Mengenal Sutan Aswar, Pendiri TNI Angkatan Udara Sekaligus Pencipta Avtur Asal Minang
Tokoh yang satu ini sangat berjasa besar bagi lahirnya TNI AU. Ia juga berhasil menciptakan bahan bakar pesawat terbang pertama di Indonesia.
Tokoh yang satu ini sangat berjasa besar bagi lahirnya TNI AU. Ia juga berhasil menciptakan bahan bakar pesawat terbang pertama di Indonesia.
Mengenal Sutan Aswar, Pendiri TNI Angkatan Udara Sekaligus Pencipta Avtur Asal Minang
Sutan Aswar lahir di Padang pada 23 Juni 1925. Ia merupakan sosok yang begitu penting dalam sejarah Tentara Nasional Indonesia (TNI) khususnya Angkatan Udara (AU).
Pria keturunan Minang ini salah satu tokoh pendiri TNI AU dan pencipta bensin pesawat atau yang dikenal dengan Avtur pertama di Indonesia. Ia mendapatkan mandat langsung dari Komodor Udara Halim Perdanakusuma pada tahun 1947 silam. (Foto: Wikipedia)
-
Apa yang nyaris digunakan oleh TNI AU sebagai pesawat tempur? Jet tempur terbaru itu nyaris memperkuat TNI AU. Batal di saat-saat terakhir.
-
Siapa Aero Aswar? Aero Aswar bukanlah individu biasa; ia merupakan seorang atlet jet ski yang telah meraih banyak prestasi.
-
Bagaimana pesawat nirawak baru milik TNI AU bisa digunakan untuk pertempuran? Tonny Harjono usai acara HUT ke-78 TNI AU di Lapangan Dirgantara AAU, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Senin, menjelaskan pesawat terbang tanpa awak itu berteknologi satelit sehingga mampu mendukung pertempuran "beyond visual range" (BVR) atau pertempuran udara jarak jauh.
-
Atraksi apa saja yang ditampilkan dalam peringatan HUT ke-77 TNI AU? Atraksi JET tempur F-16 saat meramaikan peringatan HUT ke-77 TNI AU di Lanud Halim Perdanakusuma Selain udara, ada juga aksi pasukan Kopasgat dalam membebaskan sandera Atraksi tempur jarak dekat juga diperagakan.
-
Siapa sosok penemu ransum TNI? Pencipta ransum TNI ternyata bukanlah seorang tentara, melainkan seorang dokter.
-
Mengapa TNI AU membutuhkan pesawat nirawak baru? Tonny menyebutkan sejumlah pesawat nirawak yang tengah didatangkan tersebut antara lain drone CH-4, Anka, serta Bayraktar dengan jenis "Medium Altitude Long Endurance" (MALE).
Melansir dari kanal Liputan6.com, inovasi brilian yang ia ciptakan itu untuk bahan bakar pesawat jenis Anson dan C-47 (pesawat Dakota) dengan kandungan oktan 91, sedangkan pesawat Stinson menggunakan oktan 80.
Ingin mengenal lebih dalam sosok Sutan Aswar? Simak informasi selengkapnya yang dirangkum merdeka.com (6/6) dari berbagai sumber berikut ini.
Pernah Jadi Anggota Dewan
Sutan tidak diketahui secara pasti riwayat pendidikan di masa remaja, namun catatan pendidikannya adalah di Technische Hoogeschool atau sekarang Institut Teknologi Bandung (ITB) sebelum dirinya bergabung dengan pejuang kemerdekaan.
Di luar karier militer, Sutan pernah menjadi Anggota Hakim Mahkamah Militer
Luar Biasa (Mahmilub). Selain itu, beliau juga pernah diangkat menjadi anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat (MPR-DPR) dari fraksi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) tahun 1966-1976.
Karier di AURI
Dihimpun dari berbagai sumber, pada tanggal 28 Desember 1947 telah dikirimkan Tetra Ethyl Fluid (TEL) ke Sumatera untuk pembuatan bensin pesawat. TEL tersebut kemudian diterima AURI Yogyakarta dari pabrik minyak Cepu yang merupakan sisa-sisa pabrik tahun 1942.
TEL tersebut kemudian diangkut dari Pekanbaru melalui Bukittinggi menuju Jambi. Saat itu Komodor Udara Halim Perdanakusuma menunjuk Sutan Aswar yang dibantu oleh SMU Mardjoeki.
Dengan alat-alat yang minim buatan Jepang sebagai instalasi darurat rupanya tidak sesuai standar untuk menghasilkan bensin ringan sebagai dasar bensin pesawat udara.
- Bahas Aturan Badan Swasta Jual Bensin Pesawat, Anak Buah Menko Luhut Bakal Temui BPH Migas
- Banjir Air Mata, Perpisahan Anggota TNI Berpelukan dengan Emak-emak Hingga Dikejar Bocah Papua
- Dari Atas Pesawat Tempur, Istri Eks Panglima TNI Dapat Ucapan Manis dari Putranya Perwira AU
- 28 Pesawat Tiga Matra TNI Bakal Atraksi Udara saat HUT RI di IKN
Nekat Membuat Meski Penuh Resiko
Dengan keterbatasan alat untuk membuat bahan bakar pesawat, Sutan pun akhirnya memberanikan diri dalam melanjutkan proyek tersebut. Ia masih dibantu oleh SMU Mardjoeki dan seorang tukang dengan penuh resiko serta tanggung jawab besar.
Singkat cerita, pada Februari 1948, pembuatan bensin yang dilakukan oleh Sutan pun belum juga memenuhi kriteria. Sebulan setelahnya, terdapat pesawat Anson datang ke Jambi dan harus mengisi bahan bakar, di situlah Sutan nekat menyatakan jika bensin yang diciptakannya sudah siap pakai.
Beruntung, bensin udara yang disempurnakan oleh Sutan Aswar pun berhasil. Sejak saat itu bensin udara dari Jambi terus dipakai di seluruh Indonesia. Tentu hal ini menjadi sebuah penemuan besar dan usaha pada masa perjuangan.