4 'Sihir' Media Sosial yang Buat Kita Kecanduan
4 'Sihir' Media Sosial yang Buat Kita Kecanduan
Media sosial adalah sesuatu yang kita konsumsi setiap hari. Dari media sosial kita tahu informasi terkini, dan ketinggalan informasi bukan sesuatu yang disukai oleh masyarakat.
Bukan sebuah rahasia kalau sebenarnya perusahaan media sosial besar justru memanfaatkan 'candu' masyarakat ini dan membuatnya makin candu. Sean Parker, salah satu pendiri Facebook, pernah menyebut bahwa hal ini memang benar.
-
Kenapa Facebook bisa jadi platform sosial media yang populer? Berikut ini adalah beberapa fitur yang membuat Facebook menjadi platform sosial media yang begitu populer: 1. Facebook memungkinkan Anda mengelola daftar teman dan memilih pengaturan privasi untuk menyesuaikan siapa yang dapat melihat konten di profil Anda. 2. Facebook memungkinkan Anda mengunggah foto dan menyimpan album foto yang dapat dibagikan dengan teman-teman Anda. 3. Facebook mendukung obrolan online interaktif dan kemampuan mengomentari halaman profil teman untuk tetap berhubungan, berbagi informasi, atau saling sapa. 4. Facebook mendukung halaman grup, halaman penggemar, dan halaman bisnis yang memungkinkan bisnis menggunakan Facebook sebagai sarana pemasaran media sosial. 5. Jaringan pengembang Facebook menghadirkan fungsionalitas tingkat lanjut dan opsi monetisasi. 6. Anda dapat melakukan streaming video langsung menggunakan Facebook Live. 7. Anda bisa mengobrol dengan teman dan anggota keluarga Facebook, atau menampilkan gambar Facebook secara otomatis dengan perangkat Portal Facebook.
-
Mengapa Facebook menjadi jejaring sosial terbesar di dunia? Dengan kerja keras dan visi yang jelas, Mark Zuckerberg dan timnya berhasil mengembangkan Facebook menjadi salah satu jejaring sosial terbesar di dunia, mengubah cara orang berinteraksi dan berkomunikasi secara online.
-
Bagaimana cara menghiasi media sosial dengan status Facebook yang kekinian? Ada banyak sekali status FB kekinian yang bisa ditulis dalam akun pribadimu. Status FB ini akan membuat FB-mu semakin penuh dengan keceriaan, keromantisan dan kekinian.
-
Buah apa yang paling sering dibicarakan di media sosial? Buah, buah apa yang sakit? Salah satu tebak-tebakan tersebut kini rasanya telah menjadi buah perbincangan dari sejumlah warganet di media sosial.
-
Kata-kata lucu apa yang dibagikan di media sosial? Kata-Kata lucu yang dibagikan di medsos bisa menjadi hiburan bagi orang lain.
-
Kata-kata apa yang sering ditemukan di media sosial? "Kata-kata hari ini adalah kalimat yang sering diucapkan di medsos. Biasanya orang yang mendapatkan pertanyaan ini akan mengungkapkan sebuah kalimat inspiratif yang memotivasi orang."
Nah, berikut deretan 'sihir' yang digunakan oleh perusahaan media sosial untuk membuat kita makin kecanduan dengan adanya media sosial. Berikut ulasannya, dilansir dari Listverse.
Penggunaan Warna Merah
Warna merah seringkali dikaitkan dengan bahaya ataupun peringatan. Jika dalam penelitian yang tak terkait media sosial, anak sekolah akan memiliki kinerja lebih buruk jika bukunya bersampul merah ketimbang warna lain.
Namun hal ini sangat berbeda dengan kejadian di media sosial, terutama Facebook. Facebook yang didominasi warna biru dan putih, memiliki ikon notifikasi berwarna merah. Hal ini secara tak sadar mendorong pengguna untuk membukanya. Secara tak sadar otak kita bereaksi seakan-akan notifikasi merah tersebut adalah hal yang sangat penting.
Hal yang dipioniri oleh Facebook ini akhirnya ditiru oleh jejaring lain, dan kini bahkan aplikasi-aplikasi smartphone sebagian besar menggunakan notifikasi warna merah sehingga kita akan gatal untuk membukanya meski itu hanya untuk menghilangkan notifikasinya.
Umpan Balik Positif
Tombol "like" di Facebook atau "Retweet" di Twitter adalah sesuatu yang merupakan sebuah umpan balik positif yang secara tak sadar akan mendorong pengguna untuk kembali lagi dan lagi ke platform tersebut untuk kembali mendapatkan umpan balik tersebut.
Dalam sebuah penelitian yang dipublikasikan di American Marketing Association, Like dan Retweet adalah sebuah bentuk validasi sosial yang dampaknya nyata ke tubuh kita. Pasalnya, ketika mendapatkan like atau retweet, otak kita akan merilis hormon dopamin yang merupakan senyawa kimiawi yang berperan untuk menyampaikan rangsangan ke seluruh tubuh. Hormon ini dikenal sebagai "hormon hadiah".
Bahkan makin ke sini, notifikasi saja dari media sosial sudah cukup untuk memicu dopamin. Tak heran media sosial begitu candu. Media sosial pun seakan jadi jembatan untuk seseorang bisa mendapatkan validasi sosial yang secara nyata menyenangkan.
Sistem 'Refresh'
Sadarkah Anda betapa seringnya Anda melakukan refresh dengan 'menarik' linimasa ke bawah lalu melepaskannya sehingga ada konten baru?
Secara tak sadar, sistem refresh adalah hal yang membuat pengguna media sosial kecanduan. Hal ini karena sifat manusia yang terpesona dengan hal yang tidak mereka ketahui dan mereka berharap ada sesuatu yang baik akan datang.
Hal ini adalah alasan mengapa seseorang bisa ketagihan judi. Mereka tak tahu apa hasil yang akan terjadi namun mereka berharap yang terbaik.
Dalam konteks sosial media, fitur "pull to refresh" ini seringkali membuat seseorang tetap kembali ke Facebook atau Twitter, untuk sekedar merefresh dan melihat apa ada notifikasi baru untuk dirinya. Setidaknya, mereka akan terus refresh untuk menemukan konten menarik meskipun tak ada notifikasi masuk.
Pengaruh Informasi Sosial
Terdapat sebuah teori bernama Social Proof atau pengaruh sosial, di mana seseorang akan cenderung melakukan sesuatu ketika semua orang melakukannya seakan-akan itu adalah hal yang benar.
Dalam contoh kasus, ini seperti bagaimana kita menandatangani sebuah petisi ketika semua orang melakukannya. Hal ini pun dimanfaatkan oleh media sosial, dengan seringkali memberi notifikasi yang tak selalu berhubungan dengan Anda. Notifikasi ini biasanya berisi kegiatan teman Anda.
Ketika melihat notifikasi yang sekedar berisi kegiatan teman Anda, Anda sudah terjebak di satu hal: Anda terjebak di keingintahuan Anda terhadap kegiatan teman Anda sehingga Anda jadi orang terupdate. Hal ini seringkali disebut FOMO atau fear of missing out.
Di sisi lain, media sosial juga menampakkan diri sebagai sesuatu yang dipakai orang setiap waktu sehingga mendikte Anda untuk harus selalu memakainya juga.