Survei Global Kearney sebut Aplikasi Kesehatan di Indonesia Masih Perlu Ditingkatkan
Menurut laporan dari Global Kearney yang bertajuk “Are Indonesia’s digital health apps fit enough to disrupt the market?” menyebutkan bahwa pengguna di Indonesia menyatakan bahwa kualitas aplikasi kesehatan masih harus ditingkatkan.
Menurut laporan dari Global Kearney yang bertajuk “Are Indonesia’s digital health apps fit enough to disrupt the market?” menyebutkan bahwa pengguna di Indonesia menyatakan bahwa kualitas aplikasi kesehatan masih harus ditingkatkan.
Sebuah studi dalam laporan tersebut menganalisis lebih dari 1.000 konsumen Indonesia untuk mendapatkan wawasan langsung tentang penyakit dan kebutuhan perawatan kesehatan mereka. Studi ini berfokus pada faktor utama dalam penggunaan aplikasi kesehatan digital, di mana semua konsumen setuju bahwa kemudahan penggunaan (20,3 persen), biaya layanan (18,9 persen), dan kualitas diagnosis kesehatan (18,8 persen) adalah hal yang paling relevan.
-
Kenapa internet cepat penting? Internet yang cepat dapat membantu berbagai hal dalam hidup seseorang, mulai dari hal rekreasi hingga dalam bidang profesi.
-
Bagaimana smartphone memengaruhi bentuk tengkorak manusia? Secara mengejutkan, tanduk hingga sepanjang 30 milimeter mulai muncul di kepala masyarakat saat ini. Benjolan yang muncul pada bagian bawah tengkorak dan sedikit di atas leher ini sangat langka pada 100 tahun lalu. Hal aneh ini muncul karena penggunaan smartphone, yang biasanya membuat orang menunduk dan bahkan jika diakumulasi bisa sampai empat jam dalam sehari. Hal ini membuat leher bekerja lebih keras dan tubuh meresponsnya.
-
Apa yang ditekankan oleh Kemkominfo tentang penggunaan internet? Direktur Jenderal Aplikasi Informatika (Aptika), Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo RI), Samuel Abrijani Pangerapan berharap melalui seminar ini masyarakat lebih cerdas dalam menggunakan internet.
-
Apa solusi yang ditawarkan XL Axiata Akses Sehat untuk layanan kesehatan? XL Axiata Akses Sehat yang kami tawarkan ini merupakan langkah nyata dalam mendukung program inklusi akses internet dan layanan kesehatan yang lebih baik, " Direktur Utama PT Alita Praya Mitra, Teguh Prasetya, menekankan, koneksi internet yang cepat dan stabil merupakan modal utama dalam pertumbuhan ekonomi digital.
-
Bagaimana cara orang Indonesia menggunakan smartphone dalam sehari? Indonesia juga termasuk ke dalam daftar negara yang tidak bisa hidup tanpa ponsel. Menduduki urutan ke enam, netizen Indonesia mengantongi angka sebanyak 29,1 persen dari waktu harian mereka untuk dihabiskan di depan layar HP.
-
Siapa yang menguasai internet di Indonesia? “Ada peningkatan sebesar 1,31 persen dibandingkan tahun sebelumnya,” ujar Muhammad Arif, Ketua Umum APJII. Menariknya, dari jumlah tersebut, pengguna internet didominasi oleh satu kelompok saja. Maksud dari kelompok ini adalah orang-orang dengan rentang usia tertentu yang “menguasai” jagad internet Tanah Air. Siapa mereka? Menurut survey itu, terdapat enam kelompok dengan rentang usia bermacam-macam. Dari kelompok generasi itu, Gen Z adalah orang-orang yang menguasai jagad internet di Indonesia.
Sekitar 15,4 persen konsumen menggunakan aplikasi kesehatan untuk terhubung dengan dokter yang terpercaya, 12,4 persen untuk konsultasi spesialisasi, dan kurang dari 8 persen menganggap fitur seperti tips kesehatan dan kebugaran, penyimpanan catatan medis, dan pengingat obat-obatan sebagai aspek yang penting.
Penelitian lebih lanjut menyatakan bahwa regulasi dan kesiapan Indonesia untuk perawatan kesehatan digital terbagi dalam enam dimensi: diagnosis, resep, pemberian obat, teknologi, privasi data, dan komunikasi. Jika dibedakan dengan pasar lainnya, regulasi dalam sistem perawatan kesehatan digital Indonesia masih dalam tahap awal.
"Aplikasi kesehatan terus bersaing dengan menawarkan promosi harga dan akses yang lebih baik terhadap perawatan kesehatan. Namun, memberikan konsumen kemudahan dalam menghubungi dokter tidak menyelesaikan masalah kualitas perawatan. Konsumen menginginkan aplikasi dengan kualitas diagnostik yang baik dan dengan biaya yang terjangkau," kata Sanath Kumar Subramanyam, Pakar Praktik Perawatan Kesehatan di Kearney dalam keterangan persnya, Senin (22/3).
Studi oleh Kearney juga membandingkan kinerja antara aplikasi kesehatan terkemuka Alodokter, Halodoc dan Good Doctor. Dengan skala kepuasan pelanggan antara 1 sampai 5, ketiga aplikasi mendapat skor minimal 4 atau lebih dalam hal kemudahan penggunaan aplikasi.
Namun demikian, masih terdapat kesenjangan yang cukup tinggi dalam empat faktor utama seperti biaya layanan, kualitas diagnosis kesehatan, dokter yang dapat dipercaya, dan konsultasi spesialisasi. Halodoc memimpin dalam hampir semua faktor, kecuali konsultasi spesialisasi yang merupakan fitur unggulan Good Doctor.
"Sebagian besar aplikasi kesehatan di Indonesia berfokus pada model B2C, tetapi jenis ini tidak akan memberi model bisnis yang berkelanjutan dan menguntungkan. Untuk bertahan setelah pandemi mereda, aplikasi kesehatan perlu secara radikal mengubah model operasinya dan merancang produk serta layanan yang disesuaikan guna memenuhi kebutuhan pelanggan," kata Sanath.