Rambah Indonesia, Vivo siap bila harus berhadapan dengan Xiaomi
Vivo tak gentar untuk rebut pasar smartphone di Indonesia.
Rasanya pasar smartphone di Indonesia masih menjadi daya magnet yang sangat kuat. Terbukti dengan banyaknya pemain-pemain baru yang mencoba peruntungan di lahan ini.
Seperti Vivo, vendor asal China mencoba terjun di pasar yang masih sangat bergairah tersebut dengan membawa beberapa seri smartphone ke tanah air.
Meski terbilang baru, mereka tidak main-main untuk memproduksi smartphone. Dan juga Vivo termasuk berani, karena tiga di antara lini smartphone yang dijadikan flagship menyasar kelas premium. Apa saja yang mereka coba tawarkan?
Mengenalkan lima lini smartphone
Ada dua seri smartphone yang dikenalkan Vivo untuk Indonesia, yakni seri X untuk kelas premium dan seri Y untuk jajaran menengah. Untuk seri X sendiri, Vivo menghadirkan Xplay, X3S dan XShot.
X3S memiliki bodi yang tipis. Sedangkan seri XPlay mendukung kualitas suara Hi-Fi dan extreme video display. Sementara XShot ditujukan untuk para penggemar fotografi dengan kamera utama 13MP. Vivo mengunggulkan seri X3S karena telah dibenamkan prosesor octa core 1,7GHz dari Mediatek dan kemampuan LTE 4G. Sedangkan kedua seri X lainnya dilengkapi dengan RAM 3GB dan chipset Quad-Core Snapdragon 801 milik Qualcomm.
Karena menuju kelas premium, jangan kaget dengan harga yang ditawarkan. Seri XPlay dijual dengan harga Rp 7 juta, X3S seharga Rp 5 juta dan XShot seharga Rp 6 juta.
Dua seri Y yang ditawarkan adalah Y15 dan Y22 dengan ukuran lebih mini. Harganya pun disesuaikan dengan kantong menengah, yakni Rp 2,5 juta untuk Y22 dan Rp 1,8 untuk Y15.
Ingin mengekor kesuksesan Xiaomi?
Tentunya kehadiran Vivo akan disandingkan dengan kompetitor dari China yang telah mendulang sukses di Indonesia, Xiaomi. Saat ditanya mengenai hal ini, Kenny Chandra, vice general manager, Vivo Communications Indonesia menekankan bahwa mereka memiliki sisi keunikan dan target konsumen sendiri-sendiri.
"Xiaomi dan Vivo memiliki keunikan dan target konsumen masing-masing. Saya rasa tidak akan membuat langkah Vivo gentar untuk merebut pasar smartphone di Indonesia dan saya optimis akan hal ini," jelasnya.
Perlu diingat bahwa Xiaomi memulai debut penjualan untuk Asia Tenggara di Singapura terlebih dahulu baru melakukan ekspansi ke Indonesia. Sedangkan Vivo merambah pasar Malaysia sebelum masuk ke Indonesia. Selain itu, Kenny menambahkan bahwa di China sendiri merek Vivo, terutama XShot, adalah smartphone yang digunakan jurnalis National Geographic dalam kesehariannya.
"Di China juga Vivo menjadi sponsor dalam event olahraga tahunan di sana," tambah Kenny.
Namun tentunya produk yang ditawarkan keduanya memiliki perbedaan, terutama soal harga. Xiaomi hadir dengan jajaran smartphone mumpuni dengan harga terjangkau, tapi tidak demikian dengan Vivo.
Sebagai pemain baru, rasanya berlebihan bila Vivo langsung menargetkan pasar premium di Indonesia. Apalagi spesifikasi yang ditawarkan tidak begitu istimewa dibandingkan dengan para pemain global yang telah memiliki posisi pasar yang baik di dalam negeri.
Bila dibandingkan dengan smartphone yang berada di kisaran harga Rp 7 juta, seperti Sony Xperia Z3 Compact, konsumen mendapatkan RAM 2GB, kemampuan tahan air dan debu, serta jaminan update OS hingga Android Lolipop.
Jajaran smartphone yang ditawarkan masih dalam versi Android 4.2 Jelly Bean dan saat ditanyakan akankah ada update lebih lanjut Kenny menjelaskan, "Kami tidak bisa memberi kepastian akan hal tersebut dikarenakan belum ada konfirmasi dari pusat."
Artikel ini pertama kali muncul di Tech in Asia Indonesia.