Baidu sebut 27 persen pengguna smartphone penasaran iklan online
Iklan media sosial dan iklan di mesin pencari masih terbilang efektif untuk menjaring konsumen
Berdasarkan riset Baidu Indonesia dengan lembaga riset GfK Indonesia, 27 persen pengguna smartphone di Indonesia dalam setiap bulannya selalu mengklik iklan online yang menyambangi perangkatnya.
Menariknya, data itu mengungkap fakta jika peminat iklan online mayoritas berasal dari segmentasi sosial ekonomi kelas C.
-
Apa itu browser? Browser adalah sebuah perangkat lunak (software) yang digunakan untuk membuka halaman website.
-
Apa yang dimaksud dengan browser? Browser adalah perangkat lunak yang digunakan untuk mengakses dan menampilkan informasi di World Wide Web.
-
Kenapa browser menjadi penting untuk mengakses internet? Dengan demikian, browser memainkan peran penting dalam memfasilitasi akses pengguna ke World Wide Web.
-
Di mana kita bisa menemukan informasi tentang beragam aplikasi yang dapat dioperasikan di handphone? Hingga kini, terdapat berbagai aplikasi atau software yang dapat digunakan untuk melakukan aktivitas pekerjaan sehari-hari. Seperti aplikasi membuat dokumen, pengiriman dokumen dengan menggunakan internet, hingga aplikasi dasar seperti alarm, kalkulator, hingga konverter.
-
Bagaimana cara browser membantu kita mencari informasi? Tujuannya adalah untuk mencari informasi atau mengakses situs-situs yang ada di internet. Oleh karenanya, pengguna dapat memperoleh segala informasi yang diinginkan di internet melalui browser.
-
Bagaimana cara orang Indonesia menggunakan smartphone dalam sehari? Indonesia juga termasuk ke dalam daftar negara yang tidak bisa hidup tanpa ponsel. Menduduki urutan ke enam, netizen Indonesia mengantongi angka sebanyak 29,1 persen dari waktu harian mereka untuk dihabiskan di depan layar HP.
"Jadi, kebanyakan mereka yang mengklik iklan online di smartphone nya rata-rata status sosial ekonominya kelas C. Usianya antara rentang 23-32 tahun dan sebagian besar adalah laki-laki," kata Managing Director Baidu Indonesia, Bao Jianlei, saat pemaparan hasil risetnya di Jakarta, Kamis (7/4).
Menurut Bao, jika berbicara keseluruhan, iklan online, masih menunjukan efektivitas yang rendah. Namun, berbeda dengan efektivitas iklan media sosial dan iklan di mesin pencari. Keduanya dinilai memiliki efektivitas yang lebih baik untuk membangun tingkat kesadaran yang tinggi di kalangan pengguna perangkat bergerak.
"Sebanyak 68 persen responden mengaku sadar akan kehadiran iklan di media sosial dan 13 persen mengaku melakukan pengaksesan terhadap iklan tersebut. Sementara itu, 69 persen responden menyadari adanya iklan di mesin pencari yang tengah mereka gunakan di perangkatnya. 12 persen memutuskan untuk mengklik iklan tersebut," jelasnya.
(mdk/bbo)