Punya frekuensi sama, XL belum tentu salip Telkomsel
Dengan mergernya XL dan Axis, maka kini XL memiliki frekuensi seluler selebar 45 Mhz, sama dengan lebar Telkomsel.
Merger PT XL Axiata dengan PT Axis Telecom akhirnya mendapatkan persetujuan dari Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU). Persetujuan ini sama artinya dengan memuluskan jalan keduanya untuk bergabung dan tinggal proses business to business (B to B) saja.
Mergernya dua operator tersebut sama halnya dengan merger dua frekuensinya masing-masing, meskipun oleh Kemenkominfo sudah dikurangi sampai 10 MHz.
Dengan mergernya XL dan Axis, maka kini XL memiliki frekuensi seluler selebar 45 Mhz, sama dengan lebar yang dimiliki Telkomsel.
Namun ternyata, jumlah frekuensi yang dimiliki tak berkorelasi dengan dengan peningkatan jumlah pelanggan, bahkan bisa-bisa malah mubazir, karena frekuensinya tidak optimal digunakan. Frekuensi yang kurang optimal tersebut bisa jadi malah menjadi beban perusahaan dalam membayarkan biaya hak penggunaan (BHP) frekuensinya.
Menurut anggota Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) M. Ridwan Effendi, jumlah spektrum frekuensi tidak berkorelasi langsung dengan jumlah pelanggan.
“Akan tetapi di dalam perencanaan jaringan, jumlah frekuensi menjadi salah satu parameter yang diperhitungkan untuk mendukung trafik makimum yang diasumsikan akan terjadi. Trafik maksimum ini berhubungan dengan jumlah pelanggan dan pola statistik pelanggan dalam berkomunikasi,” ujarnya kepada merdeka.com, Selasa (11/3).
Menurut dia, operator dengan jumlah frekuensi yang makin besar juga memiliki keuntungan dalam hal efisiensi jaringan yaitu bisa membuat BTS dengan jumlah yang lebih sedikit dibandingkan dengan yang memiliki frekuensi lebih kecil.
“Frekuensinya akan mubazir bila hanya membangun di daerah yang menguntungkan saja. Seperti ada operator yang punya 70 BTS, karena daerahnya tidak ekonomis, sudah mau didismantle,” katanya.
Untuk bisa mengejar Telkomsel, apalagi di masa pelanggan sudah penuh, maka untuk menambah jumlah pelanggan hanya bisa melalui akuisisi pelanggan operator lain. Sedangkan mengakuisisi pelanggan lebih sulit daripada membentuk pasar baru di daerah baru, sehingga XL butuh waktu bertahun-tahun lagi untuk bisa menyalip jumlah pelanggan Telkomsel.
Baca juga:
Persetujuan KPPU muluskan merger XL-AXIS
Wilayah Timur Indonesia siap dapatkan kejutan dari XL
XL hadirkan paket unlimited BlackBerry baru
XL bantu pelanggan hindari SMS penipuan
Merger berlarut-larut, AXIS mengaku tak kuat bertahan
-
Apa yang XL Axiata terus perluas di Sulawesi? PT XL Axiata Tbk (XL Axiata) terus memperluas jaringan Fix Mobile Convergence (FMC) di Sulawesi.
-
Apa yang dibangun XL Axiata di Sulawesi? XL Axiata meresmikan beroperasinya jaringan backbone fiber optic jalur Gorontalo – Palu untuk melayani lonjakan trafik layanan seluler di seluruh Sulawesi dan mendukung layanan internet rumah.
-
Kenapa XL Axiata ingin meningkatkan penetrasi layanan konvergensi di Indonesia? XL Axiata dengan Link Net diharapkan akan mampu meningkatkan penetrasi layanan konvergensi di Indonesia.
-
Mengapa XL Axiata memperluas jaringan XL SATU Fiber di Morowali? Potensi pasar untuk layanan konvergensi di Sulawesi sangat besar karena digitalisasi di semua bidang juga telah menjangkau hingga ke pelosok daerah, termasuk Morowali. Sampai saat ini penetrasi XL Satu telah mencapai sekitar 30%,” ujar dia.
-
Bagaimana XL Axiata mempersiapkan diri untuk memperluas layanan konvergensi? Dalam kerja sama ini, XL Axiata telah menyiapkan perencanaan (planning) dan desain target pasar yang bisa melayani kebutuhan layanan konvergensi (convergence). Sementara itu, Link Net akan melakukan desain jaringan dan kapasitas yang dapat memenuhi kebutuhan target pasar XL Axiata.
-
Di mana XL Axiata menargetkan perluasan layanan konvergensi? Dalam lima tahun ke depan, kedua pihak akan memperluas cakupan layanan hingga 8 juta home pass.