Terancam Punah dan Jalan Panjang Digitalisasi Aksara Daerah di Indonesia
Miris, begitu gambaran simpel nasib aksara daerah di republik ini. Selain terancam punah karena penuturnya semakin sedikit, upaya pelestariannya secara digital juga sangat rendah. Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI) menyebutkan, dari 718 bahasa daerah di Indonesia, baru 7 yang terdaftar di Unicode!
Miris, begitu gambaran simpel nasib aksara daerah di republik ini. Selain terancam punah karena penuturnya semakin sedikit, upaya pelestariannya secara digital juga sangat rendah.
Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI) menyebutkan, dari 718 bahasa daerah di Indonesia, baru 7 yang terdaftar di Unicode. Kita kalah dari India yang lebih banyak mendaftarkan secara digital aksaranya.
-
Apa saja jenis pantun bahasa Sunda? Pantun merupakan sebuah karya sastra lama yang terikat oleh aturan jumlah bait, baris dan rima akhir. Di Indonesia sendiri, pantun cukup beragam. Terutama dalam hal bahasa. Hal ini karena disesuaikan dengan daerah masing-masing. Salah satunya adalah pantun bahasa Sunda.
-
Apa saja karakteristik pantun bahasa Jawa? Sama halnya dengan aturan pantun pada umumnya, parikan atau pantun bahasa Jawa juga memiliki dua hingga empat bait. Perbedaannya adalah pantun atau parikan sering kali bertemakan hiburan.
-
Kapan makam Ki Pandanaran dipindah? Konon sebelum dipindah ke daerah Mugas, makam Ki Pandanaran berada di Bergota. Makam itu kemudian dipindah sekitar tahun 1980.
-
Apa yang dimaksud dengan pidato bahasa Jawa? Pidato merupakan salah satu hal yang banyak dipelajari saat duduk di bangku sekolah. Baik sekolah dasar hingga menengah, para pelajar dilatih untuk mengenal serta berbicara fasih dalam pidato.
-
Bagaimana Candi Jawi dibangun? Candi Jawi diperkirakan dibangun pada akhir abad XIII (kakawin Nagarakertagama). Candi ini berbentuk ramping tinggi, berukuran tinggi 24,50 m, panjang 14,20 m, dan lebar 9,50 m.
-
Kapan Candi Jawi dibangun? Candi ini merupakan peninggalan sejarah dari Kerajaan Singasari yang dibangun pada abad ke-13.
Data UNESCO Atlas of Worlds Languages menyebutkan ada 2.500 bahasa di dunia yang terancam punah. Dari jumlah itu, lebih 570 bahasa statusnya sangat terancam punah dan lebih 230 bahasa telah punah sejak 1950.
Pendaftaran aksara daerah di Unicode penting supaya aksara-aksara daerah kita bisa masuk ek format internationalize domain name (IDN), sehingga aksara-aksara itu bisa diakses dan digunakan di internet.
IDN merupakan nama domain untuk bahasa lokal atau aksara setiap daerah/negara. Karena nama domain ini bersifat khusus, maka tidak menggunakan huruf latin dengan karakter selain a, b…, z; 0, 1,…, 9; dan "-" yang merupakan kode American Standard Code for Information Interchange (ASCII).
Simpelnya, bila aksara daerah kita sudah terdaftar di Unicode, maka aksara itu bisa didaftarkan ke lembaga internet dunia (ICANN) supaya aksara itu bisa muncul di komputer, laptop, smartphone, dan tablet.
"Jadi ada 700 bahasa daerah di Indonesia yang belum digital. Bila penutur bahasa daerahnya tidak ada lagi, maka aksara daerah itu bisa punah dari bumi Indonesia," kata Yudho Giri Sucahyo, Ketua PANDI, usai meluncurkan secara daring program 'Merajut Indonesia melalui Digitalisasi Aksara Nusantara', akhir pekan lalu.
Menurut Yudho, digitalisasi aksara daerah ini penting, karena pertumbuhan pengguna internet dunia semakin pesat. Namun, pengguna internet itu biasanya memakai aksara/ huruf latin untuk menulis di laptop atau smartphone, dan bukan aksara daerah.
Bila kondisi ini dibiarkan, bukan tidak mungkin, aksara daerah di Indonesia akan punah. Apalagi di Indonesia bahasa utamanya menggunakan aksara latin, sehingga bahasa ibu yang jadi warisan nusatara kemungkinan besar hilang makin tinggi.
PANDI mendata baru 7 aksara daerah yang tercatat di Unicode, yakni aksara Jawa (Hanacaraka), Sunda, Bali, Lontaraq (Bugis), Rejang, Batak, dan Pegon. Namun, tidak mudah mendaftarkan aksara daerah ke Unicode, karena Unicode melihat Indonesia masih di level limitless usage dari aksara-aksara daerahnya. Maksudnya, aksara daerah baru digunakan untuk nama-nama gedung.
Bila ingin menambah jumlah aksara daerah di daftar Unicode, maka Indonesia mesti meningkatkan levelnya dari level limitless usage saat ini.
"Pada tahun depan (2021), kita harus membuktikan ke Unicode memang aksara daerah kita ada penuturnya. Maka itu, PANDI juga membuat laman Merajutindonesia.id yang bersifat open source sehingga seluruh kalangan khususnya pegiat aksara bisa berpartisipasi dan berkontribusi menuliskan aksara daerahnya," ujar Shidiq Purnama, Chief Registry Officer PANDI, bersemangat.
PANDI Anggota Unicode
©2020 Merdeka.com
Sejatinya, PANDI juga melakukan strategi lain untuk memuluskan rencana digitalisasi aksara daerah. Ya, PANDI langsung 'nyemplung' menjadi Associate Members Unicode. Jadi PANDI sejajar dengan nama-nama beken yang lebih dulu menjadi anggota, seperti Twitter, Tinder, Oracle, Sas, Teradata, dan sebagainya.
Paralel dengan Unicode, PANDI juga berupaya mendapatkan standar ISO10646. Ini ISO untuk daftar aksara di seluruh dunia, yang menjadi acuan bagi kalangan manufaktur/industri membuat keyboard di perangkat seperti smartphone dan laptop.
"Kita perlu ISO10646 supaya pabrikan/industri menampilkan aksara daerah nusantara seperti aksara Hanacaraka di keyboard perangkatnya. Ini pentingnya ISO ini," kata Yudho yang juga guru besar Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia.
PANDI berkomitmen penuh terhadap pelestarian aksara daerah, sehingga membuat program khusus bertajuk Merajut Indonesia melalui Digitalisasi Aksara ini. Dari program tersebut, diharapkan bisa melestarikan aksara nusatara yang kian sedikit penggunanya di zaman sekarang.
UNESCO: 570 Bahasa di Dunia Terancam Punah
©2020 Merdeka.com
Lembaga kebudayaan dunia, UNESCO, juga mendukung penuh program PANDI tersebut. Apalagi menurut data UNESCO, banyak bahasa di dunia juga terancam punah.
Rinciannya, lebih 50 persen dari 6.700 bahasa di dunia masuk dalam status 'terancam punah' dari muka bumi ini karena kehilangan para penuturnya.
UNESCO Atlas of Worlds Languages in Danger menyebutkan, hampir 2.500 bahasa terancam punah. Dari jumlah ini, lebih 570 bahasa statusnya sangat terancam punah dan lebih 230 bahasa telah punah sejak 1950.
Fakta lainnya, kurang dari 5 persen bahasa-bahasa di dunia bisa diakses secara online.
"UNESCO gembira dengan inisiatif PANDI melakukan digitalisasi aksara-aksara daerah di Indonesia, karena lebih 570 bahasa di dunia sangat terancam punah," kata perwakilan UNESCO di Jakarta, saat memberikan sambutan secara daring di Grand Launching Merajut Indonesia melalui Digitalisasi Aksara Nusantara, akhir pekan lalu.
Yudho mengatakan PANDI bangga program ini didukung penuh oleh UNESCO. Namun, dukungan lebih strategis diharapkan juga datang dari masyarakat Indonesia, para pegiat aksara di pelosok-pelosok, dan pemangku kepentingan lainnya.
"Program ini harus dikerjakan secara gotong-royong, tidak bisa hanya PANDI," tegasnya.
PANDI sudah menjalankan strategi hybrid selama ini. Selain memaparkan program ini ke kementerian-kementerian terkait dan kampus, Yudho dan tim juga 'blusukan' ke kantong-kantong pegiat aksara daerah. Kemudian membuat lomba web berkonten aksara daerah, seperti aksara Jawa, Sunda, Lontaraq, dan Pegon.
"Penerbitan peraturan daerah yang mewajibkan penggunaan aksara daerah seperti perda di Bali patut ditiru oleh pemerintah daerah lain. Saya mendengar Pemda DI Yogyakarta sedang menyiapkan perda juga," pungkas Yudho.
Selain itu, PANDI telah menyiapkan laman merajutindonesia.id, yang menyajikan konten seputar aksara nusantara mulai dari sejarah, proses digitalisasi hingga font aksara nusantara.