Menilik Kapal Apung Lampulo, Wisata Masa Lalu Mengenang Dahsyatnya Tsunami Aceh
Provinsi Aceh menyimpan aneka ragam wisata mulai dari objek wisata alam sampai objek wisata sejarah. Beberapa lokasi wisata di Aceh rupanya menjadi saksi bisu kedahsyatan bencana alam Tsunami pada tahun 2004 silam.
Provinsi Aceh menyimpan aneka ragam wisata mulai dari objek wisata alam sampai objek wisata sejarah. Beberapa lokasi wisata di Aceh rupanya menjadi saksi bisu kedahsyatan bencana alam Tsunami pada 2004 silam.
Salah satu objek wisata yang dimaksud yaitu Kapal Apung Lampulo. Ya, sebuah kapal yang terseret derasnya gelombang Tsunami hingga terdampar di sebuah perkampungan penduduk di kawasan Gampong Lampulo, Kecamatan Kuta Alam, Kota Banda Aceh.
-
Siapa saja yang dibebani dengan pajak di Sumut? Pajak adalah pembayaran wajib yang harus dibayarkan oleh individu atau badan usaha kepada pemerintah sesuai dengan undang-undang.
-
Siapa saja yang terlibat dalam kerja bakti di Sumut? Saat kerja bakti, tak jarang terjadi komunikasi yang intens antarwarga.
-
Bagaimana Imlek dirayakan di Sumut? Sejarah perayaan Imlek di Indonesia telah ada sejak abad ke-15 ketika pedagang Tionghoa datang ke Nusantara. Perayaan ini telah menjadi bagian dari budaya Indonesia, dengan tradisi seperti memasang lampion, menyiapkan makanan khas Imlek, dan memberikan angpao.
-
Bagaimana Sumur Barhut terbentuk? Dilansir Muscat Daily, disebutkan jika sumur neraka ini dibentuk oleh pelarutan batuan gamping. Seperti yang ditemukan wilayah Dhofar, Oman, dan di wilayah Mahra dan Hadramaut, Yaman. Lapisan batuan di gua ini terkikis oleh air tanah yang mengandung garam dan asam. Hal ini kemudian membentuk cekungan dan gua yang dalam setelah beberapa juta tahun.
-
Di mana Suku Akit di Provinsi Riau menetap? Salah satunya adalah Suku Akit atau Orang Akik yang mendiami Provinsi Riau tepatnya di Pulau Rupat.(Foto: Diskominfo Bengkalis)
-
Bagaimana Suku Mante bisa tersebar di berbagai wilayah di Aceh? Setelah agama Islam memasuki wilayah ini, beberapa dari mereka ada yang ikut memeluk agama Islam, sementara yang lainnya melarikan diri. Keberadaan Suku Mante diperkirakan tersebar di sejumlah belantara hutan-hutan Aceh, seperti di Kecamatan Tangse dan Geumpang di Kabupaten Pidie. Hingga kelompok ini tersebar ke beberapa wilayah lain yang jauh dari penduduk.
Lokasi terdamparnya Kapal Lampulo kemudian menjadi salah satu objek wisata di Banda Aceh dengan keunikan tersendiri. Bagaimana tidak, kapal yang terdampar di sebuah perkampungan tersebut tampak menggambarkan dahsyatnya gelombang Tsunami Aceh.
Penasaran dengan objek wisata sejarah yang satu ini? Simak ulasannya yang dihimpun dari beberapa sumber berikut ini.
Dulunya Kapal Nelayan
Melansir dari disbudpar.acehprov.go.id, Kapal Lampulo merupakan kapal nelayan yang sering digunakan oleh masyarakat daerah Lampulo di Banda Aceh untuk keperluan melaut.
Kapal tersebut berbahan dasar kayu dengan bobot kurang lebih 65 ton. Memiliki panjang sekitar 25 meter dan memiliki lebar 5,5 meter. Dengan ukuran kapal sebesar itu, sudah tergambarkan betapa dahsyatnya arus gelombang Tsunami pasca gempa bumi berkekuatan 9,3 Skala Richter.
Hingga saat ini, Pemerintah Kota Banda Aceh menetapkan Kapal Lampulo menjadi salah satu objek wisata untuk mengenang musibah besar yang melanda kota tersebut. Tak hanya itu, lokasi terdamparnya Kapal Lampulo juga menjadi destinasi wisata sejarah pilihan masyarakat lokal maupun luar daerah.
Kondisi Masih Orisinil
Pada bagian bawah kapal rupanya terdapat sebuah rumah penduduk yang sudah hancur sebagian karena diterjang Kapal Lampulo. Tak hanya itu, beberapa bagian rumah tersebut bahkan menjadi "penyangga" kapal hingga sekarang.
Kondisi dari kapal beserta rumahnya masih terlihat orisinil. Hanya saja ada beberapa tambahan berupa penyangga besi yang mengelilingi kapal agar dapat berdiri kokoh. Kapal kayu itu sudah mulai lapuk termakan usia, hal tersebut semakin menambah nilai sejarahnya.
Tak sampai situ, pihak Pemerintah Kota Banda Aceh juga menambah beberapa foto peristiwa Tsunami di bagian dinding rumahnya. Kondisi rumahnya pun masih terbilang sama, ada ruang tamu, kamar tidur, dapur, dan kamar mandi tepat berada di bawah lambung kapal.
Selamatkan Nyawa Warga
Liputan6.com ©2023 Merdeka.com
Pada saat Tsunami terjadi dan Kapal Lampulo sudah berada di atas rumah penduduk, beberapa warga setempat yang tidak sempat menyelamatkan diri pun rupanya naik ke atas kapal.
Di dalam kapal, puluhan warga tersebut akhirnya terselamatkan dari dahsyatnya gelombang Tsunami termasuk sang pemilik rumah. Meskipun sudah dijadikan objek wisata, pemilik rumah pun merasa tidak keberatan jika ramai didatangi pengunjung.
Akses ke Lokasi
Letak Kapal Apung Lampulo tak jauh dari pelabuhan perikanan, hanya berjarak sekitar 1 kilometer saja. Untuk mencapai tempat ini, pengunjung cukup menggunakan kendaraan pribadi ataupun menggunakan becak motor.
Di sekitar lokasi objek wisata Kapal Apung Lampulo tidak ada angkutan umum yang melintas. Pengunjung disarankan menggunakan becak motor dari kota, cukup membayar ongkos Rp20.000 saja.
Bagi anda yang tidak ingin naik becak motor, bisa menyewa mobil atau taksi dari bandara. Harga sewa yang ditawarkan mulai dari Rp400.000. Penyewaan mobil itu sudah termasuk mengunjungi Kapal Apung Lampulo dan keliling ke objek wisata lainnya.