Gara-gara Hacker, Negara-negara ini Boncos hingga Triliunan Rupiah
Walaupun dilengkapi dengan teknologi keamanan canggih, tapi negara-negara ini masih bisa dibobol hacker.
Peretasan kini makin marak. Terbaru, Pusat Data Nasional (PDN) Sementara 2 di Surabaya yang dikelola Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), terkena ransomware. Akibatnya data-data yang berada di dalamnya terkunci.
Terlebih pemerintah mengakui tidak ada back up data. Untuk bisa membuka enkripsi itu, pelaku ransomware meminta tebusan USD 8 juta atau Rp 131 miliar.
Bukan hanya Indonesia, beberapa negara pun pernah “merugi” gara-gara ransomware. Jumlahnya tak main-main. Walaupun mereka dibekali dengan teknologi keamanan siber yang mumpuni.
Mengutip data riset dari SEON.IO, Selasa (2/7), berikut adalah negara-negara yang paling banyak “merugi” dengan adanya ransomware.
Korea Selatan
Korea Selatan adalah salah satu negara yang paling terkena dampak kejahatan dunia maya dalam hal kerugian moneter. Perekonomian Korea Selatan diperkirakan mengalami kerugian sebesar USD72 miliar atau Rp 1,1 Triliun dalam satu tahun, menurut Microsoft Korea.
Kendati begitu, Korea Selatan memiliki Skor Indeks Keamanan Siber Global tertinggi ketiga di antara negara-negara yang ada dalam daftar, yang berarti bahwa negara tersebut memiliki salah satu komitmen tertinggi untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya perlindungan keamanan siber dalam skala global.
-
Kenapa hacker menyerang negara-negara tertentu? Laporan tersebut secara detail menjelaskan serangan-serangan yang dilakukan pemerintah dari Rusia, China, Iran, dan Korea Utara, serta beberapa kelompok peretas di wilayah Palestina dan peretas bayaran yang disewa negara-negara lain.
-
Negara mana yang paling terkena Ransomware? Berikut adalah daftar negara-negara dengan tingkat serangan ransomware tertinggi berdasarkan data dari Statista per Maret 2022 hingga Maret 2023: SingapuraSingapura menduduki peringkat pertama dengan tingkat serangan ransomware tertinggi. Sebanyak 84 persen perusahaan di Singapura mengalami ransomware dalam 12 bulan terakhir.
-
Apa saja tebusan terbesar hacker? Serangan ransomware WannaCry, Nilai Tebusan USD 4 Miliar Salah satu permintaan tebusan terbesar terjadi pada Serangan ransomware WannaCry pada Mei 2017 silam yang menyebar secara global melalui komputer dengan sistem windows. Serangan ini mengakibatkan 230.000 pengguna computer Windows di 150 negara tidak mengakses beberapa dokumen penting karena data dikunci peretas. Padahal, Windows telah memberikan informasi ke penggunanya untuk melakukan pembaruan perangkat keamanan bernama EternalBlue. Saat itu, permintaan tebusan yang dilayangkan kelompok WannaCry mencapai USD4 miliar.
-
Ransomware itu apa? Ransomware adalah salah satu jenis malicious software atau malware yang dapat menyebabkan penyebaran atau malah pemblokiran akses data milik korban.
-
Siapa saja hacker yang menyerang? Laporan tersebut secara detail menjelaskan serangan-serangan yang dilakukan pemerintah dari Rusia, China, Iran, dan Korea Utara, serta beberapa kelompok peretas di wilayah Palestina dan peretas bayaran yang disewa negara-negara lain.
-
Kenapa hacker meminta uang tebusan? Dalam serangan ransomware, peretas masuk ke jaringan komputer dan mengancam akan menyebabkan gangguan atau menghapus file kecuali uang tebusan dalam mata uang kripto dibayarkan.
Amerika Serikat
Laporan Kejahatan Internet FBI merinci perekonomian AS dilaporkan mengalami kerugian sebesar USD4,1 miliar atau Rp 67 miliar akibat kejahatan dunia maya pada tahun 2020.
Dengan 791.790 bisnis yang terkena dampak penipuan online, AS adalah salah satu negara yang paling banyak mengalami kejahatan dunia maya.
Amerika Serikat memiliki Skor Indeks Keamanan Siber Global tertinggi di antara semua negara dalam daftar, hal ini menunjukkan komitmennya untuk meningkatkan kesadaran akan perlindungan keamanan siber dalam skala global.
Jerman
Perusahaan-perusahaan di Jerman menghabiskan sekitar USD2.6 miliar atau sekitar Rp 42 miliar untuk memerangi kejahatan dunia maya, dengan 53 persen dibelanjakan untuk keamanan dan sisanya digunakan untuk perangkat keras dan perangkat lunak.
Jerman juga masuk dalam 10 besar dalam daftar kami untuk Skor Indeks Keamanan Siber Global, yaitu 97,41, yang menilai aspek-aspek seperti tindakan hukum dan teknis, pengembangan kapasitas, dan kerja sama.