Geng cyber ini rampok Rp 12,7 triliun dari ratusan bank di 25 negara
Geng bernama Carbanak ini dilaporkan telah melakukan aksi pencurian di banyak bank sejak dua tahun lalu.
Sebuah geng cybercriminal yang kini masih aktif dilaporkan telah mencuri uang sebesar USD 1 miliar atau setara Rp 12.7 triliun dari berbagai bank di setidaknya 25 negara selama dua tahun terakhir.
Aksi kejahatan cyber ini berhasil dikuak Kaspersky pada Minggu kemarin (15/2). Dalam keterangannya, pihak Kaspersky Lab menyatakan jika kelompok ini bekerja dengan sistem infiltrasi jaringan menggunakan malware untuk memata-matai komputer karyawan bank untuk memfasilitasi transfer uang secara besar-besaran.
-
Bagaimana cara hacker melakukan serangan? Tahun ini, fokus serangan beralih dari penghancuran atau keuntungan finansial melalui ransomware ke upaya pencurian informasi, pemantauan komunikasi, dan manipulasi informasi.
-
Apa saja jenis serangan yang dilakukan hacker? Serangan-serangan ini meliputi serangan siber yang merusak hingga yang melibatkan pemata-mataan (spionase), pencurian informasi, dan penyebaran misinformasi atau disinformasi.
-
Siapa saja yang menjadi korban serangan hacker? Distributor kimia asal Jerman, Brenntag SE, dilaporkan membayar uang tebusan sebesar USD4,4 juta atau Rp71,9 miliar dalam bentuk Bitcoin kepada kelompok ransomware DarkSide untuk mendapatkan dekripsi file yang dienkripsi oleh para peretas selama serangan ransomware terhadap perusahaan tersebut.
-
Bagaimana cara hacker sampingan menawarkan jasanya? Salah satu contoh iklan yang ditemukan adalah seorang pengembang Python yang menawarkan layanan pembuatan chatbot VoIP, chatbot grup, chatbot AI, peretasan, dan kerangka kerja phishing dengan harga sekitar USD 30 per jam.
-
Apa yang menjadi sasaran utama hacker dalam serangan siber terkait pemilu? Laporan dari Pusat Keamanan Siber Kanada ungkapkan bahwa serangan siber yang menargetkan pemilihan umum (pemilu) telah meningkat di seluruh dunia.
-
Siapa saja yang melakukan serangan hacker ke negara-negara tersebut? Laporan tersebut secara detail menjelaskan serangan-serangan yang dilakukan pemerintah dari Rusia, China, Iran, dan Korea Utara, serta beberapa kelompok peretas di wilayah Palestina dan peretas bayaran yang disewa negara-negara lain.
Geng cybercriminal yang bernama Carbanak ini juga diketahui bekerja dengan menyuntik malware ke komputer di lebih dari 100 bank berbeda dan membajak sistem e-payment sejak 2013 lalu di 30 negara. Para anggota geng ini diduga berasal dari Rusia, Ukraina, dan China.
Beberapa lembaga keuangan yang sudah jadi korban Carbanak sendiri di antaranya berada di Australia, Brazil, Bulgaria, Kanada, China, Ceko, Prancis, Jerman, Hong Kong, Islandia, India, Irlandia, Maroko, Nepal, Norwegia, Polandia, Pakistan, Rumania, Rusia, Spanyol, Swiss, Taiwan, Ukraina, Inggris, dan Amerika Serikat.
Vendor keamanan komputer tersebut mengatakan jika kelompok penjahat cyber ini setidaknya membutuhkan waktu yang cukup lama sekitar dua sampai empat bulan untuk menembus ke dalam jaringan bank. Mereka meluangkan waktu untuk belajar tentang prosedur internal dan memahami kinerja pegawai bank hingga kegiatan pencurian mereka dapat berjalan dengan halus dan tak terendus.
Dalam beberapa kasus, geng ini belajar tentang sistem transfer dengan mengintip komputer administrator lewat kamera video. "Dengan cara ini kelompok kriminal di dunia maya ini dapat mengetahui setiap detail pekerjaan pegawai bank dan mampu meniru aktivitas staf untuk mentransfer uang dan menarik uang keluar," kata Kaspersky seperti dikutip PCWorld (16/2).
Dalam keterangannya, Kaspersky juga menyebutkan jika geng ini pernah mencuri hingga USD 10 juta dalam satu kali serangan ke bank. Uang tersebut ditransfer menggunakan sistem e-banking atau sistem pembayaran secara online ke rekening geng atau ke bank lain yang berada di Amerika Serikat dan China.
Dalam kasus lain, para penjahat cyber ini juga menggunakan serangan dengan sistem kendali jarak jauh ke sistem akuntansi bank, mereka menggembungkan saldo rekening terlebih dahulu untuk menutupi aksi pencurian. Sebagai contoh, Kaspersky mengatakan Carbanak akan menaikkan saldo sebuah akun semisal dari USD 1.000 menjadi USD 10.000, kemudian mereka melakukan transfer USD 9.000 ke rekening pribadi mereka.
Canggihnya lagi, geng ini juga bisa meretas ATM untuk dijadikan sasaran. Carbanak dilaporkan bisa memerintahkan mesin untuk mengeluarkan uang pada waktu tertentu, dengan kaki tangan mereka siap untuk mengambil uang tunai yang telah keluar dari ATM tersebut.
Kaspersky saat ini masih belum menjelaskan bank mana saja yang telah menjadi korban serangan geng ini. Pihaknya hanya mengatakan jika saat ini Interpol dan Europol telah turun tangan dalam penyelidikan kasus kejahatan cyber oleh Carbanak yang merugikan banyak bank ini.
Baca juga:
Prajurit Facebook, pasukan cyber bentukan militer Inggris
Amerika Serikat dan Inggris bakal main perang cyber
5 Ancaman internet di tahun 2015, mampu mulai Perang Dunia ke-3
Simpan kejutan dan keindahan, 10 negara ini paling dicari di Google
Pendaftaran Domain ID terbatas dibuka, dibanderol mulai Rp 2 Juta