Tri & Indosat Merger, Tetap Sulit Kalahkan Telkomsel
Direktur ICT Institute, Heru Sutadi mengapresiasi atas terjadinya merger antara Indosat Ooredoo dengan Tri Indonesia. Langkah ini dianggapnya baik bagi industri secara keseluruhan.
Direktur ICT Institute, Heru Sutadi mengapresiasi atas terjadinya merger antara Indosat Ooredoo dengan Tri Indonesia. Langkah ini dianggapnya baik bagi industri secara keseluruhan.
Sebab, jumlah pemain yang berkurang di industri ini akan membuat industri telekomunikasi lebih sehat.
-
Kapan Plataran Indonesia memperkenalkan 3 unit barunya? Dalam agenda Media Luncheon yang digelar pada Kamis (13/6) di Plataran Dharmawansa Jakarta Selatan, Plataran Indonesia perkenalkan 3 unit baru yang akan diluncurkan pada tahun ini.
-
Kenapa penggunaan satelit dipilih sebagai solusi untuk masalah komunikasi di Indonesia? Kala itu, pemerintah memandang sistem komunikasi dengan teknologi sebagai cara yang paling tepat untuk mengatasi permasalahan telekomunikasi Indonesia.
-
Bagaimana Satelit Palapa membantu memperkuat konektivitas di Indonesia? Satelit Palapa menjadi tonggak penting dalam memperkuat konektivitas dan komunikasi di seluruh wilayah Indonesia.
-
Apa isi dari Pakta Tripartit? Perjanjian ini mengakui dan menghormati kepemimpinan Jerman dan Italia di Eropa, dan Jepang di Asia Timur Raya. Perjanjian ini juga menjanjikan bantuan bersama jika salah satu negara penandatangan diserang oleh Amerika Serikat, yang saat itu masih netral.
-
Siapa sosok penemu ransum TNI? Pencipta ransum TNI ternyata bukanlah seorang tentara, melainkan seorang dokter.
-
Kapan Tritura terjadi? Peristiwa ini terjadi pada tanggal 19 Oktober 1966, selama pemerintahan Orde Baru yang dipimpin oleh Presiden Sukarno.
"Merger ini merupakan game changer kompetisi di bisnis seluler. Telkomsel akan head to head dengan Indosat Ooredoo Hutchison. Dan mungkin mendorong merger pemain lainnya. Karena industri ini hanya sehat untuk tiga pemain saja," ungkap Heru saat dihubungi Merdeka.com, Jumat (17/9).
Meski begitu, Heru menyebut, jika tujuan utama bergabungnya operator bisa mengalahkan Telkomsel, itu hal yang tak mungkin bisa dilakukan.
"Tdak semudah itu dan jalannya masih panjang. Telkomsel sudah begitu kuat menguasai separuh bisnis seluler," jelas Heru.
Hal itu senada dengan pernyataan Ridwan Efendi. Sekjen Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi ITB itu berharap dengan aksi korporasi tersebut, diharapkan industri telekomunikasi di Indonesia makin sehat.
"Tidak ada lagi operator yang berdarah-darah setiap tahunnya, dan mudah-mudahan masyarakat mendapatkan manfaat yang maksimal," terang Ridwan.
Meski begitu, Ridwan menilai proses merger ini harus mendapatkan persetujuan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) setelah lembaga tersebut melakukan post audit. Ini agar terhindar dari kegiatan yang dianggap monopoli.
"Parameternya yang dihitung biasanya melalui HHI. HHI atau Herfindahl–Hirschman Index merupakan indikator konsentrasi pasar pada industri telekomunikasi," jelas dia.
Sebelumnya, Tri Indonesia dan Indosat Ooredoo sepakat untuk melakukan merger. Dalam keterangan persnya, Kamis (16/9), transaksi dari aksi korporasi ini disebut bernilai USD 6 miliar atau setara dengan Rp 85 Triliun. Bahkan, dengan merger ini bakal menjadi sebuah perusahaan telekomunikasi nomor dua.
"Pendapatan tahunan hingga mencapai USD 3 miliar," tulis keterangan pers tersebut.
(mdk/faz)