Sang Anak Temukan Rapor hingga Ijazah Jadul Milik Ayahnya, Banyak Nilai Merah hingga Izin Sakit 50 Hari
Penampakan dokumen-dokumen ini mengingatkan kita bahwa di balik setiap lembar kertas, tersimpan perjalanan panjang seseorang.
Belum lama ini, seorang anak menemukan dokumen-dokumen pendidikan milik ayahnya yang sudah sangat lawas, termasuk rapor dan ijazah yang usianya sudah puluhan tahun. Penemuan ini bukan sekadar dokumen biasa, melainkan lembaran-lembaran kertas yang sudah menguning dengan tinta yang mulai pudar dan menyimpan banyak cerita di masa lalu. Dokumen penting ini menggambarkan perjalanan akademis sang ayah sejak kecil hingga menamatkan pendidikan.
Dokumen-dokumen yang ditemukannya ini bukan hanya menyimpan nilai akademis, tetapi juga menyimpan kenangan tentang bagaimana kehidupan pendidikan di masa lalu dijalani oleh sang ayah. Rapor dan ijazah yang ditemukan anak ini memiliki tampilan yang khas dan sangat berbeda dengan dokumen pendidikan masa kini. Desainnya yang sederhana, tulisan tangan yang rapi, serta beberapa cap dan tanda tangan guru yang terlihat antik menjadi daya tarik tersendiri
- Sakit Hati Dimarahi, Dua Anak Kandung Nekat Tikam Ayahnya hingga Tewas
- Tragis, Anak di Bawah Umur di Jaktim Disetubuhi Ayah Kandung hingga Alami Penyakit Kelamin
- Anak 10 Tahun Sebatang Kara Ini Jalan Kaki 5 Km Jualan Kue Pancong Keliling, Hanya Dapat Upah Rp 15 Ribu Sehari
- Dibacok Ibu Kandung sampai Tewas, Anak 8 Tahun Ucapkan Kalimat Terakhir: Perut Aku Sakit
Kisah penemuan dokumen yang dibagikan oleh pemilik akun TikTok @mommycimil ini pun menarik perhatian banyak orang di media sosial. Penampakan dokumen-dokumen ini mengingatkan kita bahwa di balik setiap lembar kertas tersimpan perjalanan panjang seseorang.
Berikut ulasan selengkapnya.
Buku Rapor SMP Lawas Milik Mendiang Ayah
Unggahan ini dibagikan oleh pemilik akun dalam beberapa slide foto. Pada slide pertama, sang anak mengaku baru saja menemukan sebuah rapor milik ayahnya ketika sedang membersihkan rumah. Sang ayah diketahui telah meninggal dunia.
Dokumen tersebut ternyata merupakan rapor sang ayah saat duduk di bangku SMP pada tahun 1968-1970. Namun menariknya, pada masa itu jenjang sekolah ini belum disebut Sekolah Menengah Pertama (SMP) seperti sekarang. Nama resmi yang digunakan kala itu adalah Sekolah Menengah Umum (SMU) bagian pertama. Penamaan ini menggambarkan sistem pendidikan di masa lalu yang berbeda dari struktur pendidikan yang dikenal saat ini.
"Lagi bersih2 nemuin barang antik alm bapak, kata ibuk lebih tepatnya catatan yg bikin malu ortunya sendiri. tahun 1968-1970 SMP ternyata SMU bag pertama 😅" tulisnya dalam keterangan slide foto.
Banyak Nilai Merah hingga Izin Sakit 50 Hari
Pada slide foto selanjutnya, terlihat lebih jelas rincian nilai rapor milik sang ayah saat masih duduk di kelas satu SMP. Di dalam rapor tersebut, tertera sejumlah nilai yang menunjukkan performa akademisnya selama satu tahun ajaran. Tampak ada beberapa nilai merah yang menandakan kesulitan yang dihadapinya pada beberapa mata pelajaran.
"katanya kalau warnanya merah nilainya jelek 🤣" tulisnya
Salah satu hal yang menarik perhatian adalah catatan izin sakit yang cukup lama, yakni selama 50 hari. Sang ayah diketahui sempat mengalami kecelakaan serius, yaitu terjatuh dari atap saat sedang bermain burung dara, sebuah permainan tradisional yang sangat populer pada zamannya.
"ijin sakit 50 hari gara2 jatuh dari atap rumah abis main burung dara," katanya.
Grafik Nilai
Slide foto berikutnya menampilkan sebuah grafik penilaian yang menggambarkan hasil belajar sang ayah di setiap mata pelajaran. Grafik ini menyajikan visualisasi perkembangan nilai-nilai yang diperolehnya selama bersekolah, menunjukkan fluktuasi pencapaian akademis dari semester ke semester.
"grafik udah kaya hasil EKG," ucapnya
Tak hanya itu sang anak mengungkapkan sebuah fakta menarik bahwa kepala sekolah tempat sang ayah bersekolah ternyata adalah ibu dari ayahnya sendiri. Di sana, sang ayah juga diketahui berhasil naik ke kelas dua.
"kepseknya ibunya sendiri," sebutnya.
Buku Rapor SMA
Pada slide berikutnya, tampak sebuah rapor SMA milik sang ayah, menambah deretan dokumen pendidikan yang membentangkan perjalanan akademisnya. Menariknya pada masa itu, jenjang pendidikan ini masih dikenal dengan nama Sekolah Menengah Umum (SMU) tingkat atas, berbeda dengan sebutan SMA (Sekolah Menengah Atas) yang dikenal sekarang.
"Lanjut ke SMA, SMU tingkat atas," katanya.
Banyak Nilai Merah
Hampir sama dengan rapor SMP-nya, rapor SMA sang ayah juga menunjukkan catatan nilai yang beragam, termasuk beberapa nilai merah yang cukup banyak. Nilai-nilai tersebut mencerminkan tantangan akademis yang dihadapinya selama masa sekolah, menggambarkan bahwa perjalanan pendidikan sang ayah tidak selalu berjalan mulus. Meskipun demikian, nilai-nilai tersebut menjadi bukti perjuangan dan dedikasi sang ayah untuk terus belajar di tengah berbagai rintangan.
"masih banyak merahnya," tulisnya.
Fakta lain yang menarik perhatian adalah adanya tanda tangan kepala sekolah yang ternyata merupakan ayah dari sang ayah atau kakek dari pemilik akun.
"ttd ortu smpe kepsa sama semua, solanya bapaknya sendiri," kata pemilik akun.
Tetap Koleksi Nilai Merah saat Lulus
Dari rapor yang ditemukan, terlihat bahwa nilai merah masih menghiasi perjalanan pendidikan sang ayah sampai akhir. Kondisi ini menunjukkan bahwa meskipun sudah berada di jenjang akhir sekolah, sang ayah masih kesulitan dalam beberapa mata pelajaran tertentu.
"tetap aja sampe lulus koleksi pulpen merah, bikin malu bapaknya 🤣" tulisnya.
Ijazah SMA
Terlihat pula sebuah ijazah kelulusan sang ayah ketika menamatkan pendidikan di SMA, yang pada masa itu masih disebut sebagai SMU tingkat atas. Ijazah ini menjadi penanda resmi keberhasilan sang ayah menyelesaikan pendidikan, meskipun perjalanan akademisnya diwarnai oleh berbagai tantangan dan nilai merah.
Namun, ada satu detail kecil yang membuat sang anak tidak bisa menahan diri untuk tidak fokus yakni materai yang digunakan pada ijazah tersebut. Terlihat jelas, materai yang tertempel di sudut ijazah itu berdenominasi Rp1, sesuatu yang sangat langka dan unik di mata generasi masa kini.
Ijazah Kelulusan Kuliah
Tak berhenti pada jenjang SMA, sang ayah melanjutkan pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi. Setelah lulus dari SMU tingkat atas, ia diketahui berkuliah di Fakultas Teknik Elektro di Universitas Gadjah Mada (UGM), yang merupakan sebuah pencapaian membanggakan di masanya. Sebelum bernama UGM, dulu nama resminya adalah Akademi Teknologi Negeri Yogyakarta yang menjadi cikal bakal Fakultas Teknik di UGM.
Dalam unggahan berikutnya, terlihat desain materai pada ijazah kelulusan sang ayah yang ternyata bernilai Rp25. Terdapat pula sebuah detail yang menarik perhatian yakni tanda tangan sang ayah yang sangat panjang pada ijazah kelulusannya.
Komentar Warganet
Sontak saja, unggahan tersebut seakan menggambarkan rasa nostalgia yang kuat ketika melihat rapor dan ijazah ini. Penonton seolah-olah diajak untuk kembali ke masa lalu dan merasakan perjuangan belajar di era yang serba terbatas namun penuh semangat dan nilai-nilai tradisional. Banyak warganet yang ikut terbawa suasana nostalgia, mengingat masa-masa sekolah mereka sendiri, dan bagaimana pendidikan di era dulu sangat berbeda dengan sekarang.
"tulisan guru2 jaman dlu tu seni banget,pulpenya aja khusus,bagus banget," tulis salah satu warganet di kolom komentar
"dulu guru effort bgt yaa, sampe grafiknya dibuat tulis tangan gituuu😭😭😭" komentar warganet.
"Khas banget tulisan guru² jaman dulu. Mirip tulisan guruku waktu SD. SD 2003 masih ngerasain rapot tulis tangan gini. mana kecil bgt, minimalis rapot jaman dulu," komentar warganet lainnya.
"Jangan salah guys, nilai merah tapi pemikirannya pintar banget, mental dan akhlak baiknya jangan di tanya lagi🤟 di pukul penggaris kayu besar malah minta maaf, gak ngadu ke ortu kayak anak sekarang😭" komentar warganet lainnya.