Perguruan Tinggi harus total dukung '1000 technoprenuer digital'
Pihak kampus perlu membebaskan mahasiswanya berkreasi dengan cara memfasilitasi mereka
Pengamat sekaligus akademisi di bidang teknologi informasi (TI), Budi Raharjo, mengatakan, saat ini semangat perguruan tinggi untuk berkontribusi menciptakan lahirnya startup baru tak perlu diragukan lagi.
Beberapa perguruan tinggi mengklaim siap untuk berkontribusi mendorong lahirnya wirausahawan digital. Hal ini tentu saja seiring dengan rencana pemerintah menciptakan 1000 technopreneur digital hingga tahun 2020.
-
Bagaimana cara IndiBiz mendorong digitalisasi pendidikan? Indibiz, ekosistem solusi digital dari PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk berkomitmen mendorong digitalisasi pendidikan salah satunya melalui penyelenggaraan Indonesia Digital Learning (IDL).
-
Apa saja ide bisnis startup yang ditawarkan peserta Jagoan Digital? Dalam presentasi (pitching) Jagoan Digital sejumlah ide bisnis start up diangkat oleh peserta. Seperti layanan jasa servis elektronik, jasa pendidikan, kesehatan hingga pariwisata. Juga ada marketplace untuk UMKM, fashion batik lokal, pertanian hingga produk digital. Selain itu ada juga ide pengembangan usaha dan investasi yang semuanya dikembangkan lewat platform teknologi digital.
-
Siapa yang mendorong literasi digital di Indonesia? Wakil Ketua Komisi I DPR-RI Teuku Riefky Harsya menekankan pentingnya literasi digital untuk mewujudkan Indonesia yang lebih sehat dalam menggunakan internet.
-
Siapa saja yang terlibat dalam program Indonesia Digital Learning? IDL merupakan program pelatihan & pengembangan kompetensi digital guru dan siswa untuk meningkatkan kualitas belajar mengajar.
-
Bagaimana TelkomGroup mendukung pendanaan startup nasional? Dalam hal ini, TelkomGroup memiliki kesamaan visi dengan Merah Putih Fund (MPF) untuk memajukan pertumbuhan ekonomi digital nasional dengan memperkuat peran Telkom digital venture yang dijalankan melalui MDI Ventures dan TMI.
-
Apa tujuan utama dari program Indonesia Digital Learning (IDL)? Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi tenaga pendidik dalam pemanfaatan teknologi digital demi menciptakan pembelajaran yang lebih efektif dan inovatif.
Namun di sisi lain, kata dia, sistem pendidikan di perguruan tinggi saat ini masih belum sepenuhnya bisa mendorong lahirnya startup di setiap kampus. Indikator utamanya adalah metode pengajaran dan pola pikir perguruan tinggi yang dianggap masih konvensional.
"Kalau menurut saya, perguruan tinggi saat ini masih menggunakan metode lama atau konvensional. Hanya mengajar-mengajar seperti biasa saja, sehingga hal itu masih sekadar lips service semata," ujarnya saat ditemui di sebuah kesempatan di Jakarta, belum lama ini.
Budi menambahkan, penyelenggara pendidikan perguruan tinggi saat ini masih belum bisa memfasilitasi hasrat dari para mahasiswa untuk bekerja melakukan ekperimennya di kampus secara maksimal. Sebagai contoh, saat mahasiswa sedang giat-giatnya bekerja menciptakan sebuah produk di kampus, pihak kampus justru kurang tanggap.
"Kalau di mana-mana yang namanya mendukung startup, kampus itu harus membebaskan mahasiswanya dengan memfasilitasinya. Mahasiswa itu kerja di kampus, pakai listriknya kampus, pakai ruangan kampus, untuk memulai usahanya. Kalau sekarang, belum apa-apa mahasiswanya diusir-usirin, 'dah kamu pulang-pulang, gak boleh pakai ini itu', gitu. Jadi culture juga belum kebentuk," katanya.
Diakuinya juga, tolok ukur keberhasilan suatu penyelenggara perguruan tinggi, masih menitikberatkan pada jumlah karya tulis yang dihasilkan. Bukan seberapa banyak wirausahawan digital yang ciptakan. Di satu sisi, hal itu juga sesuai dengan riset dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Perguruan Tinggi (KemenRisTekDikti) yang menyebutkan jika penelitian di ranah TI di perguruan tinggi begitu banyak dan diharapkan bisa didorong menjadi perusahaan rintisan teknologi.
"Bagi perguruan tinggi saat ini lebih baik menghasilkan 10 paper daripada 10 startup. Kalau di luar negeri itu udah beda, misalnya saja di Standford University, bahkan di korea pun sudah berbeda. Perguruan tinggi di sana menghasilkan berapa startup itu jadi tolok ukur. Tapi kelak di negeri ini juga bisa seperti itu, yang jelas butuh waktu lama, 10 -15 tahun. Kemungkinan sudah maju," terang Budi.
Baca juga:
Remaja 14 tahun tolak teknologi karyanya dibeli Rp 300 miliar lebih!
Kibar sebut jalan tol startup lokal 'go global' terbuka lebar
Enam startup ini bakal gali ilmu di markas Google
Startup didanai pemodal ventura asing tak mesti jadi milik asing
Asosiasi gabungan pemodal ventura dan startup resmi dibentuk