Rumah Sakit di Jerman Terserang Ransomware, Pasien Meninggal
Rumah Sakit Di Jerman Terserang Ransomware, Pasien Meninggal
Seorang wanita di Jerman meninggal dunia dalam serang ransomware di Universitas Duesseldorf. Ini adalah kematian pertama yang terkait langsung dengan serangan yang terjadi di dunia maya.
Melansir The Verge, hal ini terjadi karena rumah sakit tidak bisa menerima pasien darurat karena sistem komputasinya sedang terkena ransomware. Wanita tersebut tak tertolong setelah dibawa ke fasilitas kesehatan yang jaraknya 20 mil dari RS tersebut.
-
Apa itu Ransomware? Dikutip dari situs Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Kemenkeu, Ransomware pertama kali muncul pada awal tahun 1990-an dan dikenal sebagai "AIDS Trojan" atau "PC Cyborg".
-
Apa itu ransomware? Ransomware adalah varian malware yang secara khusus menargetkan file dan sistem dengan mengenkripsinya menggunakan protokol yang tidak dapat dibobol tanpa kunci dekripsi yang benar.
-
Bagaimana serangan ransomware itu terjadi? Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Hinsa Siburian menyebut serangan ransomware itu merupakan jenis baru dari pengembangan lockbit 3.0.
-
Bagaimana ransomware bisa menyerang pengguna? Ransomware bisa menyerang dengan berbagai metode untuk menginfeksi perangkat atau jaringan target. Biasanya yang paling banyak digunakan adalah email phishing dan rekayasa sosial lainnya.
-
Apa dampak yang ditimbulkan dari serangan ransomware? Serangan ransomware dapat menyebabkan kerugian finansial yang signifikan, gangguan operasional, dan hilangnya data penting.
-
Kenapa perangkat bisa terserang ransomware? Ransomware adalah jenis malware yang sangat berbahaya dan dapat menyebabkan kerugian signifikan pada perangkat komputer dan jaringan. Berikut beberapa penyebab umum perangkat terserang ransomware: Phishing, Kelemahan Keamanan Software, Akses Jarak Jauh yang Tidak Aman, Lemahnya Penggunaan Password, Kurangnya Kesadaran Keamanan Pekerja yang Melakukan Pekerja dari Rumah (WFH), Pengunduhan Drive-by, Lemahnya Penggunaan Backup.
Ransomware itu sendiri tidak ditujukan ke rumah sakit, namun permintaan tebusannya dialamatkan ke Universitas yang terletak di dekat sana. Hacker sendiri dilaporkan tidak tahu menahu kalau serangannya juga berpengaruh ke lumpuhnya sistem rumah sakit.
Rumah sakit dan fasilitas perawatan kesehatan sendiri adalah target terbesar dari ransomware. Pakar keamanan siber sendiri telah memperingatkan selama bertahun-tahun bahwa sebagian besar rumah sakit tidak siap. Hal ini dikarenakan rumah sakit konvensional sangat bergantung kepada perangkat yang terhubung ke internet, seperti radiologi. Tanpa ini, mereka tak bisa merawat pasien.
Serangan biasanya menarget data pasien, yang tentu tidak berdampak langsung ke perangkat medis. Namun hal ini menyebabkan banyak kematian tidak langsung. Berdasarkan sebuah studi, ditemukan bahwa tingkat kematian akibat serangan jantung makin meningkat tiap tahun dikarenakan pelanggaran data privasi RS. Ditemukan bahwa RS harus mengalihkan sumber daya atau fasilitas kesehatan berdasarkan data yang tak sesuai fakta, dan mengabaikan yang benar-benar butuh.
Kejadian ini mengingatkan ke serangan siber WannaCry di tahun 2007 yang melumpuhkan banyak rumah sakit besar, hingga melumpuhkan layanan kesehatan nasional Inggris. Tidak ada kematian langsung, namun karena yang diserang adalah tempat merawat pasien yang mungkin rentan, kematian nyata karena serangan maya bisa jadi bom waktu.
Otoritas Jerman masih menyelidiki lebih lanjut akan kasus ini. Jika pengalihan ke rumah sakit lain berhubungan langsung dengan ransomware yang mengacak data RS, kasus serangan siber ini akan berlanjut ke pembunuhan.
Bahaya Ransomware
Eksistensi ancaman ransomware masih ada dan nyata. Baru-baru ini, operasi raksasa automobile terpaksa berhenti di beberapa bagian dunia setelah diserang oleh ransomware yang dijuluki SNAKE (juga dikenal sebagai EKANS).
Tak hanya industri besar, beberapa usaha kecil dan menengah di Asia Tenggara (SEA) juga menunjukkan kisah yang sama.
Berdasarkan laporan statistik terbaru Kaspersky, tiga bulan pertama tahun ini telah memblokir sebanyak 269.204 upaya ransomware terhadap bisnis (dengan skala 20-250 karyawan) di kawasan tersebut.
"Kita dapat mengatakan secara global, ransomware telah mencapai puncaknya bertahun-tahun yang lalu. Secara bertahap jumlahnya memang berkurang, namun dengan cepat menjadi bisnis-sentris," kata Yeo Siang Tiong, General Manager untuk Asia Tenggara di Kaspersky.
"Walaupun jumlah total upaya ransomware yang terdeteksi di wilayah Asia Tenggara lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, risiko bisnis usaha kecil dan menengah kehilangan data serta uang mereka karena ancaman ini masih ada," sambungnya.
(mdk/idc)