Daftar Negara yang Pakai Spyware Pegasus Mata-matai Aktivis
Pemerintah otoriter berulang kali ketahuan menargetkan smartphone para aktivis, jurnalis, dan saingan politik dengan spyware Pegasus yang dibeli dari perusahaan Israel, NSO Group.
Pemerintah otoriter berulang kali ketahuan menargetkan smartphone para aktivis, jurnalis, dan saingan politik dengan spyware Pegasus yang dibeli dari perusahaan Israel, NSO Group.
Alat pengawasan tersebut sering kali menargetkan perangkat iOS dan Android, yang tampaknya tidak mampu membendung ancaman tersebut. Sebuah laporan baru menunjukkan bahwa skala masalahnya ternyata jauh lebih besar dan memberikan 'pukulan keras' terhadap pembuat perangkat teknologi seluler, terutama Apple.
-
Siapa saja yang menjadi korban serangan hacker? Distributor kimia asal Jerman, Brenntag SE, dilaporkan membayar uang tebusan sebesar USD4,4 juta atau Rp71,9 miliar dalam bentuk Bitcoin kepada kelompok ransomware DarkSide untuk mendapatkan dekripsi file yang dienkripsi oleh para peretas selama serangan ransomware terhadap perusahaan tersebut.
-
Siapa saja yang melakukan serangan hacker ke negara-negara tersebut? Laporan tersebut secara detail menjelaskan serangan-serangan yang dilakukan pemerintah dari Rusia, China, Iran, dan Korea Utara, serta beberapa kelompok peretas di wilayah Palestina dan peretas bayaran yang disewa negara-negara lain.
-
Apa yang dilakukan agen Mossad di Jakarta? Berkedok misi dagang, berbagai operasi intelijen dijalankan Israel dari Jakarta. Sejumlah hubungan kerja sama pernah dilakukan oleh militer dan intelijen Indonesia dengan Dinas Rahasia israel, Mossad. Bahkan Mossad pernah memiliki sebuah kantor di Jakarta yang disamarkan dengan 'misi perdagangan' agar orang-orang tidak curiga.
-
Bagaimana cara hacker melakukan serangan? Tahun ini, fokus serangan beralih dari penghancuran atau keuntungan finansial melalui ransomware ke upaya pencurian informasi, pemantauan komunikasi, dan manipulasi informasi.
-
Apa saja jenis serangan yang dilakukan hacker? Serangan-serangan ini meliputi serangan siber yang merusak hingga yang melibatkan pemata-mataan (spionase), pencurian informasi, dan penyebaran misinformasi atau disinformasi.
-
Bagaimana cara hacker sampingan menawarkan jasanya? Salah satu contoh iklan yang ditemukan adalah seorang pengembang Python yang menawarkan layanan pembuatan chatbot VoIP, chatbot grup, chatbot AI, peretasan, dan kerangka kerja phishing dengan harga sekitar USD 30 per jam.
Minggu ini sekelompok peneliti dan jurnalis internasional dari Amnesty International, Forbidden Stories, dan lebih dari belasan organisasi lain menerbitkan bukti forensik bahwa sejumlah pemerintah/negara di seluruh dunia--termasuk Hungaria, India, Meksiko, Maroko, Arab Saudi, dan Uni Arab Emirates--diduga menjadi pelanggan NSO Group.
Mengutip laporan dari Wired, Minggu (25/7), para peneliti mempelajari daftar bocoran 50.000 nomor ponsel yang terkait dengan aktivis, jurnalis, eksekutif, dan politisi yang semuanya merupakan target pengawasan potensial.
Mereka juga melihat secara khusus 37 perangkat yang terinfeksi atau ditargetkan oleh spyware Pegasus NSO yang invasif. Mereka bahkan membuat alat sehingga pengguna dapat memeriksa apakah iPhone-nya telah disusupi atau tidak.
NSO Group Membantah
NSO Group menyebut penelitian itu sebagai 'tuduhan palsu oleh konsorsium media'. Seorang juru bicara NSO Group mengatakan, "Daftar tersebut bukanlah daftar target Pegasus atau target potensial. Angka-angka dalam daftar itu tidak terkait dengan NSO Group."
NSO Group bukan satu-satunya vendor spyware, tetapi mereka memiliki profil tertinggi. WhatsApp menggugat perusahaan pada 2019 atas tuduhan serangan terhadap lebih dari seribu penggunanya.
Fitur BlastDoor Apple yang diperkenalkan di iOS 14 pada awal tahun ini adalah upaya perusahaan untuk menghentikan 'eksploitasi zero-click', serangan yang tidak memerlukan ketukan atau unduhan apa pun dari korban.
Akan tetapi, perlindungan itu tampaknya tidak bekerja dengan baik, sehingga Apple merilis patch untuk iOS guna mengatasi rentetan serangan spyware dari NSO Group.
Sejumlah peneliti keamanan mengatakan Apple dan Google harus berbuat lebih banyak untuk melindungi penggunanya dari alat pengawasan canggih itu.
"Ini jelas merupakan tantangan secara umum terkait keamanan perangkat seluler dan investigasi akhir-akhir ini," kata peneliti independen Cedric Owens.
"Infeksi zero-click Android dan iOS oleh NSO menunjukkan penyerang yang termotivasi dan memiliki sumber daya masih dapat membobol meskipun Apple telah memperkuat sistem keamanan pada produk dan ekosistemnya," sambung Owens.
Faktanya, peneliti Amnesty International mengatakan mereka lebih mudah menemukan dan menyelidiki indikator serangan pada perangkat Apple yang ditargetkan dengan spyware Pegasus daripada perangkat yang menjalankan Android.
Sumber: Liputan6.com