terlalu aktif'.
Sebaliknya, menahan buang air kecil terlalu lama bisa menyebabkan infeksi saluran kemih (ISK). Risiko penyakit ginjal juga meningkat jika jarang buang air kecil, selain risiko kandung kemih pecah atau membesar.
Selain durasi 21 detik, sebaiknya buang air kecil sekitar delapan kali sehari jika minum delapan gelas air, kata ahli urologi Nicole Eisenbrown.
Dengan memperhatikan durasi dan frekuensi buang air kecil, seseorang dapat menjaga kesehatan kandung kemih dan menghindari berbagai masalah kesehatan yang mungkin timbul.
Reporter magang: Nanda Sekar Ayu Alifah