Produk Samsung dan Smartfren juarai pasar mobile Indonesia
Samsung dan Smartfren adalah dua brand paling laris di pasaran Indonesia.
Bulan Oktober kemarin, perusahaan peneliti pasar di Asia Tenggara, W&S Group merilis sebuah penelitian perihal pasar smartphone, khususnya brand awareness produsen smartphone di Indonesia. Dalam melakukan penelitiannya kali ini, W&S Group mengajak 1.115 responden di Indonesia.
Popular Brand Indeks (PBI) yang digunakan sebagai barometer penelitian diperoleh dengan melakukan survei online terhadap 1.115 responden dalam database W&S Indonesia.
Hasilnya, perusahaan mengukuhkan Samsung sebagai merek terpopuler disusul oleh BlackBerry dan Nokia (kini menjadi Microsoft) di urutan kedua dan ketiga. Menariknya, Apple yang merupakan produsen smartphone terbesar di dunia hanya menempati peringkat delapan di daftar merek terpopuler Indonesia ini.
Sementara itu, Smartfren merupakan produsen smartphone lokal yang berhasil meraih peringkat enam mengalahkan produsen lokal lainnya, Evercoss, yang berada di peringkat 11.
Dalam penelitian kali ini juga, W&S menemukan bahwa pengguna smartphone di Indonesia merupakan tipe pengguna yang konsumtif dan gemar berganti-ganti smartphone.
Sebanyak 59,9 persen dari total responden mengungkapkan bahwa mereka tertarik untuk mengganti smartphone mereka – 39,2 persen di antaranya ingin berganti ke merek Samsung. Hal ini menyisakan 40,1 persen responden yang mengungkapkan bahwa mereka tidak ingin mengganti smartphone yang saat ini digunakan.
Dalam mengukur hasil ini, W&S menggunakan konsep Popular Brand Indeks (PBI) yang diukur dari Top of Mind (merek pertama yang diingat responden), Expansive (daya jangkau dan penyebaran merek), Last Used/Market Share (total penggunaan sebuah merek dalam jangka waktu 3 bulan terakhir) dan Future Intention (merek yang akan dibeli di waktu akan datang).
Demografis responden penelitian ini tersebar dari berbagai usia dan pendapatan bulanan responden. Mulai dari jenis kelamin, 56,7 persen responden memiliki jenis kelamin pria dan 43,3 persen memiliki jenis kelamin wanita.
Persentase responden terbesar memiliki rentang usia 25 hingga 29 tahun dengan jumlah responden sebanyak 445. Yang terakhir, persentase responden tertinggi dengan jumlah 14,5 persen memiliki pendapatan yang berkisar antara Rp 4,5 juta hingga Rp 6,5 juta.
-
Mengapa Samsung memperluas fitur Galaxy AI ke smartphone lainnya? “Samsung memiliki visi besar dalam memperluas penggunaan Galaxy AI di kehidupan sehari-hari konsumennya. Kami perluas ke Samsung Galaxy smartphone lainnya,”
-
Kapan Samsung pertama kali memperkenalkan smartphone lipat dengan teknologi engsel inovatif? Diluncurkan pertama kali pada tahun 2019, Galaxy Fold menjadi smartphone revolusioner pertama yang memberikan pengalaman menggunakan smartphone dengan layar lebih besar saat dibuka dan tetap ringkas saat dilipat. Konsep "melipat dan membuka" ini menjadi bagian baru dalam interaksi mobile, di mana Samsung menggunakan teknologi engsel inovatif guna memastikan pengalaman yang intuitif bagi pengguna.
-
Mengapa Samsung percaya bahwa Galaxy AI akan mengubah cara pengguna berpikir tentang ponsel? “Teknologi mobile memiliki kekuatan luar biasa untuk mendukung hubungan, produktivitas, kreativitas, dan banyak lagi untuk orang-orang di seluruh dunia, tetapi hingga saat ini, kami belum melihat mobile AI memicu hal tersebut dengan cara yang benar-benar berarti.
-
Siapa yang mengatakan bahwa Samsung akan memperluas fitur Galaxy AI? Lo Khing Seng, Head of MX Business Samsung Electronics Indonesia mengatakan pihaknya memiliki visi besar dalam memperluas penggunaan Galaxy AI di kehidupan sehari-hari konsumennya.
-
Apa saja produk yang akan diluncurkan Samsung malam ini? Mengutip PhoneArena, Rabu (10/7), Samsung kali ini meluncurkan beragam penawaran, mulai dari ponsel lipat dan jam tangan pintar hingga cincin pintar dan earbud.
-
Kenapa Galaxy AI menggunakan AI on device? Kapan kamu bisa memanfaatkan fitur canggih AI Live Translate Call? Jawabannya, kapan saja bisa. Bahkan nggak perlu bertelepon dengan sesama Samsung buat menikmatinya. Pasalnya, teknologi ini mengusung konsep AI on device.
Artikel ini pertama kali muncul di Tech in Asia Indonesia.