5 Malapetaka ini menjadi ancaman serius internet di tahun 2015
Mulai dari serangan virus hingga modus operandi hacker baru mengancam pengguna internet di tahun 2015
Pertarungan para pakar keamanan internet dengan virus dan hacker sepertinya masih akan berlanjut di tahun 2015.
Seperti yang kita tahu, tahun 2014 dihiasi dengan banyak masalah-masalah eksploitasi data hingga kasus hacking dalam skala besar. Tahun 2014 bahkan menjadi tahun kemunculan banyak virus komputer berbahaya, seperti Heartbleed dan Shellshock.
-
Kenapa internet cepat penting? Internet yang cepat dapat membantu berbagai hal dalam hidup seseorang, mulai dari hal rekreasi hingga dalam bidang profesi.
-
Apa itu yang dimaksud dengan penetrasi internet? Penetrasi internet yang tinggi di negara-negara tersebut menunjukkan perkembangan teknologi dan aksesibilitas yang semakin meningkat, meskipun ada variasi dalam jumlah pengguna berdasarkan populasi total.
-
Apa yang ditekankan oleh Kemkominfo tentang penggunaan internet? Direktur Jenderal Aplikasi Informatika (Aptika), Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo RI), Samuel Abrijani Pangerapan berharap melalui seminar ini masyarakat lebih cerdas dalam menggunakan internet.
-
Apa yang telah dicapai oleh tim peneliti internasional dalam hal kecepatan internet? Tim peneliti internasional telah menciptakan koneksi internet dengan kecepatan yang 4,5 juta kali lebih kencang daripada rata-rata kecepatan internet pita lebar (broadband) rumahan. Mereka telah berhasil mengirimkan data sebesar 301 terabit (Tb) atau 301 juta megabit (Mb) per detik, seperti dikutip dari situs Universitas Aston, Interesting Engineering, dan The Independent, Kamis (28/3).
-
Siapa yang menguasai internet di Indonesia? “Ada peningkatan sebesar 1,31 persen dibandingkan tahun sebelumnya,” ujar Muhammad Arif, Ketua Umum APJII. Menariknya, dari jumlah tersebut, pengguna internet didominasi oleh satu kelompok saja. Maksud dari kelompok ini adalah orang-orang dengan rentang usia tertentu yang “menguasai” jagad internet Tanah Air. Siapa mereka? Menurut survey itu, terdapat enam kelompok dengan rentang usia bermacam-macam. Dari kelompok generasi itu, Gen Z adalah orang-orang yang menguasai jagad internet di Indonesia.
-
Bagaimana internet berkembang dan menjadi global? ARPANET pertama kali terhubung hanya empat komputer di empat universitas di Amerika Serikat. Namun, seiring berjalannya waktu, jaringan ini tumbuh pesat. Pada tahun 1983, protokol TCP/IP diperkenalkan, yang memungkinkan jaringan komputer yang berbeda untuk berkomunikasi satu sama lain, membuka pintu bagi pertumbuhan internet global.
Tidak hanya virus saja, kemajuan Internet of Things (IoT) yang ditandai dengan peningkatan konektivitas di seluruh perangkat dapat melahirkan ancaman-ancaman baru di sektor keamanan internet dan komputer, termasuk perangkat mobile.
Menurut APJ Symantec, terdapat sekitar 5 'malapetaka' yang bisa dialami oleh internet milik individu, kalangan bisnis, dan pemerintahan di tahun 2015 nanti. Berikut ulasannya.
Rumah diambil alih oleh hacker
Dengan semakin berkembangnya teknologi otomatisasi rumah pintar, seperti CCTV, penjahat cyber diklaim dapat memanfaatkannya sebagai modus baru serangan mereka.
Hal ini semakin dikuatkan dengan tidak adanya perlindungan yang memadai terhadap teknologi-teknologi terkoneksi internet yang ada di rumah. Bahkan, CCTV terbaik di pasaran pun masih sering bisa dibobol oleh hacker dan berbalik mengawasi penggunanya.
Lebih jauh, serangan hacker akan berubah menjadi konsep one-off dan menyasar perangkat yang saling terhubung dalam sebuah rumah 'pintar' seperti home router, Smart TV dan aplikasi mobile yang terkoneksi, misalnya, mendapatkan untuk informasi penting dan pribadi.
Perangkat mobile jadi sasaran utama serangan cyber
Perubahan tren perangkat mobile yang bergeser ke arah dompet digital juga membawa dampak negatif tersendiri. Keberadaan Apple Pay dan teknologi NFC (Near Field Communication) bisa dijadikan pintu masuk serangan hacker.
Perangkat mobile memang dipandang sebagai target serangan baru mengingat smartphone dan tablet kini kerap dipakai sebagai media penyimpanan data pribadi dan rahasia utama dari seorang individu.
Privasi pengguna dilenyapkan oleh aplikasi mobile
Saat banyak pengguna internet enggan berbagi informasi identifikasi pribadi dan perbankan secara online, ternyata masih banyak yang bersedia untuk berbagi informasi mengenai lokasi mereka, serta memberikan akses untuk melihat foto-foto, daftar kontak, dan informasi kebugaran, semuanya untuk aplikasi mobile.
Celakanya, banyak konsumer benar-benar tidak tahu apa yang mereka setujui ketika mengunduh aplikasi. Misalnya, Norton Research menunjukkan bahwa meskipun Millennial mungkin berpikir mereka tahu apa yang mereka berikan untuk diakses, kenyataannya adalah mereka tidak banyak mengetahui apa yang mereka setujui mengenai pertukaran informasi untuk aplikasi.
Hal ini pun menjadi celah tersendiri bagi oknum-oknum yang doyan mengembangkan aplikasi dan virus untuk tujuan kejahatan. Tak pelak, privasi dan data pengguna pun dapat lenyap dalam sekejap mata saat aplikasi mobil jahat itu terinstal.
Penipuan berbasis virus merajalela di internet
Menurut laporan Internet Security Threat Symantec, serangan ransomware (penipuan internet) tumbuh sebesar 500 persen dan berubah menjadi ganas di akhir 2013. Pertumbuhan ini disebabkan oleh keberhasilan Ransomcrypt, yang secara umum dikenal sebagai Cryptolocker.
Kasus penipuan internet di tahun 2015 diklaim juga terus berkembang dan cenderung berbasis virus. Apalagi perkembangan sistem pembayaran online kian memudahkan mereka mendapat uang tebusan.
Aksi-aksi âmenyanderaâ dokumen yang terenkripsi untuk ditebus bukan hal yang sama sekali baru, tetapi mendapatkan uang tebusan sebelumnya telah terbukti merupakan masalah bagi para penjahat. Namun, baru-baru ini para pembuat ransomware sudah mulai memanfaatkan sistem pembayaran elektronik dan online seperti Bitcoins.
Persebaran virus DDoS akan 'meledak'
Kemudahan melancarkan serangan berbasis virus DDoS diprediksi akan membuat persebaran virus ini semakin gencar di tahun 2015. Motivasi di balik serangan DDoS pun makin beragam, misalnya mencari keuntungan, balas dendam, atau aksi hacktivism saja.
Apalagi saat ini sudah mulai terjadi peningkatan dalam penyusupan server Unix dan bandwidth tinggi yang menjadi tanda serangan dari DDoS. Skala serangan pun akan semakin besar, di akhir tahun ini saja Korea Utara sempat dilaporkan lumpuh internetnya akibat serangan virus DDoS.
(mdk/bbo)