Huawei Mate X dan Risiko Membeli Smartphone Lipat di 2019
Huawei Mate X dan Risiko Membeli Smartphone Lipat di 2019
Huawei Mate X, seperti perangkat yang rilis sebelumnya yakni Samsung Galaxy Fold, adalah perangkat yang revolusioner. Bagaimana tidak, keduanya berhasil mengaplikasikan layar fleksibel yang dapat dilipat di sebuah perangkat yang juga dilengkapi engsel hingga bisa terlipat sempurna.
Masyarakat pecinta gadget pun sebenarnya menunggu saat-saat ini untuk datang. Ketika teknologi ini menjadi perangkat mainstream di industri mobile, tentu gadget semacam ini akan jadi perangkat yang disukai karena kepraktisan dan fungsinya.
-
Kapan Huawei Mate XT akan diluncurkan secara global? Peluncuran global HP ini diharapkan berlangsung pada awal 2025, meskipun harga resmi untuk pasar internasional belum diumumkan.
-
Apa yang diapresiasi Kemnaker dari Huawei? Apresiasi Ida Fauziyah diungkapkan saat meet and greet dengan President of Global Government Affairs Huawei, Bao Jialing, di Shenzhen, Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Sabtu (6/7). "Saya harap kepatuhan Huawei Indonesia dalam menjalankan bisnisnya dan kepeduliannya terhadap masyarakat sekitar dan masyarakat Indonesia pada umumnya, dapat menjadi motivasi bagi perusahaan-perusahaan lain milik RRT, " kata Ida Fauziyah melalui Siaran Pers Biro Humas, Sabtu (6/7/2024).
-
Bagaimana Huawei menunjukkan kepedulian terhadap masyarakat? Ida Fauziyah menjelaskan bentuk kepedulian terlihat dari salah satu Corporate Social Responsibility (CSR) Huawei. Yakni mempekerjakan lebih dari 90 persen pekerja lokal Indonesia yang merupakan lulusan terbaik dari perguruan tinggi di Indonesia. "Huawei juga berperan aktif dalam menyediakan peningkatan keterampilan dan kompetensi sesuai dengan standar kebutuhan industri, " ujar Ida Fauziyah.
-
Mengapa Kemnaker mengapresiasi Huawei? Menteri Ketenagakerjaan (Menaker), Ida Fauziyah, memberikan apresiasi atas kepatuhan Huawei pada regulasi yang berlaku selama 24 tahun berusaha di Indonesia.
-
Bagaimana Huawei Mate XT dirancang untuk tahan lama? Menggunakan sistem engsel Tiangong, HP dengan layar lipat tiga ini dirancang untuk tahan lama dalam penggunaan jangka panjang, dengan berbagai mode layar yang dioptimalkan untuk multitasking, browsing, dan produktivitas.
-
Siapa yang bertemu dengan President of Global ICT HR Huawei? Secara terpisah, saat meet and greet dengan President of Global ICT HR Huawei, Ding AI Long, di Shenzen, Ida Fauziyah menyampaikan terima kasih kepada Huawei atas komitmen dan kolaborasi yang konsisten dalam Kemitraan Pemerintah-Swasta (KPS) jangka panjang.
Namun ada beberapa alasan yang membuat seharusnya kita tidak terlalu gegabah untuk memiliki smartphone lipat di 2019 ini. Ada beberapa alasan menarik yang mungkin akan membuat Anda berpikir dua kali untuk menghabiskan puluhan juta untuk membawa pulang perangkat ini.
Dilansir dari Phone Arena, berikut beberapa risiko untuk membawa pulang smartphone lipat di 2019 ini.
Smartphone Lipat Masih Jadi Perangkat 'Percobaan'
Samsung sudah sejak lama memberi bocoran kalau vendor asal Korsel tersebut akan merilis smartphone lipat. Huawei sejak tengah tahun lalu juga sudah memberi sinyal akan merilis perangkat serupa.
Alasan keduanya untuk menjadi pionir teknologi perangkat lipat tentu adalah soal citra perusahaan yang terdepan di bidang teknologi mobile. Pada kenyataannya, meskipun kepraktisan dan juga fungsionalitas dari perangkat lipat ini memang luar biasa, perangkat ini belum memasuki fase di mana orang akan sangat dibutuhkan oleh masyarakat secara luas.
Jadi bisa dibilang perangkat ini masih merupakan perangkat percobaan. Mencoba untuk mengaplikasikan konsep lipat ke konsep elektronika mobile konvensional, dan mencoba meraba pasar apakah ada yang menginginkan dan membutuhkannya atau tidak. Dari percobaan ini, tentu Samsung dan Huawei akan mencatat memo dan memperbaiki deretan kekurangan untuk diaplikasikan di generasi smartphone lipat mereka selanjutnya.
Belum lagi menyebut soal kekurangan keduanya. Kebetulan, kekurangan kedua smartphone lipat ini yang paling terlihat adalah kusutnya layar fleksibel keduanya ketika terbuka. Hal ini merujuk pada sektor layar lipat yang merupakan hal yang benar-benar baru di industri ini. Ditakutkan juga, bagian engsel juga akan jadi sektor problematik di masa depan.
Harga Masih Mahal
Harga Samsung Fold dan Huawei Mate X masih cukup mengerikan. Samsung Fold dibanderol dengan kurs Rupiah mencapai 27,8 juta, sementara Huawei Mate X lebih mahal lagi yakni Rp 36,5 juta.
Memang wajar untuk generasi pertama sebuah smartphone revolusioner mengusung harga yang mahal. Proses riset dan pengembangan yang lama, deretan teknologinya seperti layar, engsel, dan juga arsitektur komputasional internal adalah hal yang relatif baru dikembangkan, serta diferensiasi dengan produk lain, membuat mau tak mau harga mahal harus dipasang.
Namun dalam beberapa tahun mendatang, pabrikan akan mulai beradaptasi dan terbiasa dengan teknologi rumitnya, dan produksi masal akan makin lazim dilakukan. Terlebih lagi terdapat persaingan yang masuk dan harga kompetitif tak akan bisa terelakkan.
Bukan tidak mungkin, harga dari smartphone lipat di masa depan bisa setara atau sekedar sedikit lebih mahal ketimbang flagship reguler.
Biaya Servis Jika Rusak
Di generasi pertama smartphone lipat ini, kita tentu tak tahu betapa kuatnya deretan perangkat yang canggih ini. Belum ada cerita seseorang menjatuhkannya lalu merusak engselnya.
Belum juga ada orang yang bermasalah dengan layar lipat, baterai yang terbagi di dua bodi, dan juga risiko kerusakan yang makin bertambah seiring tersematnya makin banyak teknologi.
Belum lagi jika harus mengganti layar dengan panel OLED yang bentangnya 7 inci. Tentu ini akan sangat mahal harganya.
Bug di Software
Bug software dari smartphone lipat diprediksi akan membanjiri perangkat ini ke depannya. Samsung sendiri mengakui sebelumnya kalau mereka mencurahkan usaha ekstra hanya untuk sekedar mendapatkan transisi halus antar aplikasi ketika smartphone dibuka tutup.
Ketika masa pembaharuan tiba tentu nantinya akan ada satu dan lain hal yang akan menjadi gangguan di smartphone lipat ini. Jangankan di smartphone yang memiliki banyak komponen ini, di smartphone biasa yang hanya memiliki satu layar, masalah kerap terjadi. Hanya saja di smartphone lipat, risiko gangguan ini meningkat prosentasenya.
Generasi Pertama Kerap Ditinggalkan Vendornya
Tahukah Anda beberapa model pertama dari sebuah perangkat kerap ditinggalkan dengan cepat? Hal ini terjadi di beberapa perangkat salah satunya iPad generasi pertama yang hanya didukung Apple selama dua tahun saja, padahal generasi keduanya hipup hingga 5 tahun. iPhone X juga berhenti produksi setelah iPhone XS rilis.
Hal ini terjadi karena beberapa alasan yang sebenarnya mirip dengan poin pertama, di mana perangkat ini masih dalam rangka percobaan. Ketika vendor berhasil mengembangkan versi yang lebih baik, generasi pertama akan segera ditinggalkan.