WHO dan 50 Negara Peringatkan Ancaman Serangan Hacker terhadap Layanan Rumah Sakit, Korban Diminta Uang Tebusan
WHO dan 50 negara memperingatkan peningkatan serangan ransomware yang membahayakan layanan rumah sakit.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) bersama sekitar 50 negara mengeluarkan peringatan serius mengenai meningkatnya serangan ransomware yang menargetkan layanan rumah sakit. Peringatan ini disampaikan dalam sebuah pertemuan di Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Jumat (8/11) dan menyoroti risiko yang ditimbulkan oleh serangan siber ini terhadap keselamatan publik.
Serangan ransomware merupakan bentuk pemerasan digital yang dilakukan oleh peretas dengan cara mengenkripsi data milik korban. Setelah data dienkripsi, para pelaku meminta uang tebusan sebagai syarat agar korban dapat mengakses kembali data yang telah terkunci. Hal ini menjadi perhatian khusus karena dapat mengganggu layanan kesehatan yang vital bagi masyarakat.
-
Negara mana yang paling terkena Ransomware? Berikut adalah daftar negara-negara dengan tingkat serangan ransomware tertinggi berdasarkan data dari Statista per Maret 2022 hingga Maret 2023: SingapuraSingapura menduduki peringkat pertama dengan tingkat serangan ransomware tertinggi. Sebanyak 84 persen perusahaan di Singapura mengalami ransomware dalam 12 bulan terakhir.
-
Kenapa penyerang ransomware meminta tebusan? Menkominfo Budi Arie mengatakan, LockBit meminta tebusan sebesar 8 juta dollar agar server PDSN dipulihkan kembali.
-
Ransomware itu apa? Ransomware adalah salah satu jenis malicious software atau malware yang dapat menyebabkan penyebaran atau malah pemblokiran akses data milik korban.
-
Kenapa serangan ransomware semakin meningkat? Laporan itu menyebutkan jenis serangan ransomware ini di mana penjahat siber secara aktif menyusup ke infrastruktur teknologi & informasi organisasi untuk menyebarkan ransomware, meningkat 2,75x year over year.
-
Apa yang menjadi tanggung jawab semua pihak terkait ransomware? Ini kan semua menjadi tanggung jawab kita lah untuk segera memulihkan, tegas Budi.
-
Kenapa ransomware menyerang pengguna? Pelaku kemudian meminta uang tebusan dalam jumlah tertentu agar korban bisa mendapatkan kembali data yang dienkripsi atau dikunci tersebut.
Pernyataan Sekretaris Jenderal WHO
Sekretaris Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, menyatakan bahwa serangan ransomware terhadap layanan rumah sakit dapat berakibat fatal. Dalam pidatonya di hadapan Dewan Keamanan PBB, ia mengungkapkan, "Serangan ransomware terhadap layanan rumah sakit bisa menjadi masalah hidup dan mati." Pernyataan ini menegaskan pentingnya perhatian global terhadap isu ini.
Ghebreyesus menambahkan bahwa survei menunjukkan peningkatan frekuensi dan skala serangan terhadap sektor layanan kesehatan. Ia menekankan perlunya kerja sama internasional untuk mengatasi ancaman ini, yang tidak hanya membahayakan individu, tetapi juga dapat mengganggu sistem kesehatan secara keseluruhan.
Ancaman terhadap Keamanan Internasional
Dalam pertemuan tersebut, Ghebreyesus menggarisbawahi bahwa kejahatan dunia maya, termasuk ransomware, menimbulkan ancaman serius terhadap keamanan internasional. Ia menyerukan kepada Dewan Keamanan untuk mempertimbangkan isu ini dengan serius dan melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencegah serangan lebih lanjut.
Pernyataan bersama dari lebih dari 50 negara, termasuk Korea Selatan, Ukraina, Jepang, Argentina, Prancis, Jerman, dan Inggris, juga menyampaikan keprihatinan yang sama. Mereka menyatakan bahwa serangan-serangan ini tidak hanya mengancam keselamatan publik, tetapi juga dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan.
Tuduhan terhadap Rusia dan Korea Utara
Wakil Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat, Anne Neuberger, menegaskan bahwa serangan ransomware ini membahayakan nyawa manusia dengan menunda layanan kesehatan yang penting. Ia juga mengutuk negara-negara yang membiarkan pelaku serangan ransomware beroperasi tanpa hukuman. Neuberger secara langsung menyebut Rusia sebagai negara yang membiarkan pelaku ransomware beroperasi dari wilayahnya.
Prancis dan Korea Selatan juga menuding Korea Utara terlibat dalam serangan siber ini. Tuduhan ini menambah ketegangan dalam diskusi mengenai keamanan dunia maya dan tanggung jawab negara dalam mencegah kejahatan siber.
Tanggapan Rusia
Menanggapi tuduhan tersebut, Rusia membela diri dengan menyatakan bahwa Dewan Keamanan bukanlah forum yang tepat untuk membahas kejahatan dunia maya. Duta besar Rusia, Vassili Nebenzia, berpendapat bahwa jika negara-negara Barat ingin membahas keamanan fasilitas perawatan kesehatan, mereka harus terlebih dahulu menyetujui langkah-langkah untuk menghentikan serangan yang dilakukan oleh Israel terhadap rumah sakit di Jalur Gaza.
Perdebatan ini menunjukkan kompleksitas isu keamanan siber di tingkat internasional, di mana berbagai negara memiliki pandangan dan kepentingan yang berbeda. Diskusi ini diharapkan dapat menghasilkan langkah-langkah konkret untuk mengatasi ancaman ransomware yang semakin meningkat.
Sumber: VOA Indonesia